tag:blogger.com,1999:blog-44769971759743491252024-03-14T01:23:29.336+07:00Beranda Ilmu Yang AbadiHidup tanpa ilmu akan terasa sunyi, hening, hampar dalam menggapai mimpiTabligh Khazanahhttp://www.blogger.com/profile/11517606214493678211noreply@blogger.comBlogger45125tag:blogger.com,1999:blog-4476997175974349125.post-2597662681652615022016-09-23T03:01:00.001+07:002016-09-23T03:01:55.657+07:00Sistem Bilangan Biner<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name">
Sistem Bilangan dan Konversi
</h3>
<div class="post-header">
<div class="post-header-line-1">
</div>
</div>
<br />
<div class="post-body entry-content" id="post-body-5836860739053152911" itemprop="description articleBody">
<h3 class="post-title entry-title" itemprop="name">
<i>~(<a href="http://digispn.blogspot.com/p/sistem-bilangan.html" target="_blank">Sumber Materi</a>)~</i></h3>
<div class="post-header">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Ada beberapa sistem bilangan yang
digunakan dalam sistem digital. Yang paling umum adalah sistem bilangan
desimal, biner, oktal, dan heksadesimal. Sistem bilangan desimal
merupakan sistem bilangan yang paling familier dengan kita karena
berbagai kemudahannya yang kita pergunakan sehari-hari. Sistem bilangan
biner merupakan sistem bilangan yang paling banyak digunakan dalam
sistem digital karena sistem bilangan ini secara langsung dapat mewakili
logika yang ada.Smenetara itu sistem bilangan oktal dan heksadesimal
biasanya banyak digunakan dalam sistem digital untuk memperpendek
penyajian suatu bilangan yang tadinya disajikan dalam sistem bilangan
biner.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Secara umum bilangan dapat dibagi
menjadi beberapa katagori. Dari segi koma desimal (point), bilangan
dapat dibagi menjadi bilangan bulat (integer number/fixed-point number)
dan bilangan pecahan (floating-point number). Dan dari segi tanda,
bilangan dapat dibagi menjadi bilangan tak bertanda (unsigned number)
dan bilangan bertanda (signed number). Pada bab ini akan dijelaskan
bilangan bulat tak bertanda (unsigned integer), bilangan bulat bertanda
(signed integer) dan bilangan pecahan tak bertanda (floating-point
number). Dengan mempelajari beberapa karakteristik suatu sistem bilangan
tersebut akan membantu kita untuk lebih memahami sistem bilangan yang
lain.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<b>2.1 Desimal</b><br />
Sistem bilangan desimal disusun dari 10 angka atau lambang. Dengan
menggunakan lambang-lambang tersebut sebagai digit pada sebuah bilangan,
kita dapat mengekspresikan suatu kuantitas. Kesepuluh lambang tersebut
adalah:<br />
D = { 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 }<br />
Sistem bilangan desimal disebut juga sistem bilangan basis 10 atau
radiks 10 karena mempunyai 10 digit. Sistem bilangan ini bersifat
alamiah karena pada kenyataannya manusia mempunyai 10 jari. Kata digit
itu sendiri diturunkan dari kata bahasa Latin finger.<br />
Ciri suatu bilangan menggunakan sistem bilangan desimal adalah adanya
tambahan subskrip des atau 10 atau tambahan D di akhir suatu bilangan.<br />
<br />
<i><b>Contoh: </b></i><br />
357des = 357<sub>10 </sub>= 357D. Namun karena bilangan desimal sudah
menjadi bilangan yang digunakan sehari-hari, subskrip tersebut biasanya
dihilangkan. Sistem bilangan desimal merupakan sebuah sistem
nilai-posisi. Pada sistem ini, nilai sebuah digit tergantung pada
posisinya. Representasi bilangan desimal bulat<br />
m digit adalah sebagai berikut,<br />
<br />
<i><b>Contoh:</b></i><br />
· Bilangan 357.<br />
Pada bilangan tersebut, digit 3 berarti 3 ratusan, 5 berarti 5 puluhan,
dan 7 berarti 7 satuan. Sehingga, 3 mempunyai arti paling besar di
antara tiga digit yang ada. Digit ini bertindak sebagai digit paling
berarti (Most Significant Digit, MSD). Sedangkan 7 mempunyai arti paling
kecil di antara tiga digit yang ada dan disebut digit paling tidak
berarti (Least Significant Digit, LSD). <br />
<br />
Koma desimal digunakan untuk memisahkan bagian bulat dan pecahan
bilangan. Posisi relatif terhadap koma desimal memberikan arti yang
dapat dinyatakan sebagai pangkat dari 10.<br />
Contoh:<br />
· Bilangan 35,27.<br />
<br />
Bilangan ini mempunyai arti 3 puluhan ditambah 5 satuan ditambah 2 per
sepuluhan ditambah 7 per seratusan. Koma desimal memisahkan pangkat
positif dari 10 dengan pangkat negatifnya.<br />
35,27 = 3 X 10<sup>+1</sup> + 5 X 10<sup>0</sup>+ 2 X 10<sup>-1</sup> + 7 X 10<sup>-2</sup><br />
Secara umum dapat dikatakan, nilai suatu bilangan desimal merupakan
penjumlahan dari perkalian setiap digit dengan nilai posisinya.<br />
<br />
<b>2.2 Biner</b><br />
Sistem digital hanya mengenal dua logika, yaitu 0 dan 1. Logika 0
biasanya mewakili kondisi mati dan logika 1 mewakili kondisi hidup. Pada
sistem bilangan biner, hanya dikenal dua lambang, yaitu 0 dan 1. Karena
itu, sistem bilangan biner paling sering digunakan untuk
merepresentasikan kuantitas dan mewakili keadaan dalam<br />
sistem digital maupun sistem komputer. Digit bilangan biner disebut
binary digit atau bit. Empat bit dinamakan nibble dan delapan bit
dinamakan byte. Sejumlah bit yang dapat diproses komputer untuk mewakili
suatu karakter (dapat berupa huruf, angka atau lambang khusus)
dinamakan word. Sebuah komputer dapat memproses data satu word yang
terdiri dari 4 sampai 64 bit. Sebagai contoh, sebuah komputer yang
menggunakan mikroprosesor 32 bit dapat menerima, memproses, menyimpan
dan mengirim data atau instruksi dalam format 32 bit.<br />
Jika komputer digunakan untuk memproses karakter, maka karakter (yang
meliputi huruf, angka, tanda baca dan karakter kontrol) tersebut harus
diformat dalam bentuk kode alfanumerik. Format baku ASCII (American
Standard Code for Information Interchange) menggunakan format data tujuh
bit untuk mewakili semua karakter yang ada termasuk tanda baca dan
penanda kontrol. Dengan format tujuh bit, maka ASCII dapat menanpung 27
= 128 data.<br />
Sistem bilangan biner merupakan sistem bilangan basis dua. Pada sistem
bilangan ini hanya dikenal dua lambang, yaitu: B = { 0, 1 } <br />
Ciri suatu bilangan menggunakan sistem bilangan biner adalah adanya
tambahan subskrip bin atau 2 atau tambahan huruf B di akhir suatu
bilangan.<br />
<i><b>Contoh : </b></i><br />
1010011bin = 1010011<sub>2</sub> = 1010011B.<br />
Representasi bilangan biner bulat m bit adalah sebagai berikut, Bit
paling kiri dari suatu bilangan biner bertindak sebagai bit paling
berarti <i>(Most Significant Bit, MSB)</i>, sedangkan bit paling kanan bertindak sebagai bit paling tidak berarti (<i>Least Significant Bit, LSB).</i><br />
Persamaan tersebut dapat digunakan untuk mengonversi suatu bilangan biner ke bilangan desimal.<br />
<br />
<span style="font-size: xx-small;"><b><i>a) Konversi Bilangan Biner ke Desimal</i></b></span><br />
Konversi bilangan biner ke desimal dilakukan dengan menjumlahkan hasil perkalian semua bit biner dengan beratnya.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgo-mwO2Tt7P6ZzXtciVsjAQI5m26KGgeY-Lnh1ohmigYXXZ9THk8EsToMSO8inF0WIdZaOxXId9gWZZdQSBXAA0DGrxL6cDnYixBLat3w9N_WyFZOSi5x1FCxUF_B1tYBOuyM4ns1p3I/s1600/028.bmp" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="112" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgo-mwO2Tt7P6ZzXtciVsjAQI5m26KGgeY-Lnh1ohmigYXXZ9THk8EsToMSO8inF0WIdZaOxXId9gWZZdQSBXAA0DGrxL6cDnYixBLat3w9N_WyFZOSi5x1FCxUF_B1tYBOuyM4ns1p3I/s400/028.bmp" width="400" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-size: xx-small;"><br />
</span><br />
<span style="font-size: xx-small;"><b><i>b) Konversi Bilangan Desimal ke Biner</i></b></span><br />
<b>Konversi Bilangan Desimal Bulat ke Biner </b><br />
Konversi bilangan desimal bulat ke biner dilakukan dengan membagi secara
berulang-ulang suatu bilangan desimal dengan 2. Sisa setiap pembagian
merupakan bit yang didapat.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgF0_gzIBsuHrptMwzQlhzl3SM5Thah140jcMX6HXmvldMZdRXXXoB38JuUS0lK4eLMRYPuGaVilg87-LuoOe2BhFHSFXVsPp3YHRWUs1RsHSAEOE8RgevJPXhCGex5gE5WQDDmw6_e_bA/s1600/029.bmp" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="228" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgF0_gzIBsuHrptMwzQlhzl3SM5Thah140jcMX6HXmvldMZdRXXXoB38JuUS0lK4eLMRYPuGaVilg87-LuoOe2BhFHSFXVsPp3YHRWUs1RsHSAEOE8RgevJPXhCGex5gE5WQDDmw6_e_bA/s320/029.bmp" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<i><b><br />
</b></i><br />
<i><b>2.3 Oktal</b></i><br />
Sistem bilangan oktal merupakan sistem bilangan basis delapan. Pada sistem bilangan ini terdapat delapan lambang, yaitu:<br />
O = { 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 }<br />
Ciri suatu bilangan menggunakan sistem bilangan oktal adalah adanya
tambahan subskrip okt atau 8 atau tambahan huruf O di akhir suatu
bilangan.<br />
<i><b>Contoh:</b></i><br />
1161okt = 1161<sub>8</sub> = 1161O.<br />
<br />
<i><b>a) Konversi Bilangan Oktal ke Desimal</b></i><br />
Konversi bilangan oktal ke desimal dilakukan dengan menjumlahkan hasil perkalian semua digit oktal dengan beratnya.<br />
<i><b>Contoh:</b></i><br />
<i><b> </b></i> <br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWOKElH0m2TFq1m9S7LfedDivICNOiyVDKtqa9YrUmKqSIe7v_ekFBAhdoSj8A5NOJOcQGPxJMHkvEiH0Od-y0Kq_InqwqByDZ2kHPEK_gwqHR0_bakY79dD7wBw0dysawUcJMJMmGh_4/s1600/030.bmp" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="114" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWOKElH0m2TFq1m9S7LfedDivICNOiyVDKtqa9YrUmKqSIe7v_ekFBAhdoSj8A5NOJOcQGPxJMHkvEiH0Od-y0Kq_InqwqByDZ2kHPEK_gwqHR0_bakY79dD7wBw0dysawUcJMJMmGh_4/s320/030.bmp" width="320" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<i><b>b) Konversi Bilangan Desimal ke Oktal</b></i><br />
Konversi bilangan bulat desimal ke oktal dilakukan dengan membagi secara
berulang-ulang suatu bilangan desimal dengan 8. Sisa setiap pembagian
merupakan digit oktal yang didapat.<br />
<i><b>Contoh:</b></i><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEis7KRc_5CpzdDmJcc31uBMhk7byi4CQ7_g3hyphenhyphentz2y0X_6KNMmar-lVRBNVCBK39dv8nr588mIlypNogBoSnb62C2cCMIU2-O3YX3DBF_R8ldOUwqXcoPVP9dh47-Ds1WuZ9PJSahGhe3k/s1600/031.bmp" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEis7KRc_5CpzdDmJcc31uBMhk7byi4CQ7_g3hyphenhyphentz2y0X_6KNMmar-lVRBNVCBK39dv8nr588mIlypNogBoSnb62C2cCMIU2-O3YX3DBF_R8ldOUwqXcoPVP9dh47-Ds1WuZ9PJSahGhe3k/s320/031.bmp" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<i><b>c) Konversi Bilangan Oktal ke Biner</b></i><br />
Konversi bilangan oktal ke biner lebih mudah dibandingkan dengan
konversi bilangan oktal ke desimal. Satu digit oktal dikonversi ke 3 bit
biner. Tabel 2.1 dapat digunakan untuk membantu proses pengonversian
ini.<br />
<i><b>Contoh:</b></i><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiosbenC9DCWRfIG8qGfRPeSVztcaGfPkozi5vYadVLIqA8t0tUMfW0GNLWFgEG0zvSblvtu4jcwfM45uL_yGxgU4GreMC5xpc5S86p6Dm8yX8TtCkSFfZvLQaGd7lP8bkv3NVXgFaKdQI/s1600/032.bmp" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiosbenC9DCWRfIG8qGfRPeSVztcaGfPkozi5vYadVLIqA8t0tUMfW0GNLWFgEG0zvSblvtu4jcwfM45uL_yGxgU4GreMC5xpc5S86p6Dm8yX8TtCkSFfZvLQaGd7lP8bkv3NVXgFaKdQI/s320/032.bmp" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<i><b><br />
</b></i><br />
<i><b>d) Konversi Bilangan Biner ke Oktal</b></i><br />
Konversi bilangan biner ke oktal lebih mudah dibandingkan konversi
bilangan desimal ke oktal. Untuk bagian bulat, kelompokkan setiap tiga
bit biner dari paling kanan, kemudian konversikan setiap kelompok ke
satu digit oktal. Dan untuk bagian pecahan, kelompokkan setiap tiga bit
biner dari paling kiri, kemudian konversikan setiap kelompok ke satu
digit oktal. Proses ini merupakan kebalikan dari proses konversi
bilangan oktal ke biner.<br />
<i><b>Contoh:</b></i><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgM6aSu57CTpaAceBvAJqz4a9ZkJKdUhCqI9R-D3yfd8st8o2zVaUIKh6fn9MRkOImTCo1jxisBvxF4Rq7l0c7_juGzwKcsIxGUXzoKzrL-5ZTGOARXOW8PC2h6OADl1uEQA_BJDFTlg4k/s1600/033.bmp" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgM6aSu57CTpaAceBvAJqz4a9ZkJKdUhCqI9R-D3yfd8st8o2zVaUIKh6fn9MRkOImTCo1jxisBvxF4Rq7l0c7_juGzwKcsIxGUXzoKzrL-5ZTGOARXOW8PC2h6OADl1uEQA_BJDFTlg4k/s320/033.bmp" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<i><b>2.4 Heksadesimal</b></i><br />
Sistem bilangan heksadesimal merupakan sistem bilangan basis enam belas. <br />
Meskipun pada sistem digital dan komputer operasi secara fisik
dikerjakan secara biner, namun untuk representasi data banyak digunakan
format bilangan heksadesimal karena format ini lebih praktis, mudah
dibaca dan mempunyai kemungkinan timbul kesalahan lebih kecil. Penerapan
format heksadesimal banyak digunakan pada penyajian lokasi memori,
penyajian isi memori, kode instruksi dan kode yang merepresentasikan
alfanumerik dan karakter nonnumerik. Pada sistem bilangan ini terdapat
enam belas lambang, yaitu:<br />
H = { 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E, F }<br />
Ciri suatu bilangan menggunakan sistem bilangan heksadesimal adalah
adanya tambahan subskrip heks atau 16 atau tambahan huruf H di akhir
suatu bilangan. Contoh: 271heks = 271<sub>16 </sub>= 271H.<br />
Persamaan tersebut dapat digunakan untuk mengonversi suatu bilangan oktal ke bilangan desimal. <br />
<i><b><br />
</b></i><br />
<i><b>a) Konversi Bilangan Heksadesimal ke Desimal</b></i><br />
Konversi bilangan heksadesimal ke desimal dilakukan dengan menjumlahkan
hasil perkalian semua digit heksadesimal dengan beratnya.<br />
<i><b>Contoh:</b></i><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpnOGMZHefrSsrZu6yPn4u2p95CHz7whqnvsoxoRJg-K05W_UGP-AfX7vr9oQBOQvWhiqnzmwkdepbMZaar3fMYOCWkgWpB8GcA3Vik8H9__9NftkuOKLDadltl-7K8cUvV1vHT55Ywbc/s1600/034.bmp" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpnOGMZHefrSsrZu6yPn4u2p95CHz7whqnvsoxoRJg-K05W_UGP-AfX7vr9oQBOQvWhiqnzmwkdepbMZaar3fMYOCWkgWpB8GcA3Vik8H9__9NftkuOKLDadltl-7K8cUvV1vHT55Ywbc/s320/034.bmp" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<i><b>b) Konversi Bilangan Desimal ke Heksadesimal</b></i><br />
Konversi bilangan desimal bulat ke heksadesimal dilakukan dengan membagi
secara berulang-ulang suatu bilangan desimal dengan 16. Sisa setiap
pembagian merupakan digit heksadesimal yang didapat.<br />
<i><b>Contoh:</b></i><br />
<br />
625des = 271heks</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGzK4_x-rdzyC1hk5YJJDefHPT3QafmVgtgEVt950iDWpRq6wXFK_VGjqC-f0fqx6S4raJyZCg6c62ouHe8h2Xe5bZD-8-ThnAF3udqGym9lYqmnAIXlLNnkLHhyphenhyphenWod2Nvq5n3DytPeo4/s1600/036.bmp" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGzK4_x-rdzyC1hk5YJJDefHPT3QafmVgtgEVt950iDWpRq6wXFK_VGjqC-f0fqx6S4raJyZCg6c62ouHe8h2Xe5bZD-8-ThnAF3udqGym9lYqmnAIXlLNnkLHhyphenhyphenWod2Nvq5n3DytPeo4/s320/036.bmp" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Konversi bilangan heksadesimal ke biner lebih mudah dibandingkan
konversi bilangan heksadesimal ke desimal. Satu digit heksadesimal
dikonversi ke 4 bit. Tabel 2.1 dapat digunakan untuk membantu proses
pengonversian ini.<br />
<i><b>Contoh:</b></i><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6C5KXpJ8G-dt7nihmGHJpJq0sUBne7bwvMrBjRTZc22TMDIw_Eqm1eOEqBHt4zSj49vQUwW_TZfk4JSw31K8t7uTL6EMaDdkOyCQgrEGVBiFNl593L69hdsz0KJ0DESaHULGBsZV1FY8/s1600/037.bmp" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6C5KXpJ8G-dt7nihmGHJpJq0sUBne7bwvMrBjRTZc22TMDIw_Eqm1eOEqBHt4zSj49vQUwW_TZfk4JSw31K8t7uTL6EMaDdkOyCQgrEGVBiFNl593L69hdsz0KJ0DESaHULGBsZV1FY8/s320/037.bmp" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<i><b>c) Konversi Bilangan Biner ke Heksadesimal</b></i><br />
Konversi bilangan biner ke heksadesimal lebih mudah dibandingkan
konversi bilangan desimal ke heksadesimal. Untuk bagian bulat,
kelompokkan setiap empat bit biner dari paling kanan, kemudian
konversikan setiap kelompok ke satu digit heksadesimal. Dan untuk bagian
pecahan, kelompokkan setiap empat bit biner dari paling kiri, kemudian
konversikan setiap kelompok ke satu digit heksadesimal. Proses ini
merupakan kebalikan dari proses konversi bilangan heksadesimal ke biner.<br />
<i><b>Contoh:</b></i><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5JmuzzWla_OaydEywxxaxvHiTu8_lcXAXpnUFSNPo7a9n5lYerKy6-_FeWSDictNvMrLNZjBxlwV4tqus1ycDpgxQM8Onlr-IehtKZJitYcbseMxck4js8WrNzpPLh-2LyURnlFglWfw/s1600/038.bmp" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5JmuzzWla_OaydEywxxaxvHiTu8_lcXAXpnUFSNPo7a9n5lYerKy6-_FeWSDictNvMrLNZjBxlwV4tqus1ycDpgxQM8Onlr-IehtKZJitYcbseMxck4js8WrNzpPLh-2LyURnlFglWfw/s320/038.bmp" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<b><br />
</b><br />
<b>2.5 BCD (Binary Coded Decimal)</b><br />
Sistem bilangan BCD hampir sama dengan sistem bilangan biner. Pada
sistem bilangan ini, setiap satu digit desimal diwakili secara
tersendiri ke dalam bit-bit biner. Karena pada sistem bilangan desimal
terdapat 10 digit, maka dibutuhkan 4 bit biner untuk mewakili setiap
digit desimal. Setiap digit desimal dikodekan ke sistem bilangan biner
tak bertanda. Sistem bilangan BCD biasanya digunakan untuk keperluan
penampil tujuh segmen (seven-segment).<br />
<i><b>Contoh:</b></i><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj51MsswrZR4QNazcch6TzSmSgE-AMkkAhDtXVe7OLJ9QohZVP7mpupDkHKvwnjUnNW_cOM6mDXuvrbKot_c3ldw5Vzi28CS5lc2TR4m4isoXNfNmdNjPbDqddPUbFToDk4stQQ3hyVGvk/s1600/039.bmp" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj51MsswrZR4QNazcch6TzSmSgE-AMkkAhDtXVe7OLJ9QohZVP7mpupDkHKvwnjUnNW_cOM6mDXuvrbKot_c3ldw5Vzi28CS5lc2TR4m4isoXNfNmdNjPbDqddPUbFToDk4stQQ3hyVGvk/s320/039.bmp" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Konversi bilangan desimal dari 0 sampai 15 ke bilangan biner, oktal, heksadesimal dan BCD dapat dilihat pada tabel 2.1.<br />
<br />
<i><b>Table 2.1 Konversi antar sistem bilangan</b></i></div>
<br />
<br />
<table class="tableizer-table"><tbody>
<tr class="tableizer-firstrow"><th>Desimal</th><th>Biner</th><th>Oktal</th><th>Hexadesimal</th><th>BCD</th></tr>
<tr><td>0</td><td>0</td><td>0</td><td>0</td><td>0000</td></tr>
<tr><td>1</td><td>1</td><td>1</td><td>1</td><td>0001</td></tr>
<tr><td>2</td><td>10</td><td>2</td><td>2</td><td>0010</td></tr>
<tr><td>3</td><td>11</td><td>3</td><td>3</td><td>0011</td></tr>
<tr><td>4</td><td>100</td><td>4</td><td>4</td><td>0100</td></tr>
<tr><td>5</td><td>101</td><td>5</td><td>5</td><td>0101</td></tr>
<tr><td>6</td><td>110</td><td>6</td><td>6</td><td>0110</td></tr>
<tr><td>7</td><td>111</td><td>7</td><td>7</td><td>0111</td></tr>
<tr><td>8</td><td>1000</td><td>10</td><td>8</td><td>1000</td></tr>
<tr><td>9</td><td>1001</td><td>11</td><td>9</td><td>1001</td></tr>
<tr><td>10</td><td>1010</td><td>12</td><td>A</td><td>0001 0000</td></tr>
<tr><td>11</td><td>1011</td><td>13</td><td>B</td><td>0001 0001</td></tr>
<tr><td>12</td><td>1100</td><td>14</td><td>C</td><td>0001 0010</td></tr>
<tr><td>13</td><td>1101</td><td>15</td><td>D</td><td>0001 0011</td></tr>
<tr><td>14</td><td>1110</td><td>16</td><td>E</td><td>0001 0100</td></tr>
<tr><td>15</td><td>1111</td><td>17</td><td>F</td><td>0001 0101</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Perlu diingat di sini, pada sistem
bilangan BCD, pengkodean bilangan desimal menjadi bilangan biner format 4
bit, sehingga terdapat 6 nilai biner yang bukan merupakan format sistem
bilangan BCD karena tidak mewakili nilai desimal. Keempat bilangan
biner tersebut adalah 1010, 1011, 1100, 1101, 1110 dan 1111. Dalam
praktek keempat bilangan biner tersebut masuk dalam kondisi yang
diabaikan (don’t care).</div>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<b>2.6 Sistem Bilangan Biner Tak Bertanda dan Bertanda</b><br />
Terdapat dua sistem bilangan biner, yaitu bilangan biner tak bertanda
dan bilangan biner bertanda. Pada sistem bilangan biner tak bertanda,
hanya dikenal bilangan biner posisif dan tidak diijinkan adanya bilangan
biner negatif. Di sini semua bit digunakan untuk merepresentasikan
suatu nilai.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>Contoh:</b></i></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHxQ57qF3oMFuQuCdOny03oc31H2lsvKm_FzNtq9mKdGLcK1VuRs0pGQRFwrTbXGHebymqt1jqX88eZ99fo7XJck2tpQYYtujhgx_RIOzTOAo49DPNZ0SQWwi91iFmcfYi1fdHLyGckhQ/s1600/042.bmp" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHxQ57qF3oMFuQuCdOny03oc31H2lsvKm_FzNtq9mKdGLcK1VuRs0pGQRFwrTbXGHebymqt1jqX88eZ99fo7XJck2tpQYYtujhgx_RIOzTOAo49DPNZ0SQWwi91iFmcfYi1fdHLyGckhQ/s320/042.bmp" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Pada bilangan biner tak bertanda di atas, nilai bilangan dihitung dari A3 …A0. Sehingga,<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLV4EJd84O4NBHTbWa5p8mbuc0U0Uz4bEOhm5pmgN4yyKwQllBE7m2FqtMY67FDy2WZLu4r0hv-zXopB9Oe1E0MqmWII6gQ6wRq4SapnSN-NXAWUkB9ahq6ffCFGSJOiEPF1rR6oLXNkI/s1600/043.bmp" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLV4EJd84O4NBHTbWa5p8mbuc0U0Uz4bEOhm5pmgN4yyKwQllBE7m2FqtMY67FDy2WZLu4r0hv-zXopB9Oe1E0MqmWII6gQ6wRq4SapnSN-NXAWUkB9ahq6ffCFGSJOiEPF1rR6oLXNkI/s320/043.bmp" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Pada bilangan biner bertanda, bit paling kiri menyatakan tanda, sehingga nilai bilangan dihitung dari A2 ... A0<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiB5kgJ3WyEnJGUhu6ZVFXkHTTOpMbWcpEb-vk1WMABRVQmcJvCD-wy5WV86YUgPFHcnDdHd1BjujoJf9ahjv1sWNFYFBOIZ7jcj3lvOlic-q8f4_tpEjSVzyXdaNfcw3PndbpxwSmFy4/s1600/044.bmp" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiB5kgJ3WyEnJGUhu6ZVFXkHTTOpMbWcpEb-vk1WMABRVQmcJvCD-wy5WV86YUgPFHcnDdHd1BjujoJf9ahjv1sWNFYFBOIZ7jcj3lvOlic-q8f4_tpEjSVzyXdaNfcw3PndbpxwSmFy4/s320/044.bmp" /></a></div>
.<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Pada sistem ini, bit paling kiri
menyatakan tanda negatif atau positif nilai yang diwakilinya. Tanda
positif diwakili oleh bit 0 dan tanda negatif diwakili oleh bit
1.Sebagai contoh, suatu memori dapat menampung 6 bit bilangan biner.
Memoritersebut mengunakan sistem bilangan biner bertanda. Maka dari
keenam bit yang ada,bit paling kiri, yaitu A6, digunakan sebagai penanda
bilangan dan dinamakan bit tanda (sign bit), sedangkan bit-bit yang
lain, yaitu bit A5 ... A0 mewakili suatu nilai.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5vc-f4ivqe_IU-cUqjhlKHYCtUXX_VpOtLpy0UiaZLyCEkS1KgC9d6-8OHE0aqHc4YpASO4-1GySMULjvCgn69VfUabijp3-bV_tG5KcwW1kX89FQfk2Ggq_44Qag801i3Lsg-seDG6U/s1600/045.bmp" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="86" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5vc-f4ivqe_IU-cUqjhlKHYCtUXX_VpOtLpy0UiaZLyCEkS1KgC9d6-8OHE0aqHc4YpASO4-1GySMULjvCgn69VfUabijp3-bV_tG5KcwW1kX89FQfk2Ggq_44Qag801i3Lsg-seDG6U/s400/045.bmp" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Bilangan ini merupakan bilangan biner positif karena A6 = 0, dengan nilai 110100bin = +52des.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrWI70Z0uPBxQ36LX8P6XyNZCSH1rE7MKtsWtugtGtbZfF0I58xy-rBdYbis0QTJmGTXXQ5K9JAZVwPMpsw3BIK7ecUW9ufU5zd6pMkaSNsURdi4e94Tdg1xGFFtgbJYUdPnaMJM7s84E/s1600/046.bmp" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="87" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrWI70Z0uPBxQ36LX8P6XyNZCSH1rE7MKtsWtugtGtbZfF0I58xy-rBdYbis0QTJmGTXXQ5K9JAZVwPMpsw3BIK7ecUW9ufU5zd6pMkaSNsURdi4e94Tdg1xGFFtgbJYUdPnaMJM7s84E/s400/046.bmp" width="400" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Bilangan ini adalah negatif karena A6 =
1. Nilai bilangan yang diwakili adalah 110100bin = 52des, sehingga
bilangan yang diwakili adalah -52. </div>
<div style="text-align: justify;">
Pada sistem bilangan biner bertanda, karena bit paling kiri merupakan bit tanda maka MSB terletak di sebelah kanan bit tanda.</div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b><br />
</b></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i><b>a) Bilangan Biner Komplemen Satu</b></i><br />
Terdapat dua cara untuk mengubah suatu bilangan positif ke bilangan
negatif, yaitu menggunakan sistem bilangan biner komplemen satu dan
sistem bilangan biner komplemen dua. Cara pertama, merupakan cara yang
paling mudah ditempuh. Dengan cara ini, untuk mengubah bilangan positif
ke negatif cukup dilakukan dengan mengubah bit 0 ke 1 dan bit 1 ke 0
pada setiap bit suatu bilangan biner.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai contoh, 101101 merupakan bilangan biner dengan nilai 45. Maka -45 sama dengan 010010.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1C3uZiNM3I2WttJTGCnQq1mkB0Hed-bY0AC6kRNaLJWccu8ieUJ7PTPQ9Av7nHZbDovm73MotWL_Cir1qXdb247RM5nzecIZ1WRk3ZTmPPa8rsf7kugThMSPxhBOOy0dS2W8Z9bH6Ang/s1600/047.bmp" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="58" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1C3uZiNM3I2WttJTGCnQq1mkB0Hed-bY0AC6kRNaLJWccu8ieUJ7PTPQ9Av7nHZbDovm73MotWL_Cir1qXdb247RM5nzecIZ1WRk3ZTmPPa8rsf7kugThMSPxhBOOy0dS2W8Z9bH6Ang/s400/047.bmp" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Jika P merupakan suatu bilangan
positif, bilangan komplemen satu n bit – P juga dapat diperoleh dengan
mengurangkan P dari 2n – 1. Atau, bilangan komplemen satunya menjadi (2n
– 1) – P. Contohnya adalah jika P = 45,</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0e2RtvObYiF5hjV_PHVVHQiBBMm6WIctFtzqdhDSlMAoZsmXh-ga4QTsFo6kAK8OHIIhDBNRarmjHsVrQ8aYpr69-EdIWVAUy6CLsJ2fP3iJe6GghZ5UbytXD1DWNVgvGZfWS5E1Q-Qg/s1600/048.bmp" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="81" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0e2RtvObYiF5hjV_PHVVHQiBBMm6WIctFtzqdhDSlMAoZsmXh-ga4QTsFo6kAK8OHIIhDBNRarmjHsVrQ8aYpr69-EdIWVAUy6CLsJ2fP3iJe6GghZ5UbytXD1DWNVgvGZfWS5E1Q-Qg/s400/048.bmp" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<br />
<br />
<br />
<br />
-P (Sistem bilangan komplemen satu jarang digunakan karena tidak
memenuhi satu kaedah matematis, yaitu jika suatu bilangan dijumlahkan
dengan negatifnya, maka akan dihasilkan bilangan nol.<br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6BnnJ6EynmuL9agGud1dPaFtNKDu0vB5n5PD0uZ_DRHq7my9DNzVtdY25k4CdtZhLY4e1nthm7dZbXZnFi_W9ywXYELFXVUKl4PautWnfdCkdxlzsMu5jgJe80EaQHPu5d8qJ0G9OkuI/s1600/049.bmp" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="55" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6BnnJ6EynmuL9agGud1dPaFtNKDu0vB5n5PD0uZ_DRHq7my9DNzVtdY25k4CdtZhLY4e1nthm7dZbXZnFi_W9ywXYELFXVUKl4PautWnfdCkdxlzsMu5jgJe80EaQHPu5d8qJ0G9OkuI/s400/049.bmp" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i><b>b) Bilangan Biner Komplemen Dua</b></i><br />
Pada sistem bilangan komplemen dua, penegatifan suatu bilangan dilakukan
dengan mengubah bit 0 ke 1 dan bit 1 ke 0 pada setiap bit suatu
bilangan biner, kemudian menambahkannya dengan satu. Dengan kata lain,
bilangan biner komplemen dua didapatkan dari bilangan biner komplemen
satu ditambah satu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Komplemen dua = komplemen satu + 1<br />
Contoh, 101101 merupakan bilangan biner dengan nilai 45. Maka -45 sama dengan 010011.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8kCCSmQwjxHueF5ez4Ng9fmF0LUzQVYJvXdexvKF4XLf1AP_v5A3ry70IXbPm1kMpYLHVF1lbm1HbU4Vt-zWILla7_BOvjXC7Pa1Jv-urxK6X1F7Ci9KlnIKrcyjzcy3RLufMeemEse4/s1600/050.bmp" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="87" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8kCCSmQwjxHueF5ez4Ng9fmF0LUzQVYJvXdexvKF4XLf1AP_v5A3ry70IXbPm1kMpYLHVF1lbm1HbU4Vt-zWILla7_BOvjXC7Pa1Jv-urxK6X1F7Ci9KlnIKrcyjzcy3RLufMeemEse4/s400/050.bmp" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<br />
<br />
<br />
Sebaliknya, pengubahan bilangan biner negatif menjadi bilangan biner
positif dilakukan dengan mengurangi bilangan tersebut dengan satu
kemudian mengubah bit 0 ke 1 dan bit 1 ke 0 pada setiap bitnya.<br />
<i><b>Contoh:</b></i><br />
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6TY9oa6T_gjet8tx5qPgbO7A9gdxxuqsBFUfRydfBlTc8vvNHa3P8ON-qMSSBiJCxcYqi_i_Cxgk_-ZKXr02m8gm-PIBe5feE9m-1nW-7t_zXOFp-vG_d_smkw37D2IBgeOCvbXipU5o/s1600/051.bmp" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="85" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi6TY9oa6T_gjet8tx5qPgbO7A9gdxxuqsBFUfRydfBlTc8vvNHa3P8ON-qMSSBiJCxcYqi_i_Cxgk_-ZKXr02m8gm-PIBe5feE9m-1nW-7t_zXOFp-vG_d_smkw37D2IBgeOCvbXipU5o/s400/051.bmp" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<br />
<br />
<br />
<br />
Jika P merupakan suatu bilangan positif, bilangan komplemen dua n bit – P juga dapat diperoleh dengan mengurangkan P dari 2<sup>n </sup><br />
. Atau, bilangan komplemen duanya menjadi 2<sup>n </sup> – P. Contohnya adalah jika P = 45,<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUUis79c4pT3ujlC7aJQ6que_kl-hse5H7X-Fk1IKYduJj2gRyIUQmWW32YuoC3gy2_p6RDUYmHsU8qa01-t5NLqAHErQfJ8ZEPW3A99tbHaP2NOQok8kX8W1rVwzsBdqfKm6ZzI7jEO0/s1600/052.bmp" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="77" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgUUis79c4pT3ujlC7aJQ6que_kl-hse5H7X-Fk1IKYduJj2gRyIUQmWW32YuoC3gy2_p6RDUYmHsU8qa01-t5NLqAHErQfJ8ZEPW3A99tbHaP2NOQok8kX8W1rVwzsBdqfKm6ZzI7jEO0/s400/052.bmp" width="400" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Sistem bilangan biner komplemen dua banyak digunakan dalam sistem
digital dan komputer karena memenuhi kaedah matematis, yaitu jika suatu
bilangan dijumlahkan dengan negatifnya, maka akan dihasilkan bilangan
nol. <br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3Tx9XA9hNiE2sZlk1F0XplEbjE6Ilx-7eILvS6yiNpR8tv7W8i62hUwgdbXO1NMu7jMh8vVtWhM_5WqnXF3tBQSEo0brhocOGuokQrMN80M3qfotKHfSBB5AsEsF906pWiFvqb_F5PIY/s1600/053.bmp" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3Tx9XA9hNiE2sZlk1F0XplEbjE6Ilx-7eILvS6yiNpR8tv7W8i62hUwgdbXO1NMu7jMh8vVtWhM_5WqnXF3tBQSEo0brhocOGuokQrMN80M3qfotKHfSBB5AsEsF906pWiFvqb_F5PIY/s320/053.bmp" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Pada penjumlahan tersebut, bit 1 paling depan merupakaan bit bawaan dan
tidak digunakan. Jadi 101101 + 010011 = 000000, sehingga 45 + (-)45 = 0.<br />
Pada suatu bilangan biner komlemen dua, harus diperhatikan bit tandanya.
Jika bit tanda sama dengan 0, maka bit sesudahnya merupakan bentuk
bilangan biner asli. Namun jika bit tanda sama dengan 1, maka bit
sesudahnya merupakan bentuk bilangan biner komplemen duanya.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgk68SQ3Gs2_SZtDNSFS-NL_CZQul8wXl38byck0kjE65Ak6InWw_9Gw3upoGawO2WXYxCUlh3jVL4NSrpMyko1nHWJJQ542Rvp0CBCayESKtPwDL_EZJrTCIyWOpRBatztrgwrbVRQSoI/s1600/054.bmp" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgk68SQ3Gs2_SZtDNSFS-NL_CZQul8wXl38byck0kjE65Ak6InWw_9Gw3upoGawO2WXYxCUlh3jVL4NSrpMyko1nHWJJQ542Rvp0CBCayESKtPwDL_EZJrTCIyWOpRBatztrgwrbVRQSoI/s320/054.bmp" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWE8GfDm2JJ9QTsuKtVevtfupzbOMA681i-YJrWsjoaKHv4mAL38arn_mHJT7BnCSCx3SS-oS-VVsdlnyNvnOjM_wK9-tfsOG0BZFoRDaLna9ziqmPD-TwgFQxicDM2SgGuA9ebapukjs/s1600/055.bmp" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWE8GfDm2JJ9QTsuKtVevtfupzbOMA681i-YJrWsjoaKHv4mAL38arn_mHJT7BnCSCx3SS-oS-VVsdlnyNvnOjM_wK9-tfsOG0BZFoRDaLna9ziqmPD-TwgFQxicDM2SgGuA9ebapukjs/s320/055.bmp" /></a></div>
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<i><b>c) Format Bilangan Biner</b></i><br />
Bilangan biner biasanya diformat dengan panjang bit tertentu. Panjang
bit yang biasa digunakan adalah 2, 4, 8, 16 ... dan seterusnya, atau
menurut aturan 2n dengan n bilangan bulat positif. Namun tetap
dimungkinkan bilangan biner dengan<br />
format di luar ketentuan tersebut demi kepraktisan atau tujuan khusus.<br />
<ol>
<li>Pengubahan format bilangan biner komplemen dua dari panjang n-bit menjadi m-bit dengan n</li>
<i><b>Contoh:</b></i><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibPqY_jfLx0jkGsLoiC5z4bF-ogpPuJgxzdAQ6-PcbvQgZj2E4zMR5GqFWwjEOD0O4535zsv4oGE5tT5xbxb3MQDO5U-_0GU-JznI5CL5FxQFGX4WaOPoUy9X4FKfvH3c48OZHw-Az_70/s1600/056.bmp" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibPqY_jfLx0jkGsLoiC5z4bF-ogpPuJgxzdAQ6-PcbvQgZj2E4zMR5GqFWwjEOD0O4535zsv4oGE5tT5xbxb3MQDO5U-_0GU-JznI5CL5FxQFGX4WaOPoUy9X4FKfvH3c48OZHw-Az_70/s320/056.bmp" /></a></div>
<li> Pengubahan format bilangan biner komplemen dua negatif dilakukan dengan menambahkan bit 1 di depannya.<br />
<i><b>Contoh:</b></i></li>
</ol>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiYyeflMRsjdxPAcpL22wyxgmuq_cIUaVCmp1euSxbZd_1jwGzepsfc7afErxplEUl8L_xBeZK1hfMfm90g5j11lP3wtiN49cmHvxzobpXOWZTnPlIA8spxk1iqRdRwo3UIajTVazaFGY/s1600/057.bmp" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiYyeflMRsjdxPAcpL22wyxgmuq_cIUaVCmp1euSxbZd_1jwGzepsfc7afErxplEUl8L_xBeZK1hfMfm90g5j11lP3wtiN49cmHvxzobpXOWZTnPlIA8spxk1iqRdRwo3UIajTVazaFGY/s320/057.bmp" /></a></div>
</div>
</div>
Tabligh Khazanahhttp://www.blogger.com/profile/11517606214493678211noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4476997175974349125.post-73270232085644677322014-09-08T10:56:00.000+07:002014-09-08T10:56:02.881+07:00Cerita Motivasi<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: center;">
Cerita Motivasi : </div>
</blockquote>
<br />
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: center;">
Cerita Jam</div>
<br />
Seorang anak balita begitu terheran dengan benda berbentuk lingkaran
yang dipenuhi angka-angka. Tiga buah jarum yang menunjuk angka-angka di
lingkaran itu pun kian membuatnya tercenung.<br />
<br />
Ada jarum tipis warna merah yang menunjuk dari satu angka ke angka lain
dengan begitu cepat. Ada jarum yang lebih tebal dan lebih panjang yang
bergerak lebih lamban. Dan, ada jarum pendek gemuk yang nyaris tak
bergerak, tapi bisa berpindah ketika dalam waktu lama tak diperhatikan.<br />
<br />
Yang lebih menarik dari semua pemandangan di benda itu adalah ketika
pada saat tertentu, ada burung mainan yang tiba-tiba keluar dari bawah
lingkaran tersebut dengan suara khas. “Kuk kuk…kuk kuk…kuk kuk…!”<br />
<br />
Saat itulah, sang anak pun melompat riang. Tapi, ia masih bingung dengan benda itu.<br />
<br />
“Itu jam, anakku!” suara sang ibu tiba-tiba muncul dari balik tubuh mungil si batita.<br />
<br />
“Jam…?” sahut si batita seraya mengungkapkan rasa ingin tahunya.<br />
<br />
“Iya. Itu jam. Perhatikanlah, sang burung tidak akan bernyanyi kalau si
jarum pendek gemuk tetap saja diam, si jarum pendek gemuk akan tetap
diam jika si jarum tebal panjang hanya berhenti. Dan, dua jarum itu
tidak akan bergerak kalau saja si jarum merah kecil tidak bergerak
lincah,” jelas sang ibu sambil memperhatikan wajah si batita yang begitu
serius menatap ibunya. Sesekali, pandangannya menoleh ke arah jam,
untuk memastikan kebenaran yang diucapkan ibunya.<br />
<br />
“Dan anakku, semua jarum-jarum itu bergerak ke arah yang sama,” tambah sang ibu sambil menunjuk ke arah gerakan jam.<br />
<br />
Jam, dalam makna kehidupan tidak selalu menunjukkan nilai sebuah waktu.
Ada sisi lain yang bisa diambil hikmah dari gerakan tiga jarum dalam
jam.<br />
<br />
Dalam dinamika sebuah organisasi, dinamika tiga jarum jam memberikan
makna tersendiri bagaimana interaksi produktif antara pimpinan, manejer,
dan pelaksana. Seperti tiga jarum jam, masing-masing level punya
intensitas gerakan yang berbeda, karena bobot dan pengaruh gerakannya
memang berbeda.<br />
<br />
Namun, walaupun punya gerakan yang seolah berbeda, semua level tidak ada
yang diam. Semua bergerak dalam sistem yang begitu harmonis.
Keharmonisan gerak tiga level inilah yang menghasilkan ‘pengingat suara
burung’ yang begitu bermanfaat untuk orang banyak.<br />
<br />
Tapi, dari semua nilai pelajaran yang ada dalam tiga level jarum jam,
ada satu pakem yang jika dilanggar akan berakibat sangat fatal. Yaitu,
walaupun beda level dan beda intensitas gerak, ketiga jarum bergerak
dalam arah yang sama.</blockquote>
<blockquote class="tr_bq">
<div style="text-align: center;">
<i>Cerita Motivasi</i> : Tanah Warisan</div>
<br />
Pada suatu kala, seorang pria sedang berjalan di sebuah tempat untuk
mencari harta karun. Sampai akhirnya, tibalah ia di sebuah jalan
bercabang tiga. Kebetulan ada orang tua yang sedang berdiri di pinggir
persimpangan jalan tersebut.<br />
<br />
Pria itu sedang bingung karena ada tiga jalan menuju arah yang berbeda.
Ia pun sulit memutuskan mau memilih jalan yang ingin ditempuh. Lalu ia
bertanya pada orang tua tersebut, “Hai, pak tua. Bolehkah saya bertanya?
Saya sedang dalam perjalanan mencari harta karun. Tapi di depan saya
ada tiga jalan yang berbeda. Bolehkah bapak menunjukkan kepada saya
jalan yang benar?”<br />
<br />
Orang tua itu tidak menjawab. Ia hanya menunjuk jalan yang pertama.<br />
Pria itu berterima kasih dan segera mengambil jalan yang pertama.<br />
<br />
Beberapa saat kemudian, pria yang tadi kembali lagi. Tapi kali ini
seluruh badannya kotor terkena lumpur. Ia mendekati pak tua itu dan
berkata, “Hai, pak tua. Tadi saya tanya arah ke tempat harta karun dan
Anda menunjuk ke jalan pertama. Tapi saya malah terjebak ke dalam kolam
lumpur yang luas. Badan saya jadi kotor begini.” Ia lalu bertanya,
“Sekarang di mana jalan menuju harta karun? Tolong tunjukkan pada saya!”<br />
<br />
Orang tua itu tetap tidak bersuara. Ia kemudian menunjuk ke jalan yang ke dua.<br />
Pria itu kemudian berterima kasih dan segera mengambil jalan yang kedua.<br />
<br />
Orang tua menunjuk jalanBeberapa saat kemudian, pria tersebut kembali
lagi. Badannya bukan hanya terkena lumpur pekat, tapi juga celananya
penuh dengan sobekan dan kakinya luka seperti tergores sesuatu.<br />
<br />
Kali ini ia mendekati pria tua itu dengan ekspresi wajah yang kesal.Ia
berkata dengan sedikit marah, “Hai, pak tua! Tadi saya menanyakan arah
menuju tempat harta karun dan Anda menunjuk ke jalan yang kedua. Tapi,
jalan itu penuh dengan semak berduri. Seluruh kaki saya jadi terluka
karena tergores duri.”<br />
<br />
Kali ini ia bertanya lagi, “Sekarang saya tanya sekali lagi, di mana
jalan menuju harta karun itu? Anda sudah dua kali membohongi dan
mencelakai saya. Sekali lagi berbohong, Anda akan tahu akibatnya.”<br />
<br />
Pria tua itu tetap diam, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Ia sekarang menunjuk ke jalan yang ke tiga.<br />
<br />
“Apakah Anda yakin dan tidak berbohong?” tanya pria itu.<br />
<br />
Pria tua itu menganggukkan kepalanya dan sekali lagi menunjuk ke jalan yang ketiga.<br />
<br />
Pria itu pun segera pergi meninggalkan pria tua tersebut. Namun beberapa
saat kemudian, ia kembali lagi sambil berlari seperti ketakutan. Dengan
napas tersengal, ia bertanya dengan marah, “Hai, pak tua! Apakah Anda
mau membunuh saya? Di jalan sana ada banyak sekali binatang buas. Itu
sama saja dengan cari mati.”<br />
<br />
Pria tua itu akhirnya buka mulut, berkata, “Semua jalan tadi sebenarnya
bisa menuju ke tempat harta karun. Hanya saja untuk menuju ke sana, Anda
harus melewati jalan tersebut. Anda bisa memilih melewati kolam lumpur,
semak berduri, atau binatang buas. Anda bisa pilih salah satu. Kalau
benar-benar mau pergi ke tempat harta karun, Anda harus berani melewati
salah satunya. Jika Anda tidak mau, silakan kembali saja.”<br />
<br />
Begitu mendegar penjelasan dari pria tua itu, ia menundukkan kepala. Ia mundur, membatalkan perjalanannya dan kembali pulang.<br />
<br />
Sahabat, Saya yakin semua orang dengan semangat akan menjawab “Ya” saat
ditanya apakah mereka ingin meraih kesuksesan. Namun sebagian besar
tidak berani menjawab saat ditanya apakah mereka bersedia membayar
harganya. Kenyataan yang sering terjadi adalah banyak sekali orang yang
tidak bersedia menempuh jalan kesuksesan yang terlihat sangat berat.
Mereka hanya ingin langsung sampai di garis finis, tapi tidak pernah mau
melangkahkan kakinya untuk mencapai garis finis tersebut.<br />
<br />
Salah satu tantangan berat yang harus Anda hadapi saat berjuang meraih
kesuksesan adalah mendorong diri Anda untuk maju meskipun jalan yang
sedang Anda tempuh sangat berat, berliku, dan penuh rintangan. Tantangan
inilah yang seringkali membuat nyali seseorang menjadi ciut. Tantangan
inilah yang akhirnya menyebabkan banyak orang tidak berani membayar
harga dari sebuah kesuksesan. Mereka tidak siap untuk membayar dan lebih
memilih melupakan kesuksesan yang ingin mereka raih.<br />
<br />
Tidak peduli apa pun tujuan yang ingin Anda capai, rintangan tetap akan
ada dan tidak akan hilang. Di mana ada kesuksesan, di situ ada rintangan
yang menghalanginya. Hanya orang-orang sukses yang berani menghadapi
rintangan demi rintangan sampai akhirnya meraih tujuan. Sebaliknya orang
gagal lebih memilih untuk menyerah. Dan yang lebih menyedihkan, mereka
bahkan tidak berani mencoba saat melihat betapa beratnya perjalanan yang
harus dilalui. Mental mereka sudah dikalahkan jauh sebelum mereka
memulai.<br />
<br />
Rintangan akan selalu berdiri di depan kesuksesan. Anda harus berani
melewatinya sebelum berhasil mendapatkan kesuksesan. Ada dua pilihan,
mengeluh dan menyalahkan rintangan itu atau mendorong diri Anda untuk
mengalahkan rintangan tersebut. Anda boleh menyalahkan rintangan yang
kelihatannya selalu menghadang Anda. Tapi cobalah pikirkan, apakah
rintangan itu akan hilang dengan cara menumpahkan kekesalan Anda?</blockquote>
<br /></div>
Tabligh Khazanahhttp://www.blogger.com/profile/11517606214493678211noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4476997175974349125.post-56064920613113682022014-09-08T10:49:00.001+07:002014-09-08T10:56:24.676+07:00Kisah Motivasi dan sinopsis<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<!--[if !mso]>
<style>
v\:* {behavior:url(#default#VML);}
o\:* {behavior:url(#default#VML);}
w\:* {behavior:url(#default#VML);}
.shape {behavior:url(#default#VML);}
</style>
<![endif]--><br />
<!--[if gte mso 9]><xml>
<o:OfficeDocumentSettings>
<o:RelyOnVML/>
<o:AllowPNG/>
</o:OfficeDocumentSettings>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves>false</w:TrackMoves>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; mso-outline-level: 3;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 13.5pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Mantan Pengamen Sukses Raup Rp400 Juta/Bulan </span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiepWmBeu_gLNYOda4RoBvTfKo4AM1uO_Vj7_Y8PPukrgD4-al2db_GxqQUcKf2ORpwAaggTrCO67mjESEJT0_SWG-eat3hUA7GWenjQM95JVjZhlUZOmtglzOLYSnJhFIyAHzNEzev7lE/s1600/boss_dog_pulling_money_bag_lg_nwm.gif"><span style="color: windowtext; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN; mso-no-proof: yes; text-decoration: none; text-underline: none;">
</span></a><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">SEBUAH bisnis tak melulu harus berupa barang. Kala kita punya kemampuan
ditambah kemauan, serta semangat pantang menyerah, maka setiap orang niscaya
akan berhasil. Contoh saja Siswadi, dengan semangat pantang menyerahnya, dia
memutuskan untuk membuka sebuah usaha.</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Bukan usaha di bidang barang yang dia tekuni, namun jasa. Tidak perlu jasa
yang besar, dia hanya memanfaatkan kemampuanya yang diserap lewat pendidikan
dan pengalamannya. Bersama lima orang temannya, Siswadi memutuskan untuk
membuka bisnis bimbingan belajar (bimbel) di daerah Matraman, Jakarta.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Namun, dalam menjalankan sebuah usaha, memang tak semudah yang dibayangkan.
Belum apa-apa, Siswadi dan temannya harus berjibaku dengan masalah tempat usaha
bimbel. Karena memang tidak mempunyai modal, Siswadi tidak dapat mendirikan
bimbel tersebut di tempat yang terbilang strategis. Mereka pun harus puas
membuka bimbel di rumah kosong milik temannya di Jalan Kayu manis 6 nomor 33.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Kala dibuka pun, Siswadi hanya punya modal Rp300 ribu untuk perlengkapan
bimbel. Oleh sebab itu, bimbelnya pun hanya mempunyai 98 murid SD menjadi siswa
pertama.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">"Alhamdulillah semuanya lulus masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP),
bahkan dua di antaranya berhasil ikut pertukaran pelajar ke Jerman,"
kenang Siswadi kala berbincang dengan</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> <b>okezone</b></span><span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">, beberapa waktu lalu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Modal yang minim membuat Siswadi tidak dapat melakukan survei mendalam pada
kurikulum atau materi yang ada. Saat itu, dia hanya menggunakan insting dan
pengalamannya dalam memilih pelajaran. Nampaknya Dewi Fortuna memang berpihak
padanya, insting Siswadi kala itu memang jitu. Sebab, banyak siswa mengatakan
materi yang diberikan di bimbel Solusi banyak keluar saat ujian. "Yang
menurut saya sulit (pelajarannya) dan kompleks kita ajarkan ke siswa,"
jelasnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Setelah bisnis kian membesar, Siswadi tak lagi menggunakan insting untuk
membantu belajar anak didiknya. Bimbelnya kini mempekerjakan tenaga kurikulum,
guna menyusun soal dan materi pelajaran yang dia seleksi dengan ketat.</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> </span><span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Alhasil, dengan kurikulum matang dan kesaksian dari para anak didiknya,
membuat nama Solusi makin menggaung di dunia bimbel. Hal itulah yang membuatnya
berani memberikan jaminan, kualitas pembelajaran di Solusi terstandar dengan
baik.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Dengan menerapkan konsep belajar team best learning plus, setiap kelas
hanya berisi 10 siswa, modul pembelajaran yang ringkas dan mudah dimengerti,
mengiringi langkah Siswadi menjadi penerima penghargaan penyelenggara bimbel
terbaik versi majalah bisnis nasional pada 2009 silam. Penghargaan itu,
didapatkan lantaran peningkatan jumlah siswa yang mencapai 100 persen tiap
semester.</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> </span><span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Perjuangan</span></b><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Kesuksesan yang didapat Siswadi dan kelima temannya, bukan jatuh dari
langit. Bimbel Solusi pun bukan warisan siapa-siapa. Laki-laki kelahiran
Purwodadi, Jawa Tengah, ini membutuhkan waktu panjang untuk membangun bimbel
Solusi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Siswadi lahir dan besar dari keluarga yang serba kekurangan. Siswadi kecil,
yang ditinggal pergi oleh ayahnya pada usia lima tahun, sudah memiliki semangat
besar untuk mengubah nasib. Sewaktu duduk di kelas III SD, didorong rasa
penasarannya, Siswadi merantau ke Semarang mencari ayahnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Karena masih kecil, Siswadi belum punya perhitungan. Hasilnya, Siswadi
kecil pun terlantar karena tidak punya kerabat di Semarang. Untuk hidup,
Siswadi pun menjadi pengamen demi mendapatkan sesuap nasi di kota itu. Sembari
mengamen, Siswadi tetap mencari kabar tentang sang ayah. Seiring waktu
berjalan, Siswadi merasa mencari ayahnya adalah sia-sia, karenanya dia
memutuskan untuk menyerah dan kembali ke Purwodadi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Selang beberapa lama di rumah, entah angin apa yang mendorong Siswadi
memutuskan kembali merantau. Kali ini tujuannya bukan lagi Semarang, namun ke
ibu kota. Lagi-lagi, Siswadi pergi hanya berbekal tekad. Pergi dengan kereta
api, Siswadi pun diturunkan dengan tidak hormat karena tidak membayar.
"Karena tak mempunyai tiket, saya diturunkan di sawah," kenang
Siswadi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Semangatnya memang patut diacungi jempol. Tekat Siswadi yang sudah bulat
membuatnya rela berjalan kaki menyusuri sawah hingga bertemu dengan terminal
bus. Sampai di terminal Pulo Gadung, Jakarta, Siswadi juga tidak punya kerabat.
Pengalaman hidupnya di Semarang, nampaknya telah memberikan semangat tersendiri
bagi dia. "Agar tetap hidup, saya mengamen lagi di terminal itu,"
jelas Siswadi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Siswadi pun malang melintang hidup di jalanan. Ini membuatnya dapat
berkenalan dengan banyak orang. Dia bahkan pernah ikut demonstrasi di 1998,
namun bukan untuk memperjuangkan hak-hak seperti yang dilakukan kebanyakan
orang, Siswadi berdemo demi mendapatkan sebungkus nasi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Dari keikutsertaanya pada demonstrasi tersebut, Siswadi diajak bergabung
oleh kelompok mahasiswa proreformasi bernama Forum Kota (Forkot). Siswadi
akhirnya menetap di markas Forkot itu sembari mengenyam pendidikan yang kala
itu belum diselesaikannya dengan kejar Paket A, setara dengan SD. Setelah
lulus, Siswadi menyadari pentingnya pendidikan, dia pun meninggalkan Forkot dan
melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Guna mengenyam pendidikan, Siswadi mengandalkan kemampuan mengamennya untuk
mencari sesuap nasi dan juga biaya sekolah. Meski begitu, faktor fisik
terkadang menyebabkan dia meminta uang secara paksa kepada murid lain.
"Untungnya kepala sekolah berbaik hati dan membebaskan saya dari SPP,"
kata dia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Setelah lulus SMP, Siswadi yang ingin merasakan manisnya masa SMU, mulai
berfikir lebih maju. Dia tidak ingin lagi mengandalkan kemampuan mengamennya.
Maka dari itu dia pun mencari pekerjaan. Beruntung sebuah penyewaan game
memakai jasanya. Gaji dari penyewaan game itu akhirnya dipakai membiayai
sekolah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Siswadi pun mulai intens mengikuti organisasi, dia mulai aktif di kegiatan
nasyid SMU, bahkan sempat menjadi juara antar-SMU. "Sejak itu, saya mulai
tenang dan tidak nakal," ungkap Siswadi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Lulus SMU, Siswadi sempat merasakan perguruan tinggi di Universitas
Bhayangkara. Namun, dia memutuskan bekerja sebagai tenaga marketing di sebuah
lembaga bimbel. Di tempat bimbel itulah Siswadi belajar seluk-beluk usaha
bimbel. Siswadi pun akhirnya memutuskan untuk membuka bimbel sendiri bersama
teman-temannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Semua Orang Berhak Mendapat Pendidikan</span></b><b><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Berkaca dari masa lalunya, tekad Siswadi membentuk bimbel tidak difokuskan
untuk mencari penghasilan. Siswadi ingin membuktikan bahwa bimbel itu hak semua
murid dari semua status sosial. Itulah sebabnya, dalam mengelola bimbel,
Siswadi berusaha menjangkau murid SD dan SMP dari kalangan menengah bawah
dengan menawarkan biaya murah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Namun, seiring berlalunya waktu, Bimbel Solusi pun tumbuh menjadi Bimbel
besar. Jika pada awalnya Solusi menargetkan anak didik dari kalangan menengah
ke bawah, saat ini siswa yang bergabung juga banyak dari kalangan atas.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">"Dulu memang fokus anak kurang mampu, tapi sekarang kami juga
menjangkau kalangan kelas atas," kata Siswadi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Meski begitu, dia tetap mematok tarif murah Rp500 ribu per semester.
"Itu menjadi daya tarik tersendiri, sebab walaupun murah namun materi yang
diajarkan berkualitas," klaim Siswadi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Dengan tarif yang terjangkau, siswa juga akan mendapatkan modul belajar,
buku pengembangan, serta tempat belajar ber-AC. Siswa juga memperoleh training
atau seminar motivasi yang berlangsung di tengah atau akhir semester. Naiknya
pamor Solusi, membuat Siswadi berani mewaralabakan Bimbel Solusi-nya.
"Kami ingin mengembangkan bimbel solusi ke seluruh Indonesia,"
katanya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Saat ini, bimbel solusi telah memiliki 45 cabang dan mitra di seluruh
Indonesia dengan total murid sekira 7.000 orang. Karyawan yang bekerja di
Solusi telah mencapai kurang lebih 500 orang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Dengan jumlah tersebut, omzet yang diperoleh setiap bulan bisa mencapai
Rp400 juta. Namun demikian, sukses yang diraih Siswadi tidak menghilangkan
kenangan saat dia harus berjuang menjadi pengamen di jalanan. Sebagai bentuk
perhatiannya, Siswadi memberikan kursus gratis bagi anak yatim piatu. "Di
balik kesuksesan pasti ada hak orang lain," kata dia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Setelah sukses lewat bimbelnya, barulah Siswadi menyempatkan diri
meneruskan kuliahnya yang tertunda akibat biaya, namun kali ini dia menerukskan
di universitas yang berbeda.</span><br />
<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<span style="background-color: #f9cb9c;"><span style="background-attachment: scroll; background-clip: border-box; background-image: none; background-origin: padding-box; background-position: 0% 0%; background-repeat: repeat; background-size: auto auto; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> <span style="color: #ffe599;"><i><u><b>Sinopsis..</b></u></i></span></span></span></div>
<span style="background-color: #f9cb9c;"><span style="background-attachment: scroll; background-clip: border-box; background-image: none; background-origin: padding-box; background-position: 0% 0%; background-repeat: repeat; background-size: auto auto; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--></span></span><br />
<span style="background-color: #f9cb9c;"><span style="background-attachment: scroll; background-clip: border-box; background-image: none; background-origin: padding-box; background-position: 0% 0%; background-repeat: repeat; background-size: auto auto; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
</span></span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<span style="background-color: #f9cb9c;"><strike><span style="background-attachment: scroll; background-clip: border-box; background-image: none; background-origin: padding-box; background-position: 0% 0%; background-repeat: repeat; background-size: auto auto; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;">Surwadi , itulah sebutan nama nya
untuk dipanggil disekitar. Ia kehilangan ayah kandung dari sejak berumur lima
tahun dengan menjenjang pendidikan kelas 3 SD dengan kesengsaran yang diderita
yang semakin parah yang tertimpa kepadanya. Atas tertimpanya, ia tetap bergigih
dan berjuang untuk merevolusi nasib yang lebih baik walaupun penjenjangan
pendidikan ditunda terlebih dahulu.</span></strike></span></div>
<span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><span style="background-color: #f9cb9c;"><strike>
</strike></span></span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><span style="background-color: #134f5c;"><strike>Keperjuangannya dilalui dengan
merantau ke daerah-daerah dengan tujuan mencari ayahnya yang telah hilang. Usia
tidak jadi penghalang, ia tetap berlanjut dengan modal nyawa yang jadi taruhan.
Keperantauan ke daerah yang dikunjungi telah membuat kelantaran yang
dideritanya dengan melatar belakangi hidup perantauan disana. Kerja pengamen
sederhana hanyalah sebatas hidup bisa dilanjutkan demi sesuapan nasi. </strike></span></span></div>
<span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">
<strike>
</strike></span><br />
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><span style="background-color: #274e13;"><strike>Waktu demi waktu ,
keperantauannya dilanjutkan ke ibu kota dengan bermodal nekat tumpang di
stasiun kereta. Dilempar ke ladang sawah tidak menjadikan halangan asalkan
semangatnya masih berjaya. Menyusuri perjalanan dengan pengalaman mengamen di
berbagai daerah demi sesuapan nasi untuk </strike><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><strike>kebutuhan makan sehari-hari. </strike></span></span></div>
<span style="background: white; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 115%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">
<span style="background-color: #f9cb9c;"><strike>
</strike></span><div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<span style="background-color: #073763;"><strike>Semasa demonstrasi terjadi, ikut
sertaan dijadikan ia memperjuang hak-hak yang dilanggar dengan mengutamakan
mendapatkan sebungkus nasi. Dengan kesertaan ia ikuti, mengeyam pendidikan ia
lakukan di forum kota dengan mengandalan pengalaman jadi seorang pengamen untuk
memenuhi kebutuhan hidup.</strike></span></div>
<span style="background-color: #f9cb9c;"><strike>
</strike></span><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="background-color: #741b47;"><strike>Seiring waktu terus berjalan setelah bersekolah
secara tamat,</strike><span style="background-attachment: scroll; background-clip: border-box; background-image: none; background-origin: padding-box; background-position: 0% 0%; background-repeat: repeat; background-size: auto auto; font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%;"> <strike>Ia sempat merasakan perguruan tinggi di Universitas. Namun, diputuskan
bekerja sendiri sebagai tenaga marketing di sebuah lembaga bimbel. Di tempat
bimbel itulah Ia belajar seluk-beluk usaha bimbel. Ia pun akhirnya memutuskan
untuk membuka bimbel sendiri bersama teman-temannya.</strike></span></span></div>
<span style="background-color: #741b47;"><strike>
</strike></span><div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;">
<br /></div>
</span><br />
<br /></div>
</div>
Tabligh Khazanahhttp://www.blogger.com/profile/11517606214493678211noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4476997175974349125.post-17446645181774064382014-04-26T20:56:00.001+07:002014-04-26T20:56:04.610+07:00Shalat Sunnah 4 Raka’at Setelah ‘Isyaa’ Setara dengan Lailatul-Qadr<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h3 class="post-title entry-title">
<br />
</h3>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBDXySFDo8R3aBEP02K7My76w9_GdtqfRXmWPDu-u1k12ciSfJE_qnvxyh1p0grRYrjR_J4ZRs9pXIbhKnPBQYd8b7IH293ZXFcVjhS-jCNVwutaF7nVNTFlan1G6T5m4yxBZZ2C3bqRxq/s1600/www.yeniresim.com_-_Gezegen_Resimleri_-_Ay_-_Hilal.jpg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBDXySFDo8R3aBEP02K7My76w9_GdtqfRXmWPDu-u1k12ciSfJE_qnvxyh1p0grRYrjR_J4ZRs9pXIbhKnPBQYd8b7IH293ZXFcVjhS-jCNVwutaF7nVNTFlan1G6T5m4yxBZZ2C3bqRxq/s1600/www.yeniresim.com_-_Gezegen_Resimleri_-_Ay_-_Hilal.jpg" width="200" /></a></div>
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">Diantara
sunnah yang banyak ditinggalkan <span class="dig8k9i6y" id="dig8k9i6y_4">kaum</span> muslimin saat ini adalah shalat sunnah
empat raka’at setelah ‘Isyaa’. Diantara dasar dalilnya adalah:</span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: right;">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 150%;">حَدَّثَنَا آدَمُ، قَالَ: حَدَّثَنَا
شُعْبَةُ، قَالَ: حَدَّثَنَا الْحَكَمُ، قَالَ: سَمِعْتُ سَعِيدَ بْنَ جُبَيْرٍ، عَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: " بِتُّ فِي بَيْتِ خَالَتِي مَيْمُونَةَ بِنْتِ الْحَارِثِ
زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْدَهَا فِي لَيْلَتِهَا، فَصَلَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ الْعِشَاءَ، ثُمَّ جَاءَ إِلَى مَنْزِلِهِ فَصَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ،
ثُمَّ نَامَ، ثُمَّ قَامَ، ثُمَّ قَالَ: نَامَ الْغُلَيِّمُ أَوْ كَلِمَةً تُشْبِهُهَا،
ثُمَّ قَامَ، فَقُمْتُ عَنْ يَسَارِهِ فَجَعَلَنِي عَنْ يَمِينِهِ، فَصَلَّى خَمْسَ
رَكَعَاتٍ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ نَامَ حَتَّى سَمِعْتُ غَطِيطَهُ أَوْ
خَطِيطَهُ، ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الصَّلَاةِ "</span><br />
<a href="https://www.blogger.com/null" name="more"></a><span style="font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">Telah
menceritakan kepada kami Aadam, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Syu’bah,
ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Al-Hakam, ia berkata : Aku
mendengar Sa’iid <span class="dig8k9i6y" id="dig8k9i6y_6">bin</span> Jubair, dari Ibnu ‘Abbaas, ia berkara : “Aku pernah
menginap di rumah bibiku, Maimunah bin Al-Harits, istri Nabi <i>shallallaahu
’alaihi wa sallam</i>; dan ketika itu Nabi <i>shallallaahu ‘alaihi wa sallam</i>
sedang berada di rumah <span class="dig8k9i6y" id="dig8k9i6y_1">bibi</span> saya itu. </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: EN-US;">Nabi <i>shallallaahu ‘alaihi wa sallam</i> melakukan shalat ‘Isya’ (di masjid),
kemudian beliau pulang, lalu beliau mengerjakan <u>shalat sunnah empat raka’at</u>.
Setelah itu beliau tidur, lalu beliau bangun dan bertanya : ‘<i>Apakah anak
laki-laki itu (Ibnu ‘Abbas) sudah tidur ?</i>’ - atau beliau mengucapkan kalimat yang semakna
dengan itu. Kemudian beliau berdiri untuk melakukan shalat, lalu aku berdiri di
sebelah kiri beliau untuk bermakmum. Akan tetapi kemudian beliau menjadikanku
berposisi di sebelah kanan beliau. Beliau shalat lima raka’at, kemudian shalat
lagi dua raka’at, kemudian beliau tidur. Aku mendengar suara dengkurannya yang
samar-samar. Tidak berapa <span class="dig8k9i6y" id="dig8k9i6y_2">lama</span> kemudian beliau bangun, lalu pergi ke masjid
untuk melaksanakan shalat shubuh” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 117</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">].</span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: right;">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 150%;">حَدَّثَنَا ابْنُ إِدْرِيسَ،
عَنْ حُصَيْنٍ، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ: " مَنْ
صَلَّى أَرْبَعًا بَعْدَ الْعِشَاءِ كُنَّ كَقَدْرِهِنَّ مِنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ</span><span style="font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">Telah
menceritakan kepada kami Ibnu Idriis, dari Hushain, dari Mujaahid, dari ‘Abdullah
bin ‘Amru, ia berkata : “Barangsiapa yang shalat empat raka’at setelah (shalat)
‘Isyaa’, maka nilainya setara dengan Lailatul-Qadr” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi
Syaibah 2/343 (5/100) no. 7351; sanadnya shahih<a href="https://www.blogger.com/null" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; line-height: 115%;">[1]</span></span></span></a>].</span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: right;">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 150%;">حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ،
عَنِ الْعَلَاءِ بْنِ الْمُسَيِّبِ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْأَسْوَدِ، عَنْ
أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: " أَرْبَعٌ بَعْدَ الْعِشَاءِ يَعْدِلْنَ بِمِثْلِهِنَّ
مِنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ "</span><span style="font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">Telah
menceritakan kepada kami <span class="dig8k9i6y" id="dig8k9i6y_7">Muhammad</span> bin Fudlail, dari Al-‘Alaa’ bin Al-Musayyib,
dari ‘Abdurrahmaan bin Al-Aswad, dari ayahnya, dari ‘Aaisyah, ia berkata : “Empat
raka’at setelah ‘Isyaa’ setara dengan Lailatul-Qadr” [<i>idem</i>, no. 7352;
sanadnya hasan].</span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: right;">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 150%;">حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ عَبْدِ
الْجَبَّارِ بْنِ عَبَّاسٍ، عَنْ قَيْسِ بْنِ وَهْبٍ، عَنْ مُرَّةَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ،
قَالَ: " مَنْ صَلَّى أَرْبَعًا بَعْدَ الْعِشَاءِ لَا يَفْصِلُ بَيْنَهُنَّ بِتَسْلِيمٍ
؛ عَدَلْنَ بِمِثْلِهِنَّ مِنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ "</span><span style="font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">Telah
menceritakan kepada kami Wakii’, dari ‘Abdul-Jabbaar bin ‘Abbaas, dari Qais bin
Wahb, dari Murrah, dari ‘Abdullah (bin Mas’uud), ia berkata : “Barangsiapa yang
shalat empat raka’at setelah ‘Isyaa’ yang tidak dipisahkan dengan salam, maka
nilainya setara dengan Lailatul-Qadr” [<i>idem</i>, no. 7353; sanadnya hasan].</span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: right;">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 150%;">حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ عَبْدِ
الْوَاحِدِ بْنِ أَيْمَنَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ تُبَيْعٍ، عَنْ كَعْبِ بْنِ مَاتِعٍ،
قَالَ: " مَنْ صَلَّى أَرْبَعًا بَعْدَ الْعِشَاءِ يُحْسِنُ فِيهِنَّ الرُّكُوعَ،
وَالسُّجُودَ، عَدَلْنَ مِثْلَهُنَّ مِنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ "</span><span style="font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">Telah
menceritakan kepada kami Wakii’, dari ‘Abdul-Waahid bin Aiman, dari ayahnya, dari
Tubai’, dari Ka’b bin Maati’, ia berkata : Barangsiapa yang shalat empat raka’at
setelah ‘Isyaa’ dengan membaguskan rukuk dan sujud padanya, nilainya setara dengan
Lailatul-Qadr” [<i>idem</i>, no. 7354; sanadnya hasan].</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">Atsar
Ka’b bin Maati’ atau Ka’b Al-Ahbar <span class="dig8k9i6y" id="dig8k9i6y_5">ini</span> juga diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy no.
4895-4896 dengan sanad hasan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">Faedah:</span></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Verdana; mso-fareast-font-family: Verdana;">1.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">Riwayat-riwayat di
atas menegaskan tentang <i>masyruu’</i>-nya shalat sunnah empat raka’at setelah
‘Isyaa’.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Verdana; mso-fareast-font-family: Verdana;">2.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">Amalan tersebut
beserta pahalanya yang senilai dengan Lailatul-Qadr, meskipun sanadnya <i>mauquuf </i>pada shahabat <i>radliyallaahu 'anhum</i>,
namun hukumnya adalah <i>marfuu’</i>,<a href="https://www.blogger.com/null" name="_ftnref2" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-size: 10pt; line-height: 115%;">[2]</span></span></span></a>
karena di dalamnya tidak ada ruang <i>ijtihaad</i> dalam menetapkan pahala
suatu amalan secara khusus, sehingga diketahui bahwasannya statement itu tidak
lain hanyalah berasal dari Nabi <i>shallallaahu ‘alaihi wa sallam</i>.</span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Verdana; mso-fareast-font-family: Verdana;">3.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><span dir="LTR"></span><i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">Afdlal</span></i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">,
shalat tersebut dilakukan di rumah sebagaimana hadits Ibnu ‘Abbaas <i>radliyallaahu
‘anhumaa</i>. Selain itu, sesuai pula dengan sabda Nabi <i>shallallaahu ‘alaihi
wa sallam</i>:</span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: right;">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 150%;">فَإِنَّ أَفْضَلَ الصَّلَاةِ صَلَاةُ الْمَرْءِ فِي بَيْتِهِ إِلَّا الْمَكْتُوبَةَ</span><span style="font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">“<i>Sesungguhnya
seutama-utama shalat adalah shalatnya seseorang di rumahnya, kecuali shalat
wajib (yang dilakukan di masjid secara berjama’ah <sup>– Abul-Jauzaa’</sup>)</i>”
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 731].</span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Verdana; mso-fareast-font-family: Verdana;">4.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">Shalat sunnah
tersebut dilakukan empat raka’at tanpa dipisahkan dengan salam, sebagaimana atsar
‘Abdullah bin Mas’uud <i>radliyallaahu ‘anhu</i>. Akan tetapi bisa juga
dilakukan dua raka’at-dua raka’at dengan masing-masing salam sesuai keumuman sabda
Nabi <i>shallallaahu ‘alaihi wa sallam</i>:</span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: right;">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 150%;">صَلَاةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى</span><span style="font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">“<i>Shalat
sunnah malam dilakukan dua-dua</i>” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 991].</span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify; text-indent: -21.3pt;">
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Verdana; mso-fareast-font-family: Verdana;">5.<span style="font-family: 'Times New Roman'; font-size: 7pt; line-height: normal;">
</span></span><span dir="LTR"></span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">Diantara ulama yang
menegaskan sunnahnya amalan ini antara lain :</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">As-Sarkhasiy
<i>rahimahullah </i>berkata:</span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: right;">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 150%;">فَأَمَّا التَّطَوُّعُ بَعْدَ الْعِشَاءِ فَرَكْعَتَانِ فِيمَا
رَوَيْنَا مِنْ الْآثَارِ وَإِنْ صَلَّى أَرْبَعًا فَهُوَ أَفْضَلُ لِحَدِيثِ
ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ مَوْقُوفًا عَلَيْهِ وَمَرْفُوعًا مَنْ صَلَّى
بَعْدَ الْعِشَاءِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ كُنَّ لَهُ كَمِثْلِهِنَّ مِنْ لَيْلَةِ
الْقَدْرِ</span><span style="font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">Adapun
shalat sunnah setelah ‘Isyaa’ adalah dua raka’at berdasarkan apa yang diriwayatkan
kepada kami dari atsar-atsar. Apabila ia shalat empat raka’at maka <i>afdlal</i>
berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar <i>radliyallaahu ‘anhu</i> secara <i>mauquuf</i>
dan <i>marfuu’</i> : ‘<i>Barangsiapa shalat setelah ‘Isyaa’ sebanyak empat raka’at,
maka baginya pahala senilai Lailatul-Qadr</i>” [<i>Al-Mabsuuth</i> 1/459 – via Syaamilah].</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">Ibnu
Baaz <i>rahimahullah </i>berkata:</span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: right;">
<span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 150%;">الراتبة ركعتان، وإن صلى أربع ركعات فلا بأس، فقد جاء في الحديث:
" أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يصلي أربعاً قبل أن ينام " وإذا
فعلها الإنسان فلا بأس، وإن اقتصر على ركعتين فهي الراتبة، والراتبة التي كان
يحافظ عليها: بعد العشاء ركعتان، ثم ينام، ويقوم في آخر الليل يتهجد عليه الصلاة
والسلام</span><span style="font-family: Tahoma, sans-serif; font-size: 10pt; line-height: 150%;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">“Shalat
sunnah rawatib setelah ‘Isyaa’ adalah dua raka’at. Apabila ia shalat empat raka’at,
maka tidak mengapa, karena terdapat dalam hadits : ‘Sesungguhnya Nabi <i>shallallaahu
‘alaihi wa sallam</i> pernah shalat empat raka’at sebelum beliau tidur’.
Apabila seseorang melakukannya, maka tidak mengapa. Dan apabila ia meringkasnya
dua raka’at, maka itulah shalat sunnah rawatib. Shalat sunnah rawatib yang senantiasa
dijaga oleh beliau adalah : dua raka’at setelah ‘Isyaa’, kemudian tidur. Setelah
itu bangun di akhir malam untuk melakukan shalat tahajjud. Semoga shalawat dan
salam senantiasa dilimpahkan kepada beliau” [Majalah <i>Al-Buhuuts Al-Islaamiyyah</i>,
46/197].</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">Al-Albaaniy
<i>rahimahullah</i> mengisyaratkan <i>masyru’</i>-nya shalat sunnah ini ketika
menjelaskan hadits no. 5060 dalam buku <i>Silsilah Adl-Dla’iifah </i>11/101-103.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">Wallaahu a’lam</span></i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; tab-stops: 21.3pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%;">[abul-jauzaa’ – perumahan ciomas permai –
26 Jumadats-Tsaaniy 1435/25 April 2014 – 22:25 – pertama kali saya mendapatkan
faedah ini dari penjelasan Al-Ustaadz Badru Salam <i>hafidhahullah</i>].</span></div>
<br /></div>
Tabligh Khazanahhttp://www.blogger.com/profile/11517606214493678211noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4476997175974349125.post-52873667172564341102014-04-26T20:43:00.001+07:002014-05-05T10:09:14.583+07:00Mengenal Nama-Nama Malaikat<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh87RGFYS8vSGLsgplHc87v3dDwu7iWmHRrQdepTGh_qJtsVE2UazPwOcJ_yKuuK8u9mj62SNfeWMp2c_bvYyWNEPDEUd65XNNFc5MIC28HTvy808qoGy06w38ZIkOGbpQ7REIFiG6qyks/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh87RGFYS8vSGLsgplHc87v3dDwu7iWmHRrQdepTGh_qJtsVE2UazPwOcJ_yKuuK8u9mj62SNfeWMp2c_bvYyWNEPDEUd65XNNFc5MIC28HTvy808qoGy06w38ZIkOGbpQ7REIFiG6qyks/s1600/images.jpg" /></a></div>
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Termasuk bagian
dari rukun iman adalah iman kepada malaikat-malaikat Allah ta’ala, sebagaimana
firman-Nya :</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: right;">
<i><span style="color: black; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا
أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ
وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ
وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">“Rasul telah
beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula
orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, <span style="mso-bidi-font-weight: bold;">malaikat-malaikat-Nya</span>, kitab-kitab-Nya
dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara
seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya”, dan mereka mengatakan:
“Kami dengar dan kami taat”. (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan
kepada Engkaulah tempat kembali” [QS. Al-Baqarah : 285].</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Dalam hadits
Jibriil yang terkenal/masyhuur disebutkan tentang rukun iman :</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: right;">
<i><span style="color: black; font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ
وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ
بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ.</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">“(Iman itu
adalah) engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, dan hari akhir, serta engkau beriman kepada takdir yang baik
maupun yang buruk” [lihat Al-Arba’uun An-Nawawiy no. 2].</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Sebagai seorang
muslim yang beriman kepada para malaikat-Nya, tentu kita dituntut untuk
mengenal dan mengetahuinya. Minimal, kita kenal dan tahu nama-namanya. Setiap
malaikat mempunyai nama, akan tetapi hanya sedikit di antaranya yang diketahui
melalui perantaraan nash. Berikut akan kami tuliskan nama-nama malaikat yang
terdapat dalam nash :</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Jibriil (</span></i><i><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">جبريل</span></i><i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">)</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Allah ta’ala
berfirman :</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: right;">
<i><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">إِنْ تَتُوبَا إِلَى اللَّهِ فَقَدْ
صَغَتْ قُلُوبُكُمَا وَإِنْ تَظَاهَرَا عَلَيْهِ فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ مَوْلاهُ
وَجِبْرِيلُ وَصَالِحُ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمَلائِكَةُ بَعْدَ ذَلِكَ ظَهِيرٌ</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">“Jika kamu
berdua bertaubat kepada Allah, maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong
(untuk menerima kebaikan); dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan
Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan
orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah
penolongnya pula” [QS. At-Tahriim : 4].</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Jibriil
‘alaihis-salaam juga disebut sebagai Ar-Ruuh, sebagaimana firman-Nya :</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: right;">
<i><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">تَنَزَّلُ الْمَلائِكَةُ وَالرُّوحُ
فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">“Pada malam itu
turun malaikat-malaikat dan Ar-Ruuh (Jibriil) dengan ijin Tuhannya untuk
mengatur segala urusan” [QS. Al-Qadar : 4].</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Juga sebagai
Ar-Ruuhul-Amiin, sebagaimana firman-Nya :</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: right;">
<i><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الأمِينُ *
عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">“Dia dibawa
turun oleh Ar-Ruuh Al-Amin (Jibriil), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu
menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan” [QS.
Asy-Syu’araa’ : 193-194].</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Juga sebagai
Ar-Ruuhul-Qudus, sebagaimana firman-Nya :</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: right;">
<i><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِنْ
رَبِّكَ بِالْحَقِّ لِيُثَبِّتَ الَّذِينَ آمَنُوا وَهُدًى وَبُشْرَى
لِلْمُسْلِمِينَ</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">“Katakanlah :
“Ruuhul-Qudus (Jibriil) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar,
untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk
serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)” [QS.
An-Nahl : 102].</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Miikaail (</span></i><i><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">ميكائيل</span></i><i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">)</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Allah ta’ala
berfirman :</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: right;">
<i><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِلَّهِ
وَمَلائِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيلَ وَمِيكَالَ فَإِنَّ اللَّهَ عَدُوٌّ
لِلْكَافِرِينَ</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">“Barangsiapa
yang menjadi musuh Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Rasul-Rasul-Nya, Jibriil dan
Mikaiil, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir” [QS.
Al-Baqarah : 98].</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: right;">
<i><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">عَنْ سَعْدٍ قَالَ رَأَيْتُ عَنْ
يَمِينِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَنْ شِمَالِهِ
يَوْمَ أُحُدٍ رَجُلَيْنِ عَلَيْهِمَا ثِيَابُ بَيَاضٍ مَا رَأَيْتُهُمَا قَبْلُ
وَلَا بَعْدُ يَعْنِي جِبْرِيلَ وَمِيكَائِيلَ عَلَيْهِمَا السَّلَام</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Dari Sa’d, ia
berkata : “Di hari terjadinya perang Uhud, aku melihat dua orang berpakaian
putih-putih. Masing-masing berada di kanan dan kiri Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam yang aku tidak pernah melihat keduanya sebelum dan sesudah
itu. Mereka ialah Jibriil dan Mikail ‘alaihimas-salaam” [Diriwayatkan oleh
Muslim no. 2306].</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Israafiil (</span></i><i><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">إسرافيل</span></i><i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">)</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: right;">
<i><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ رَبَّ
جِبْرَائِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَرَبَّ إِسْرَافِيلَ أَعُوذُ بِكَ مِنْ حَرِّ
النَّارِ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Dari ‘Aaisyah
bahwasannya ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam : “Allaahumma Rabba Jibraaiila wa Miikaala wa Rabb Israafiila, A’uudzu
bika min Harrin-Naari wa min ‘Adzaabil-Qabri (Ya Allah, Rabb Jibriil dan
Mika’il, Rabb Israafiil, aku berlindung kepada-Mu dari panasnya api neraka dan
siksa kubur)” [Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy no. 5519; dishahihkan oleh
Al-Albaaniy dalam Shahih Sunan An-Nasaa’iy 3/479, Maktabah Al-Ma’aarif, Cet.
1/1419].</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Ia lah malaikat
yang diberikan tugas oleh Allah ta’ala untuk meniup sangkakala kelak di hari
kiamat. Allah ta’ala berfirman :</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: right;">
<i><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">وَيَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ
فَفَزِعَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الأرْضِ إِلا مَنْ شَاءَ اللَّهُ
وَكُلٌّ أَتَوْهُ دَاخِرِينَ</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">“Dan (ingatlah)
hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan
segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan semua mereka
datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri” [QS. An-Naml : 87].</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Ibnu Katsiir
rahimahullah berkata :</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: right;">
<i><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">يخبر تعالى عن هول يوم نفخة الفَزَع
في الصُّور، وهو كما جاء في الحديث: “قرن ينفخ فيه”. وفي حديث(الصُّور) أن إسرافيل
هو الذي ينفخ فيه بأمر الله تعالى، فينفخ فيه أولا نفخة الفزع ويطولها، وذلك في
آخر عمر الدنيا، حين تقوم الساعة على شرار الناس من الأحياء، فيفزع مَنْ في
السموات ومَنْ في الأرض { إِلا مَنْ شَاءَ اللَّهُ }……</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">“Allah ta’ala
mengkhabarkan tentang keterkejutan manusia pada hari ditiupnya sangkakala. Hal
itu sebagaimana terdapat dalam sebuah hadits : ‘sangkakala ditiup pada waktu
itu’. Dan dalam hadits sangkakala tersebut dinyatakan bahwa Israafiil-lah yang
meniupnya dengan perintah Allah ta’ala. Tiupan pertama adalah tiupan yang
mengejutkan, hingga cukup lama waktunya dan hal itu terjadi di akhir umur dunia
ketika kiamat terjadi, menimpa manusia-manusia terburuk. Maka saat itu
terkejutah penghuni langit dan bumi. ‘Kecuali siapa yang dikehendaki Allah’…..”
[Tafsir Ibni Katsiir, 10/436; Muassasah Qurthubah, Cet. 1/1421].</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Maalik (</span></i><i><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">مالك</span></i><i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">)</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Ia adalah
malaikat penjaga neraka. Allah ta’ala berfirman :</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: right;">
<i><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">وَنَادَوْا يَا مَالِكُ لِيَقْضِ
عَلَيْنَا رَبُّكَ قَالَ إِنَّكُمْ مَاكِثُونَ</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">“Mereka berseru
: ‘Hai Maalik, biarlah Tuhanmu membunuh kami saja’. Dia menjawab : ‘Kamu akan
tetap tinggal (di neraka ini)” [QS. Az-Zukhruf : 77].</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: right;">
<i><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">عَنْ سَمُرَةَ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَيْتُ اللَّيْلَةَ رَجُلَيْنِ أَتَيَانِي
قَالَا الَّذِي يُوقِدُ النَّارَ مَالِكٌ خَازِنُ النَّارِ وَأَنَا جِبْرِيلُ
وَهَذَا مِيكَائِيلُ</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Dari Samurah,
ia berkata : Telah bersabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Aku bermimpi
pada suatu malam, ada dua laki-laki yang datang kepadaku. Keduanya berkata :
‘Malaikat yang menyalakan api adalah Maalik sebagai penunggu neraka, sedangkan
aku adalah Jibriil dan ini Miikaa’iil” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no.
3236].</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Ridlwaan (</span></i><i><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">رضوان</span></i><i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">)</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Ibnu Katsiir
rahimahullah berkata :</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: right;">
<i><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">وخازن الجنة ملك يقال له رضوان، جاء
مصرحا به في بعض الأحاديث</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">“Dan penjaga surga adalah malaikat yang bernama
Ridlwaan. Telah ada penjelasannya dalam beberapa hadits” [Al-Bidaayah
wan-Nihaayah, 1/53, Maktabah Al-Ma’aarif, Cet. 1/1394].</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Akan tetapi, beberapa peneliti (muhaqqiq) mengatakan
nama ini tidak tsabt dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah. Wallaahu a’lam.</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Zabaniyyah (</span></i><i><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">زبانية</span></i><i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">)</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Allah ta’ala
berfirman :</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: right;">
<i><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">فَلْيَدْعُ نَادِيَهُ * سَنَدْعُ
الزَّبَانِيَةَ * كَلا لا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">“Maka biarlah
dia memanggil golongannya (untuk menolongnya), kelak Kami akan memanggil
malaikat Zabaniyah, sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan
sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan)” [QS. Al-‘Alaq : 17-19].</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: right;">
<i><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا { سَنَدْعُ الزَّبَانِيَةَ } قَالَ قَالَ أَبُو جَهْلٍ
لَئِنْ رَأَيْتُ مُحَمَّدًا يُصَلِّي لَأَطَأَنَّ عَلَى عُنُقِهِ فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ فَعَلَ لَأَخَذَتْهُ
الْمَلَائِكَةُ عِيَانًا</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Dari ‘Ikrimah,
dari Ibnu Abbaas radliyallaahu ‘anhumaa tentang ayat : ‘Kami akan memanggil
malaikat Zabaaniyah’ (QS. Al-’Alaq 18), ia berkata : “Abu Jahl berkata :
‘Apabila aku melihat Muhammad sedang melakukan shalat, niscaya akan aku injak
lehernya’. Kemudian Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam berkata : ‘Seandainya
ia melakukannya niscaya para Malaikat akan menyambarnya dengan jelas”
[Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 3348; dishahihkan oleh Al-Albaaniy dalam
Shahih Sunan At-Tirmidziy 3/373, Maktabah Al-Ma’aarif, Cet. 1/1420].</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Munkar dan Nakiir (</span></i><i><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">المنكر والنكير</span></i><i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">)</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: right;">
<i><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قُبِرَ الْمَيِّتُ أَوْ
قَالَ أَحَدُكُمْ أَتَاهُ مَلَكَانِ أَسْوَدَانِ أَزْرَقَانِ يُقَالُ
لِأَحَدِهِمَا الْمُنْكَرُ وَالْآخَرُ النَّكِيرُ فَيَقُولَانِ مَا كُنْتَ تَقُولُ
فِي هَذَا الرَّجُلِ فَيَقُولُ مَا كَانَ يَقُولُ هُوَ عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
فَيَقُولَانِ قَدْ كُنَّا نَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُولُ هَذَا ثُمَّ يُفْسَحُ لَهُ فِي
قَبْرِهِ سَبْعُونَ ذِرَاعًا فِي سَبْعِينَ ثُمَّ يُنَوَّرُ لَهُ فِيهِ ثُمَّ
يُقَالُ لَهُ نَمْ فَيَقُولُ أَرْجِعُ إِلَى أَهْلِي فَأُخْبِرُهُمْ فَيَقُولَانِ
نَمْ كَنَوْمَةِ الْعَرُوسِ الَّذِي لَا يُوقِظُهُ إِلَّا أَحَبُّ أَهْلِهِ
إِلَيْهِ حَتَّى يَبْعَثَهُ اللَّهُ مِنْ مَضْجَعِهِ ذَلِكَ وَإِنْ كَانَ
مُنَافِقًا قَالَ سَمِعْتُ النَّاسَ يَقُولُونَ فَقُلْتُ مِثْلَهُ لَا أَدْرِي
فَيَقُولَانِ قَدْ كُنَّا نَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُولُ ذَلِكَ فَيُقَالُ لِلْأَرْضِ
الْتَئِمِي عَلَيْهِ فَتَلْتَئِمُ عَلَيْهِ فَتَخْتَلِفُ فِيهَا أَضْلَاعُهُ فَلَا
يَزَالُ فِيهَا مُعَذَّبًا حَتَّى يَبْعَثَهُ اللَّهُ مِنْ مَضْجَعِهِ ذَلِكَ</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Dari Abu
Hurairah, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
: “Jika salah seorang dari kalian dikuburkan, maka akan datang kepadanya dua
malaikat yang hitam dan kedua mata mereka biru. Salah satunya bernama Munkar
dan yang lainnya bernama Nakiir. Keduanya bertanya : ‘Apakah pendapatmu
mengenai lelaki ini ?’. Lalu dia menjawab sebagaimana yang pernah dikatakan
dahulu : ‘Dia adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku bersaksi bahwa tidak ada
tuhan yang hak selain Allah dan Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya’.
Keduanya berkata : ‘Kami sudah mengetahui bahwa kamu akan mengucapkan
demikian’. Kemudian kuburnya dilapangkan seluas tujuh puluh hasta dikali tujuh
puluh hasta. Lalu diterangi dan dikatakan kepadanya : ‘Tidurlah’. Dia berkata :
‘Biarkanlah aku kembali kepada keluargaku untuk mengabarkan kepada mereka’.
Keduanya berkata : ‘Tidurlah seperti pengantin yang tidak dibangunkan kecuali
oleh orang yang paling dia cintai’. Hingga Allah membangkitkannya dari tempat
tidurnya. Adapun seorang munafik berkata : ‘Aku hanya mendengar orang-orang
mengatakanya lalu aku ikut mengatakannya. Aku tidak tahu’. Keduanya berkata :
‘Kami sudah tahu mengatakan demikian’. Lalu dikatakan kepada bumi : ‘Himpitlah
dia !’. Lantas bumi menghimpitnya hingga persendiannya hancur. Dan dia terus
diadzab di dalamnya hingga Allah membangkitkan dari tempat tidurnya”
[Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy no. 1071; dihasankan oleh Al-Albaaniy dalam
Shahih Sunan At-Tirmidziy 1/544]. </span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Haaruut dan Maaruut (</span></i><i><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">هاروت وماروت</span></i><i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">)</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Allah ta’ala
berfirman :</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: right;">
<i><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو
الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ
الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى
الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ
حَتَّى يَقُولا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلا تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُونَ
مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ
بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلا
يَنْفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ
خَلاقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">“Dan mereka
mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan
mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak
kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir
(mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang
diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Haaruut dan Maaruut,
sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum
mengatakan : ‘Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu
kafir’. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir
itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan
mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudarat dengan sihirnya kepada seorang
pun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi
mudarat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah
meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu,
tiadalah baginya keuntungan di akhirat dan amat jahatlah perbuatan mereka
menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui” [QS. Al-Baqarah : 102].</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Catatan :</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: -22.5pt;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">1.</span></i><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 7.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> </span></i><i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Tidak ada riwayat shahih yang
menyebutkan nama malaikat dengan ‘Izraaiil. </span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: -22.5pt;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">2.</span></i><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 7.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> </span></i><i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Sebagian ulama ada yang mengatakan
bahwa di antara malaikat ada yang bernama Raqiib dan ‘Atiid dengan bersandar
ayat :</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: right;">
<i><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ
عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ * مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلا
لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">“(Yaitu) ketika
dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan
dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya
melainkan ada di dekatnya Raqiib ‘Atiid (malaikat pengawas yang selalu hadir)”
[QS. Qaaf : 17-18].</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Namun itu tidak
benar, sebab raqiib ‘atiid merupakan sifat bagi dua malaikat pencatat amal yang
selalu hadir dan menyaksikan apa apa yang diperbuat manusia dalam kehidupannya.</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify; text-indent: -22.5pt;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">3.</span></i><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 7.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> </span></i><i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Para ulama berbeda pendapat tentang
asal muasal iblis. Dinisbatkan kepada jumhur ulama bahwa mereka berpendapat
iblis merupakan keturunan malaikat. Sebagian di antara mereka berpendapat bahwa
moyang iblis dari kalangan malaikat itu bernama ‘Azaaziil dengan menisbatkan
pada perkataan Ibnu ‘Abbaas radliyallaahu ‘anhumaa :</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: right;">
<i><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">حدثنا ابن حميد، قال: ثنا سلمة، عن
ابن إسحاق، عن خلاد بن عطاء، عن طاوس، عن ابن عباس قال: كان اسمه قبل أن يركب
المعصية عزازيل، وكان من سكان الأرض، وكان من أشدّ الملائكة</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Telah
menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, ia berkata : Telah menceritakan kepada
kami Salamah, dari Ibnu Ishaaq, dari Khalaad bin ‘Athaa’, dari Thaawuus, dari
Ibnu ‘Abbaas, ia berkata : “Namanya sebelum bergelimang maksiat adalah
‘Azaaziil, termasuk golongan malaikat yang tinggal di bumi dan malaikat yang
paling bersungguh-sungguh (dalam beribadah kepada Allah)” [Tafsir Ath-Thabariy,
18/39].</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Namun riwayat
ini sangat lemah, karena Ibnu Humaid. Selain itu bertentangan dengan firman
Allah ta’ala :</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: right;">
<i><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">فَسَجَدُوا إِلا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ
الْجِنِّ</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">“…Maka sujudlah
mereka kecuali iblis. <u>Dia adalah dari golongan jin</u>….” [QS. Al-Kahfiy :
50].</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: right;">
<i><span style="font-family: "Tahoma","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُلِقَتْ الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ
وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">Dari ‘Aaisyah,
ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :
“Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api yang menyala-nyala
dan Adam diciptakan dari sesuatu yang telah disebutkan (ciri-cirinya) untuk
kalian” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2996].</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 6.0pt; text-align: justify;">
<i><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> Dan nama
lain malaikat <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>:</span></i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">1.Kiraman Katibin</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> - Para malaikat pencatat yang mulia, ditugaskan mencatat amal manusia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; mso-margin-bottom-alt: auto; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"><br />
<br />
<span style="mso-bidi-font-weight: bold;">2.Mu’aqqibat</span> - Para malaikat
yang selalu memelihara/ menjaga manusia dari kematian sampai waktu yang telah
ditetapkan yang datang silih berganti.<br />
<br />
<br />
<span style="mso-bidi-font-weight: bold;">3.Malaikat Qarin </span>- Malaikat
pendamping manusia dari lahir hingga ajalnya, bertugas membisikkan hal-hal
kebenaran dan kebaikan.<br />
<br />
<br />
<span style="mso-bidi-font-weight: bold;">4.Arham</span> - Malaikat yang
diperintahkan untuk menetapkan rejeki, keberuntungan, ajal dan lainnya pada 4
bulan kehamilan.<br />
<br />
<br />
<span style="mso-bidi-font-weight: bold;">5.Jundallah</span> - Para malaikat
perang yang bertugas membantu nabi dalam peperangan.<br />
<span style="mso-bidi-font-weight: bold;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 12.0pt; mso-margin-top-alt: auto;">
<span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;">6.Ad-Dam'u</span><span style="font-family: "Verdana","sans-serif"; font-size: 10.0pt; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: IN;"> - Malaikat yang selalu menangis jika melihat kesalahan manusia.<br />
<br />
<br />
<span style="mso-bidi-font-weight: bold;">7.An-Nuqmah</span> - Malaikat yang
selalu berurusan dengan unsur api dan duduk disinggasana berupa nayala api, ia
memiliki wajah kuning tembaga.<br />
<br />
<br />
<span style="mso-bidi-font-weight: bold;">8.Ahlul Adli </span>- Malaikat besar
yang melebihi besarnya bumi besera isinya dikatakan ia memiliki 70 ribu kepala.<br />
<br />
<br />
<span style="mso-bidi-font-weight: bold;">9.Ar-Ra'd</span> - Malaikat pengatur
awan dan hujan.<br />
<br />
<br />
<span style="mso-bidi-font-weight: bold;">10.Malaikat Berbadan Api dan Salju </span>-
Malaikat yang setengah badannya berupa api dan salju berukuran besar serta
dikelilingi oleh sepasukan malaikat yang tidak pernah berhenti berzikir.[15]<br />
<br />
<br />
<span style="mso-bidi-font-weight: bold;">11.Penjaga Matahari </span>- Sembilan
Malaikat yang menghujani matahari dengan salju.<br />
<br />
<br />
<span style="mso-bidi-font-weight: bold;">12.Malaikat Rahmat</span> - Penyebar
keberkahan, rahmat, permohonan ampun dan pembawa roh orang-orang shaleh, ia
datang bersama dengan Malaikat Maut dan Malaikat `Adzab.[20]<br />
<br />
<br />
<span style="mso-bidi-font-weight: bold;">13.Malaikat `Adzab</span> - Pembawa roh
orang-orang kafir, zalim, munafik, ia datang bersama dengan Malaikat Maut dan
Malaikat Rahmat.<br />
<br />
<br />
<span style="mso-bidi-font-weight: bold;">14.Pembeda Haq dan Bathil</span> - Para
malaikat yang ditugaskan untuk membedakan antara yang benar dan salah kepada
manusia dan jin<br />
<br />
<br />
<span style="mso-bidi-font-weight: bold;">15.Penentram Hati</span> - Para
malaikat yang mendoakan seorang mukmin untuk meneguhkan pendirian sang mukmin
tersebut.[23]<br />
<br />
<br />
<span style="mso-bidi-font-weight: bold;">16.Penjaga 7 Pintu Langit (hafadzah)</span>
- 7 malaikat yang menjaga 7 pintu langit. Mereka diciptakan oleh Allah sebelum Dia
menciptakan langit dan bumi.<a href="http://ceritamanda.wordpress.com/2011/05/31/kisah-malaikat-hafadzah-membawa-amal-manusia-ke-langit/" target="_blank">dan ini Kisah Malaikat Hafadzah</a><br />
<br />
<span style="mso-bidi-font-weight: bold;">17.Pemberi Salam Ahli Surga</span> -
Para malaikat yang memberikan salam kepada para penghuni surga<br />
<br />
<br />
<span style="mso-bidi-font-weight: bold;">18.Hamlah Ar Arsy</span> - Para
malaikat yang terdapat disekeliling 'Arsy yang memohonkan ampunan bagi kaum
yang beriman.<br />
<br />
<br />
<span style="mso-bidi-font-weight: bold;">19.Pemohon Ampunan Manusia di Bumi </span>-
Para malaikat yang bertasbih memuji Allah dan memohonkan ampun bagi orang-orang
yang ada di bumi.<br />
<br />
<br />
<span style="mso-bidi-font-weight: bold;">20.Pengatur Urusan Dunia</span> -
Malaikat yang mengatur urusan manusia didunia.</span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]--></div>
Tabligh Khazanahhttp://www.blogger.com/profile/11517606214493678211noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4476997175974349125.post-42294782751832380872014-04-24T10:12:00.002+07:002014-04-24T10:16:59.091+07:00alat optik<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Alat optika merupakan
alat penglihatan manusia, Secara umum, alat-alat optika terdiri dari dua
bagian, yaitu alat optika alamiah dan alat optika buatan. Alat optika
alamiah adalah mata, sedangkan alat optika buatan biasanya digunakan
untuk lebih mengoptimalkan penggunaan mata, misalnya lup, kaca mata,
mikroskop, teropong, teleskop dan lain-lain.
<br />
<b>1. Mata</b><br />
<div style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
Bagian-bagian Mata dan fungsinya <span id="more-1062"></span>secara optika:</div>
<div class="mceTemp mceIEcenter" style="text-align: justify;">
<dl class="wp-caption aligncenter">
<dt class="wp-caption-dt"><a href="http://sepenggal.files.wordpress.com/2010/05/bagian-mata.jpg"><img alt="" class="size-medium wp-image-1065" src="http://sepenggal.files.wordpress.com/2010/05/bagian-mata.jpg?w=300&h=249" height="249" title="bagian mata" width="300" /></a></dt>
<dd class="wp-caption-dd">Gambar 1. Bagian-bagian mata</dd></dl>
</div>
<ol style="text-align: justify;">
<li> <i><span style="color: maroon;"><b><span class="omj00380" id="omj00380_4">Aqueous</span> humor</b> </span></i>: berupa cairan (indeks bias, n = 1,33) yang <span style="color: navy;">berfungsi membiaskan cahaya yang menuju mata</span>.</li>
<li style="text-align: justify;"><i><span style="color: maroon;"><b>Lensa Kristalin</b></span></i> : disebut juga lensa mata (n = 1,40), untuk <span style="color: navy;">mengatur pembiasan yang disebabkan oleh cairan didepan lensa dan mengatur pemfokusan cahaya</span>,
dalam hal ini diatur oleh otot siliar; misalnya ketika melihat
benda-benda yang jauh, maka otot siliar mengendor (relaks) sehingga
lensa mata paling pipih, yang berarti jarak fokus paling panjang.
Peristiwa ini disebut dengan<i><b> <span style="color: navy;">akomodasi mata,</span></b></i> yaitu <span style="color: navy;"><b><i>peristiwa dimana lensa mengubah jarak fokusnya guna memfokuskan benda-benda pada berbagai jarak</i></b></span>.</li>
<li style="text-align: justify;"><span style="color: maroon;"><b><span class="omj00380" id="omj00380_2">Iris</span></b> </span>: berupa selaput yang membentuk celah lingkaran (pupil) dan <span style="color: blue;">memberi warna kepada mata</span></li>
<li style="text-align: justify;"><span style="color: maroon;"><b>Pupil</b></span> : <span style="color: blue;">celah lingkaran yang dibentuk oleh iris, dan besarnya diatur sesuai dengan intensitas cahaya yang masuk</span>;
jika berada ditempat yang terang, supaya mata tidak silau maka pupil
mengecil supaya intensitas cahaya yang masuk tidak begitu banyak.</li>
<li style="text-align: justify;"><span style="color: maroon;"><b><span class="omj00380" id="omj00380_6">Retina</span> (selaput jala) </b></span>: <span style="color: blue;">tempat jatuhnya bayangan yang dibiaskan oleh lensa kristalin</span>, untuk menangkap bayangan nyata, terbalik dan diperkecil.</li>
<li style="text-align: justify;"><span style="color: maroon;"><b>Bintik Kuning</b></span> : <span style="color: blue;">bagian pada retina yang sangat peka terhadap cahay</span>a. Agar bayangan terliihat jelas, bayangan harus terbentuk di retina tepat di bintik kuning.
<div class="wp-caption alignright" style="width: 310px;">
<a href="http://sepenggal.files.wordpress.com/2010/05/bayangan-pada-mata.jpg"><img alt="" class="size-medium wp-image-1069" src="http://sepenggal.files.wordpress.com/2010/05/bayangan-pada-mata.jpg?w=300&h=152" height="152" title="bayangan pada mata" width="300" /></a><br />
<div class="wp-caption-text">
<span class="omj00380" id="omj00380_3">Gambar</span> 2. Bayangan yang dibentuk pada retina mata</div>
</div>
</li>
<li style="text-align: justify;"><span style="color: maroon;"><b>Saraf optik</b></span>
: terdiri dari sel-sel syaraf yang sensitif yang dapat mengirim
sinyal-sinyal melalui saraf optik dari bintik kuning ke otak dan otaklah
yang menerjemahkan sehingga bayangan benda menjadi tegak, tidak
terbalik seperti yang ditangkap oleh retina mata.</li>
</ol>
<div style="text-align: justify;">
<b><span style="color: navy;">1.1. Titik Dekat dan Titik Jauh Mata</span></b></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>Untuk melihat dengan jelas, benda harus terletak pada jangkauan penglihatan mata, yaitu <span class="omj00380" id="omj00380_7">antara</span> <span style="color: maroon;"><b><i>Punctum Remotum</i></b> </span>dan <span style="color: maroon;"><i><b>Punctum Proximum</b></i></span>.</li>
<li><span style="color: maroon;"><b>Titik Dekat Mata (<i>Punctum Proximum</i> = PP)</b> </span>adalah <b><i>titik terdekat yang masih dapat dilihat dengan jelas oleh mata yang berakomodasi maksimum.</i></b> Untuk orang normal sejauh 25 cm.
<div class="wp-caption alignright" style="width: 310px;">
<a href="http://sepenggal.files.wordpress.com/2010/05/pmbtkan-byngn-pd-mta-nrmal.jpg"><img alt="" class="size-medium wp-image-1074" src="http://sepenggal.files.wordpress.com/2010/05/pmbtkan-byngn-pd-mta-nrmal.jpg?w=300&h=185" height="185" title="pmbtkan byngn pd mta nrmal" width="300" /></a><br />
<div class="wp-caption-text">
Gambar 3. Pembentukan bayangan pada mata normal</div>
</div>
</li>
<li><span style="color: maroon;"><b>Titik Jauh Mata (<i>Punctum Remotum</i> = PR)</b></span> adalah <b><i>titik terjauh yang masih dapat dilihat benda dengan jelas oleh mata yang tidak berakomodasi yaitu sejauh tak terhingga</i></b>.</li>
<li><span style="color: maroon;"><b>Mata normal</b></span>
memiliki titik dekat 25 cm dan titik jauh tak berhingga artinya dapat
melihat benda dengan jelas pada paling dekat 25 cm dan paling jauh tak
berhingga tanpa bantuan.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
Orang yang mengalami gangguan penglihatan sering disebut menderita<b> gangguan refraksi.</b> Artinya, <b><i>gangguan
penglihatan terjadi akibat tidak sempurnanya bayangan benda yang
diterima oleh saraf saraf penglihatan untuk disampaikan ke otak.</i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #003366;"><b>1.2. Rabun Dekat (Hypermetropi).</b></span></div>
<ul style="text-align: justify;">
<li>
<div class="wp-caption alignleft" style="width: 310px;">
<a href="http://sepenggal.files.wordpress.com/2010/05/pmbntkn-byngan-pda-hypermetropi.jpg"><img alt="" class="size-medium wp-image-1076" src="http://sepenggal.files.wordpress.com/2010/05/pmbntkn-byngan-pda-hypermetropi.jpg?w=300&h=176" height="176" title="Pmbntkn byngan pda hypermetropi" width="300" /></a><br />
<div class="wp-caption-text">
Gambar 4. Pembentukan bayangan pada mata hipermetropi</div>
</div>
Mata tidak dapat melihat benda-benda dekat.</li>
<li> Titik dekatnya lebih jauh dari 25 cm dan titik jauhnya dianggap
tak berhingga sehingga dapat melihat dengan jelas benda-benda yang
sangat jauh tanpa berakomodasi, tapi untuk benda-benda yang dekat
biasanya tidak kelihatan dengan jelas.</li>
<li> Bayangan jatuh di titik jauh mata (S’ = PP) dan biasanya S’ = – Sn)
<div class="wp-caption alignright" style="width: 310px;">
<a href="http://sepenggal.files.wordpress.com/2010/05/hipermetropi1.png"><img alt="" class="size-medium wp-image-1078" src="http://sepenggal.files.wordpress.com/2010/05/hipermetropi1.png?w=300&h=275" height="275" title="hipermetropi1" width="300" /></a><br />
<div class="wp-caption-text">
Gambar 5. Pembentukan Bayangan pada mata hipermetropi (a) sebelum menggunakan kacamata dan (b) sesudah menggunakan kacamata</div>
</div>
</li>
<li> Untuk membantu penglihatan digunakan Lenca Cembung (+), dimana
untuk dapat melihat pada jarak baca normal (S = Sn = + 25 cm), maka
bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung tersebut harus jatuh tepat
dititik dekat mata (PP), didepan lensa dan semu, S’ = – titik dekat mata
penderita rabun dekat.</li>
</ul>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="border: 2px solid #0033cc; padding: 5px;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="text-decoration: underline;"><i>Contoh soal 1:</i></span><br />
Seorang penderita rabun dekat dengan titik dekat 150 cm ingin membaca
pada jarak baca normal (25 cm); berapa jarak fokus dan kekuatan lensa
yang harus digunakannya?</div>
Petunjuk:<br />
Dari soal tersebut didapatkan bahwa :<br />
S’ = – titik dekatnya = – 150 cm<br />
S = 25 cm,<br />
Masukkan nilai-nilai tersebut ke persamaan lensa:<br />
<a href="http://sepenggal.files.wordpress.com/2010/05/pers-lens.gif"><img alt="" class="alignnone size-full wp-image-1092" src="http://sepenggal.files.wordpress.com/2010/05/pers-lens.gif?w=468" title="pers lens" /></a><br />
sehingga akan didapat nilai <span style="text-decoration: underline;">f = 30 cm (jawaban)</span><br />
Sedangkan kekuatan lensanya dapat dihitung dengan<br />
<a href="http://sepenggal.files.wordpress.com/2010/05/kekuatan-lensa.gif"><img alt="" class="alignnone size-full wp-image-1093" src="http://sepenggal.files.wordpress.com/2010/05/kekuatan-lensa.gif?w=468" title="kekuatan lensa" /></a><br />
sehingga didapat <span style="text-decoration: underline;">P = +3,33 dioptri (jawaban)</span></div>
<span style="color: navy;"><b>1.3. Rabun Jauh (Myopi) = Terang Dekat</b></span><br />
<div class="wp-caption alignleft" style="width: 310px;">
<a href="http://sepenggal.files.wordpress.com/2010/05/miopi1.jpg"><img alt="" class="size-medium wp-image-1087" src="http://sepenggal.files.wordpress.com/2010/05/miopi1.jpg?w=300&h=183" height="183" title="miopi1" width="300" /></a><br />
<div class="wp-caption-text">
Gmbar 6: Pembentukan Bayangan Pada mata myopia</div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada orang myopia, bentuk bola mata
terlalu lonjong atau kornea terlalu melengkung sehingga bayangan benda
yang masuk ke mata menjadi tidak fokus. Bayangan benda jatuh di depan
retina, daerah sensitif pada mata sehingga menyebabkan penglihatan
menjadi kabur.</div>
<ul>
<li>Mata tidak dapat melihat benda-benda jauh</li>
<li>Titik dekat mata (PP) lebih dekat tak hingga, dan bayangan jatuh di depan retina
<div class="wp-caption alignright" style="width: 310px;">
<a href="http://sepenggal.files.wordpress.com/2010/05/miopi3.jpeg"><img alt="" class="size-medium wp-image-1088" src="http://sepenggal.files.wordpress.com/2010/05/miopi3.jpeg?w=300&h=292" height="292" title="miopi3" width="300" /></a><br />
<div class="wp-caption-text">
Gambar 7: Pembentukan bayangan pada mata myopia (a) sebelum menggunakan lensa cekung dan (b) setelah menggunakan</div>
</div>
</li>
<li style="text-align: justify;">Untuk membantu penglihatan digunakan
kacamata negatif ( – ), dimana agar mata dapat melihat dengan normal
benda yang jauh (S = ~), maka bayangan yang dibentuk oleh lensa cekung
tersebut harus jatuh dititik jauh mata (S’ = – PR) , didepan lensa dan
maya.</li>
<li>Untuk menghitung Kekuatan kacamata yang digunakn dapat menggunakan persamaan lensa.</li>
</ul>
<div style="border: 2px solid #0033cc; padding: 5px;">
<span style="text-decoration: underline;"><i>Contoh Soal 2:</i></span><br />
<div style="text-align: justify;">
Seseorang dapat melihat benda dengan
jelas paling jauh pada jarak 4 m, berapa ukuran kacamata yang harus
dipakai agar dapat melihat seperti mata normal?</div>
Petunjuk:<br />
S = ~<br />
S’ = – 4 m (titik jauh mata)<br />
Masukkan nilai-nilai diatas pada persamaan lensa;<br />
<a href="http://sepenggal.files.wordpress.com/2010/05/pers-lens.gif"><img alt="" src="http://sepenggal.files.wordpress.com/2010/05/pers-lens.gif?w=88&h=43" height="43" title="pers lens" width="88" /></a><br />
sehingga didapat besarny fokus adalah <span style="text-decoration: underline;">f = – 4 m (jawaban)</span><br />
Dan kekuatan lensanya<br />
<a href="http://sepenggal.files.wordpress.com/2010/05/kekuatan-lensa.gif"><img alt="" src="http://sepenggal.files.wordpress.com/2010/05/kekuatan-lensa.gif?w=69&h=43" height="43" title="kekuatan lensa" width="69" /></a><br />
sehingga didapat kekuatan lensa kacamata yang digunakan adalah <span style="text-decoration: underline;">P = – 1/4 dioptri (jawaban) </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #003300;"><b>1.4. Mata Tua (Presbiopi)</b></span></div>
<div style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
<i><b> </b></i></div>
<div class="wp-caption alignright" style="width: 124px;">
<i><b><i><b><a href="http://sepenggal.files.wordpress.com/2010/05/presbiopi.jpg"><img alt="" class="size-thumbnail wp-image-1090" src="http://sepenggal.files.wordpress.com/2010/05/presbiopi.jpg?w=114&h=150" height="150" title="presbiopi" width="114" /></a></b></i></b></i><br />
<div class="wp-caption-text">
Gambar 7: Presbioopi</div>
</div>
<i><b>Presbyopia </b></i><b><i>b</i></b>erasal dari bahasa Yunani “<i>Presbys</i>” yang berarti orang tua dan “<i>Opia</i>”
artinya mata. Ini berkaitan dengan bekurangnya kemampuan mata untuk
fokus pada jarak dekat seperti membaca karena usia yang mulai menua.<br />
<div style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
Jadi cacat mata ini
karena berkurang daya akomodasi karena lanjut usia. Titik dekat lebih
besar dari 25 cm dan titik jauh pada jarak tertentu. Sehingga penderita
presbiopi tidak dapat melihat benda dengan jelas dan juga tidak dapat
membaca pada jarak baca normal. Dapat ditolong dengan <i>kaca mata bifokal (lensa rangkap).</i>
Kacamata bifokal adalah kaca mata yang terdiri atas dua lensa, yaitu
lensa cekung dan lensa cembung. Lensa cekung berfungsi untuk melihat
benda jauh dan lensa cembung untuk melihat benda dekat/membaca</div>
<div style="border: 2px solid #0033cc; padding: 5px;">
<i><span style="text-decoration: underline;"><b>Contoh Soal 3:</b></span></i><br />
<div style="text-align: justify;">
Seseorang yang sudah tua titik dekatnya
50 cm dan titik terjauhnya 5 m. Kacamata yang bagaimana yang digunakan
beliau agar matanya dapat melihat secara normal?</div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Petunjuk penyelesaian:</i><br />
Yang dimaksud normal adalah dapat melihat jauh tak terhingga dan dapat membaca pada jarak 25 cm.<br />
<span style="text-decoration: underline;">Untuk lensa atas.</span> jarak benda s = 25 cm = 0,25 m; bayangan jatuh pada s’ = – 50 cm = 0,5 m :<br />
Gunakan persamaan lensa:</div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://sepenggal.files.wordpress.com/2010/05/pers-lens.gif"><img alt="" src="http://sepenggal.files.wordpress.com/2010/05/pers-lens.gif?w=88&h=43" height="43" title="pers lens" width="88" /></a></div>
sehingga didapat <span style="text-decoration: underline;">fokus lensa atas adalah = 2 m</span> ; Dengan fokus sebesar ini kekuatan lensanya adalah =<span style="text-decoration: underline;"> 0,5 Dioptri</span><br />
Untuk lensa atas; s = ~ dan s’ = – 5 m;<br />
dengan persaamaan yang sama, didapatkan <span style="text-decoration: underline;">f = – 0,2 m</span>; yang berkekuatan lensa atas =<span style="text-decoration: underline;"> – 5 D </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: #003300;"><b><span style="text-decoration: underline;">1.5. Mata Astigmatisma</span><br />
</b></span></div>
<div style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
Cacat mata yang tidak
dapat melihat garis vertikal dan horizontal bersama-sama, ditolong
dengan kaca mata silindris. Penyebabnya adalah karena kornea mata yang
tidak berbentuk sferik, artinya salah satu bidang lebih melengkung
dibanding bidang lain, sehingga biasanya sinar-sinar pada bidang
vertikal difokuskan lebih pendek daripada sinar-sinar pada bidang
horisontal.</div>
<div style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
Astigmatisme atau mata
silindris merupakan kelainan pada mata yang disebabkan oleh karena
lengkung kornea mata yang tidak merata. Kelainan refraksi ini bisa
mengenai siapa saja tanpa peduli status sosial, umur dan jenis kelamin.</div>
<div style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
Bola mata dalam keadaan
normal berbentuk seperti bola sehingga sinar atau bayangan yang masuk
dapat ditangkap pada satu titik di retina (area sensitif mata). Pada
orang astigmatisme, bola mata berbentuk lonjong seperti telur sehingga
sinar atau bayangan yang masuk ke mata sedikit menyebar alias tidak
fokus pada retina. Hal ini menyebabkan bayangan yang terlihat akan kabur
dan hanya terlihat jelas pada satu titik saja. Disamping itu, bayangan
yang agak jauh akan tampak kabur dan bergelombang.</div>
<div style="border: 2px solid #0033cc; padding: 5px;">
<span style="text-decoration: underline;"><b>Soal-Soal Latihan</b></span><br />
<ol>
<li style="text-align: justify;">Seorang pelajar memakai kacamata
berukuran – ¾ dioptri untuk sebelah kanan dan – ¼ dioptri untuk sebelah
kiri. Jika pelajar tersebut tidak menggunakan kacamata, berapa jarak
terjauh yang dapat terlihat dengan jelas oleh kedua matanya?</li>
<li style="text-align: justify;">Pada saat membaca, jarak terdekat yang
dapat dilihat seorang kakek rabun dekat adalah 40 cm. Hitunglah kekuatan
lensa kacamat yang diperlukan!</li>
<li style="text-align: justify;">Seseorang yang berpenglihatan jauh dapat
membaca dengan jelas tanpa kacamata pada jarak tidak kurang dari 75 cm.
Ia menggunakan kacamata yang memiliki kuat lensa 2,5 dioptri. Berapa
titik dekat setelah ia memakai kacamata?</li>
<li style="text-align: justify;">Seseorang memakai kacamata – ½ dioptri
agar ia dapat melihat benda yang sangat jauh dengan jelas. Jika ia
melepas kacamatanya, berapakah jarak paling jauh yang masih dapat
dilihatnya dengan jelas?</li>
<li style="text-align: justify;">Seorang bermata miopi titik jauhnya 4 m, melihat bintang tak berakomodasi. Hitung berapa kekuatan kacamata yang diperlukan</li>
<li style="text-align: justify;">Seseorang yang berpenglihatan dekat
tidak dapat melihat dengan jelas benda yang berjarak lebih dari 60 cm
diukur dari mata. Berapa kuat lensa kacamata yang memungkinkan ia dapat
melihat dengan jelas</li>
<li style="text-align: justify;">Seseorang yang berpenglihatan jauh tidak
dapat melihat dengan jelas benda yang berjarak lebih dekat dari 75 cm
diukur dari mata. Berapa kuat lensa kacamata yang diperlukan agar ia
dapat membaca dengan jelas pada jarak 25 cm</li>
<li style="text-align: justify;">Seorang tua bermata presbiopi yang
memiliki titik dekat 40 cm dan membaca buku dengan memakai kacamata
dengan jarak baca 25 cm, ternyata orang itu berakomodasi maksimum.
Hitung kekuatan kacamata yang diperlukan</li>
<li style="text-align: justify;">Berdasarkan pemeriksaan, seseorang
dianjurkan menukar lensa kacamatanya dari 0,80 dioptri menjadi 1,25
dioptri. Berapa jauhkah pergeseran titik dekat mata orang tersebut?</li>
<li style="text-align: justify;">Seseorang yang menggunakan kacamata 3
dioptri dapat melihat dengan jelas pada jarak 25 cm didepan matanya.
Jika ia ingin melihat benda dengan jelas tanpa kacamata, hitunglah jarak
paling dekat benda ke matanya!</li>
</ol>
</div>
<div style="text-align: justify; text-indent: .5in;">
Jika ada menemukan
masalah dalam mengerjakan soal latihan tersebut atau ada masalah dalam
penulisan teks di atas, dapat menuliskannya di komentar di bawah ini.
Tulisan yang sejenis pernah juga saya tulis dalam format pdf di blog
ini ketika mengajar di Kelas Akselerasi yaitu dapat dibaca atau
didownload <a href="http://sepenggal.wordpress.com/2008/12/12/alat-alat-optika-bagian-1/">disini</a>; (letak download berbentuk pdf pada bagian akhir tulisan tersebut).</div>
</div>
Tabligh Khazanahhttp://www.blogger.com/profile/11517606214493678211noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4476997175974349125.post-52659630508212514402014-04-22T15:51:00.000+07:002014-04-24T10:24:18.392+07:00brush photoshop<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br />
kami hanya menampilkan saja pada cat yang akan di brush photoshop...<br />
<br />
<a href="http://downloads.ziddu.com/download/23702880/buka-disik.rar.html" target="_blank">ngeklik kene nek apak download sing dimaksud ke karo judul e</a></div>
Tabligh Khazanahhttp://www.blogger.com/profile/11517606214493678211noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4476997175974349125.post-64702078324417885782014-03-24T21:16:00.000+07:002014-04-22T17:55:07.709+07:00proses masuk dan menyebarnya agama hindu - budha di indonesia<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
PROSES MASUK DAN MENYEBARNYA AGAMA HINDU-BUDDHA DI INDONESIA-<br />
<br />
Perkembangan Hindu dan Buddha di India membawa akibat dan pengaruh yang
luar biasa pada kehidupan internasional, khususnya Asia Selatan dan
Tengah (Tibet, Nepal, Bangladesh, Sri Lanka), Asia Timur (Jepang, Cina,
Korea, Taiwan), dan Asia Tenggara. Indonesia merupakan daerah yang
terpengaruh oleh agama dan budaya Hindu-Buddha.<br />
<br />
<i>Pengaruh agama dan kebudayaan Hindu dan Buddha</i> terhadap
kehidupan masyarakat Indonesia zaman dahulu begitu kental dan hingga
kini masih terasa. Hal ini terlihat dari berbagai macam peninggalan
bersejarah bercorak Hindu-Buddha. Pengaruh Hindu dapat kita lihat di
Bali, di mana sebagian besar masyarakatnya pemeluk Hindu. Pengaruh
Buddha dapat terlihat pada kemegahan Candi Borobudur di Jawa Tengah.<br />
Pada tulisan ini kalian akan mempelajari proses masuknya peradaban
Hindu dan Buddha ke Indonesia. Kalian akan melihat pengaruh Hindu-Buddha
terhadap kehidupan agama dan kebudayaan masyarakat Indonesia. Dari
sinilah masyarakat Indonesia memasuki babak sejarah, ditandai dengan
pengenalan terhadap sistem tulis. Kalian akan mengetahui, kebudayaan
Hindu-Buddha berpengaruh besar terhadap perkembangan bahasa, sastra,
arsitektur (candi, keraton), serta seni rupa (relief, patung, makara).<br />
Pengaruh Hindu dan Buddha datang ke Indonesia hampir berbarengan.
Secara garis besar kita dapat melihat pengaruh tersebut dari berdirinya
beberapa kerajaan besar yang pernah berdiri di Indonesia, dari mulai <b>Kutai</b> yang menguasai sebagian Kalimantan sampai <b>Majapahit</b>
yang mampu menguasai hampir seluruh wilayah Indonesia dan luar negeri.
Kerajaan-kerajaan tersebut telah begitu lama menancapkan taring-taring
kekuasaannya di Indonesia sampai berabad-abad sehingga keberadaan dan
pengaruh agama tersebut kuat dalam kehidupan Indonesia. Pengaruh agama
Hindu-Buddha masih terlihat sampai hari ini dalam kehidupan sebagian
umat Islam di Indonesia dari mulai bahasa, peribadatan, pakaian,
kesenian.<br />
Sebelum bersinggungan dengan Hindu-Buddha, masyarakat Indonesia
menganut kepercayaan tradisional berupa penghormatan terhadap roh
leluhur dan kekuatan alam semesta dan bendabenda tertentu (animisme dan
dinamisme). Pengaruh Hindu-Buddha membuat kepercayaan animisme-dinamisme
beralih kepada dewa-dewi pengatur alam. Masyarakat Indonesia mulai
menyembah dewa-dewi yang sama dengan yang di India.<br />
<br />
<span style="background-color: orange;"><span></span></span>Awalnya, agama Buddha lebih dulu berkembang di Indonesia. Di
Indonesia (juga Thailand, Kamboja, Vietnam, Myanmar, Laos) aliran
Hinayanalah yang berkembang, sedangkan aliran Mahayana lebih berkembang
di Cina, Korea, Taiwan, dan Jepang. Perkembangan Buddha awal di
Indonesia dibuktikan oleh temuan patung Buddha dari abad ke-2 M di
Sikendeng, Sulawesi Selatan. Contoh lainnya adalah Kerajaan Sriwijaya
yang telah ada pada abad ke-6 M di Sumatera.<br />
Perkembangan Buddha yang pesat di Asia Tenggara pada awal abad masehi
disebabkan oleh faktor-faktor politis. Ketika itu agama Buddha sedang
mencapai masa keemasannya di Asia, terutama di India dan Cina. Banyak
kerajaaan yang menjadikan Buddha sebagai agama resmi negara, selain
Hindu. Namun kemudian, agama Buddha kehilangan kejayaaan dikarenakan
sejumlah kerajaan Buddhis mengalami keruntuhannya. Sebaliknya, Hindulah
yang kemudian menjadi agama resmi kerajaan-kerajaan yang bersangkutan.<br />
<div class="wp-caption alignleft" id="attachment_973" style="width: 148px;">
<div style="text-align: right;">
<a href="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Patung-Buddha-tertua-sulawesi-selatan.jpg" style="clear: right; margin-bottom: 1em;"><img alt="Patung Buddha tertua sulawesi selatan" class="size-medium wp-image-973" src="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Patung-Buddha-tertua-sulawesi-selatan-138x300.jpg" title="Patung Buddha tertua sulawesi selatan" /></a></div>
<br />
<div class="wp-caption-text" style="text-align: center;">
<h3>
Gambar 1.2 Patung Buddha tertua (dari perunggu) buatan abad ke-2 M yang ditemukan di Sikendeng, Sulawesi Selatan</h3>
</div>
</div>
Di Indonesia, kerajaan bercorak Hindu lebih berkembang daripada yang
Buddha. Pada perkembangannya, bahkan muncul agama “baru” atau agama
sinkretis, yakni perpaduan dari Hindu Siwa dengan Buddha. Agama
Siwa-Buddha mulai berkembang pesat pada masa Singasari di Jawa Timur,
masa orang-orang Jawa telah menciptakan karya seni dan arsitektur di
mana unsur Jawa lebih ditonjolkan daripada unsur India. Disebutkan dalam
kitabkitab dan pada bangunan candi-candi bahwa raja-raja Singasari
seperti <b>Kertanegara </b>dan <b>Wisnuwardhana </b>adalah penganut agama baru ini.<br />
Adapun proses dan waktu kapan masuknya agama Hindu dan Buddha ke
Indonesia sampai sekarang masih menjadi perdebatan di antara para
sejarawan. Setidaknya terdapat empat pendapat, yang masing-masing
pendapat sesungguhnya saling menguatkan.<br />
Adapun pendapat-pendapat tentang masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia adalah sebagai berikut:<br />
(1) Teori Brahmana, mengatakan bahwa yang membawa agama Hindu ke
Indonesia adalah orang-orang Hindu berkasta brahmana. Para brahmana yang
datang ke Indonesia merupakan tamu undangan dari raja-raja penganut
agama tradisonal di Indonesia. Ketika tiba di Indonesia, para brahmana
ini akhirnya ikut menyebarkan agama Hindu di Indonesia. Ilmuan yang
mengusung teori ini adalah <b>Van Leur</b>.<br />
(2) Teori Waisya, mengatakan bahwa yang telah berhasil mendatangkan
Hindu ke Indonesia adalah kasta waisya, terutama para pedagang. Para
pedagang banyak memiliki relasi yang kuat dengan para raja yang terdapat
di kerajaan Nusantara.<br />
Agar bisnis mereka di Indonesia lancar, mereka sebagai pedagang asing
tentunya harus membuat para penguasa pribumi senang, dengan cara
dihadiahi barang-barang dagangan.<br />
Dengan demikian, para pedagang asing ini mendapat perlindungan dari
raja setempat. Di tengah-tengah kegiatan perdagangan itulah, para
pedagang tersebut menyebarkan budaya dan agama Hindu ke tengah-tengah
masyarakat Indonesia. Ilmuwan yang mencetuskan teori ini adalah <b>N.J. Krom</b>.<br />
(3) Teori Ksatria, mengatakan bahwa proses kedatangan agama Hindu ke
Indonesia dilangsungkan oleh para ksatria, yakni golongan bangsawan dan
prajurit perang. Menurut teori ini, kedatangan para ksatria ke Indonesia
disebabkan oleh persoalan politik yang terus berlangsung di India
sehingga mengakibatkan beberapa pihak yang kalah dalam peperangan
tersebut terdesak, dan para ksatria yang kalah akhirnya mencari tempat
lain sebagai pelarian, salah satunya ke wilayah Indonesia. Ilmuan yang
mengusung teori ini adalah <b>C.C. Berg </b>dan <b>Mookerji.</b><br />
(4) Teori Arus Balik, mengatakan bahwa yang telah berperan dalam
menyebarkan Hindu di Indonesia adalah orang Indonesia sendiri. Mereka
adalah orang yang pernah berkunjung ke India untuk mempelajari agama
Hindu dan Buddha. Di pengembaraan mereka mendirikan sebuah organisasi
yang sering disebut s<i>anggha</i>. Setelah kembali di Indonesia,
akhirnya mereka menyebarkan kembali ajaran yang telah mereka dapatkan di
India. Pendapat ini dikemukakan oleh <b>F.D.K. Bosch</b>.
Kedatangan brahmana—dari India maupun lokal—dipergunakan pula oleh
sebagian golongan pedagang pribumi atau kepala suku yang ingin kedudukan
dan tingkat sosialnya meningkat. Melalui persetujuan kaum brahmana,
mereka dinobatkan menjadi penguasa secara politis (raja). Para penguasa
baru ini lalu belajar konsep dewa-raja (<i>devaraja</i>) agar
kekuasaannya semakin kuat. Dengan demikian, baik secara ekonomi, sosial,
dan politik, golongan pedagang atau pemimpin suku tersebut menjadi
lebih terhormat karena kekuasaannya pun bertambah luas. Setelah menjadi
raja, mereka mempersenjatai dirinya dengan pengikut-pengikutnya yang
setia untuk dijadikan tentara agar keamanannya terjamin. Dalam
memperluas wilayah pun, mereka lebih leluasa dan percaya diri.<br />
Setelah sebuah kerajaan didirikan, sistem feodal pun berlaku. <b>Feodalisme</b>
adalah “sistem sosial atau politik yang memberikan kekuasaan yang besar
kepada golongan bangsawan” (KBBI, 2002). Dengan demikian, raja adalah
yang menentukan ke arah mana kerajaan akan bergulir. Praktik feodalisme
ini cukup berkembang pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha, terutama
di Jawa. Pengkastaan dalam masyarakat membuat hubungan feodalistik
semakin menguat. Feodalisme menjamin stabilitas politik yang dibutuhkan
seorang raja untuk keberlangsungan kerajaannya.<br />
<br />
<div class="wp-caption alignleft" id="attachment_974" style="width: 310px;">
<a href="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/prasasti-telapak-kaki-Purnawarman.jpg"><img alt="prasasti telapak kaki Purnawarman" class="size-full wp-image-974" src="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/prasasti-telapak-kaki-Purnawarman.jpg" height="426" title="prasasti telapak kaki Purnawarman" width="300" /></a><br />
<div class="wp-caption-text">
Gambar 1.4 Prasasti (replika) yang memperlihatkan telapak kaki Purnawarman Raja Tarumanagara, yang diresmikan oleh para brahmana</div>
</div>
Sistem kasta ini membagi masyarakat dalam beberapa tingkatan sosial, yakni:<br />
(1) <i>Brahmana </i>yang berperan sebagai penasehat raja dan pendidik agama.<br />
(2) <i>Ksatria </i>yang terdiri atas penyelenggara dan penata pemerintahan serta pembela kerajaan (raja, pembantu raja, tentara).<br />
(3) <i>Waisya </i>yang berperan sebagai pedagang, pengrajin, petani, nelayan, dan pelaku seni.<br />
(4) <i>Sudra </i>yang terdiri atas pekerja rendah, buruh, budak, pembantu.<br />
Sementara itu, dalam kerajaan Buddhis pengkastaan tak terlalu
berperan karena ajaran Buddha tidak mengenal pengkastaan. Dalam hal ini,
masyarakat Buddhis lebih demokratis dan egalitis. Maka dari itu, sistem
feodal lebih berkembang di kerajaan-kerajaan bercorak Hindu.<br />
Dalam menentukan kebijakan, raja dibantu oleh kaum <i>pandita </i>(pendeta)
dan brahmana sebagai penasehat spiritual dan duniawi. Merekalah
kelompok yang mengetahui isi kitab suci yang ditulis dalam Sansekerta.
Akibatnya, masyarakat awam tak mungkin mengetahui isi kitab suci tanpa
perantara brahmana. Mereka memiliki hak mutlak dalam mengatur sebuah
upacara agama, seperti peringatan hari-hari suci, pengangkatan raja,
peresmian piagam atau prasasti, atau pernikahan golongan bangsawan.
Mereka pula yang merintis pembangunan sekolah-sekolah dan asrama-asrama
dalam masyarakat Buddha. Kedudukan mereka dapat disamakan dengan
kalangan ulama dan cendikiawan zaman sekarang.</div>
Tabligh Khazanahhttp://www.blogger.com/profile/11517606214493678211noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4476997175974349125.post-12053081613674923242014-03-24T21:14:00.002+07:002014-04-22T16:57:39.575+07:00PENGARUH HINDU-BUDDHA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="entry-content">
PENGARUH HINDU-BUDDHA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT INDONESIA-
Kebudayaan merupakan wujud dari peradaban manusia, sebagai hasil
akal-budi manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik primer,
sekunder, atau tersier. <i>Wujud kebudayaan</i> ini cukup beragam,
mencakup wilayah bahasa, adat-istiadat, seni (rupa, sastra, arsitektur),
ilmu pengetahuan, dan teknologi. Dan setiap kebudayaan yang lebih maju
pasti mendominasi kebudayaan yang berada di bawahnya. Begitu pula
kebudayaan India yang dengan mudah diterima masyarakat Indonesia.<br />
Pengaruh Hindu dan Buddha terhadap kehidupan masyarakat Indonesia
dalam bidang kebudayaan, berbarengan dengan datangnya pengaruh dalam
bidang agama itu sendiri. Pengaruh tersebut dapat berwujud fisik dan
nonfisik. Hasil kebudayaan pada masa Hindu-Buddha di Indonesia yang
berwujud fisik di antaranya: arca atau patung, candi (kuil), makara,
istana, kitab, stupa, tugu yupa, prasasti, lempengan tembaga, senjata
perang, dan lain-lain. Sedangkan peninggalan kebudayaan yang bersifat
nonfisik di antaranya: bahasa, upacara keagamaan, seni tari, dan karya
sastra.<br />
Wilayah India yang cukup banyak memberikan pengaruhnya terhadap
Indonesia adalah India Selatan, kawasan yang didiami bangsa Dravida. Ini
terbukti dari penemuan candi-candi di India yang hampir menyerupai
candi-candi yang ada di Indonesia. Begitu pula jenis aksara yang banyak
ditemui pada prasasti di Indonesia, adalah jenis huruf Pallawa yang
digunakan oleh orang-orang India selatan.<br />
<div class="wp-caption alignleft" id="attachment_984" style="width: 197px;">
<a href="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Prasasti-lempengan-tembaga-Raja-Kertawijaya.jpg"><img alt="Prasasti lempengan tembaga Raja Kertawijaya" class="size-full wp-image-984" src="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Prasasti-lempengan-tembaga-Raja-Kertawijaya.jpg" height="446" title="Prasasti lempengan tembaga Raja Kertawijaya" width="187" /></a><br />
<div class="wp-caption-text">
Gambar 1.7 Prasasti dari lempengan tembaga pada masa Raja Kertawijaya (Majapahit), tahun 1369 Saka atau 1447 M</div>
</div>
Meskipun budaya India berpengaruh besar, akan tetapi masyarakat
Indonesia tidak serta-merta meniru begitu saja kebudayaan tersebut.
Dengan kearifan lokal masyarakat Indonesia, budaya dari India diterima
melalui proses penyaringan (filtrasi) yang natural. Bila dirasakan cocok
maka elemen budaya tersebut akan diambil dan dipadukan dengan budaya
setempat, dan bila tak cocok maka budaya itu dilepaskan. Proses
akulturasi budaya ini dapat dilihat pada model arsitektur, misalnya,
punden berundak (budaya asli Indonesia) pada Candi Sukuh di Jawa Tengah;
atau pada dinding-dinding Candi Prambanan yang memuat relief tentang
kisah pewayangan yang memuat tokoh Punakawan; yang dalam relief manapun
di India takkan ditemui.<br />
<ol style="text-align: justify;">
<li><b>1. </b><b>Praktik Peribadatan</b><br />
Pengaruh Hindu-Buddha terhadap aktifitas keagamaan di Indonesia
tercermin hingga kini. Kalian dapat merasakannya kini di Bali, pulau
yang mayoritas penduduknya penganut Hindu. Kehidupan sosial, seni, dan
budaya mereka cukup kental dipengaruhi tradisi Hindu. Jenazah seseorang
yang telah meninggal biasanya dibakar, lalu abunya ditaburkan ke laut
agar “bersatu” kembali dengan alam. Upacara yang disebut <i>ngaben </i>ini
memang tidak diterapkan kepada semua umat Bali-Hindu, hanya orang yang
mampu secara ekonomi yang melakukan ritual pembakaran mayat (biasa
golongan brahmana, bangsawan, dan pedagang kaya).</li>
</ol>
Selain Bali, masyarakat di kaki Bukit Tengger di Malang, Jawa Timur,
pun masih menjalani keyakinan Hindu. Meski sebagian besar masyarakat
Indonesia kini bukan penganut Hindu dan Buddha, namun dalam menjalankan
praktik keagamaannya masih terdapat unsur-unsur Hindu-Buddha. Bahkan
ketika agama Islam dan Kristen makin menguat, pengaruh tersebut tak
hilang malah terjaga dan lestari. Beberapa wilayah yang sebelum
kedatangan Islam dikuasai oleh Hindu secara kuat, biasanya tidak mampu
dihilangkan begitu saja aspek-aspek dari agama sebelumnya tersebut,
melainkan malah agama barulah (Islam dan Kristen) mengadopsi beberapa
unsur kepercayaan sebelumnya. Gejala ini terlihat dari munculnya
beberapa ritual yang merupakan perpaduan antara Hindu-Buddha, Islam,
bahkan animisme-dinamisme. Contohnya: ritual <i>Gerebeg Maulud </i>yang
setiap tahun diadakan di Yogyakarta, kepercayaan terhadap kuburan yang
mampu memberikan rejeki dan pertolongan, kepercayaan terhadap roh-roh,
kekuatan alam dan benda keramat seperti keris, patung, cincin, atau
gunung.<br />
Ketika Islam masuk ke Indonesia, kebudayaan Hindu-Buddha telah cukup
kuat dan mustahil dapat dihilangkan. Yang terjadi kemudian adalah
akulturasi antara kedua agama tersebut. Kita bisa melihatnya pada acara
kelahiran bayi, tahlilan bagi orang meninggal, dan nadran (ziarah).
Acara-acara berperiode seperti tujuh hari, empat puluh hari, seratus
hari, tujuh bulanan merupakan praktik kepercayaan yang tak terdapat
dalam ajaran Islam atau Kristen.<br />
Perbedaan antara unsur-unsur agama yang berbeda dan bahkan cenderung
bertolak belakang itu, bukanlah halangan bagi masyarakat Indonesia untuk
menerima dan menyerap ajaran agama baru. Melalui kearifan lokal (<i>local genius</i>)
masyarakat Indonesia, agama yang asalnya dari luar (Hindu, Buddha,
Islam, Kristen) pada akhirnya diterima sebagai sesuatu yang tidak
“asing” lagi. Bila unsur agama tersebut dirasakan cocok dan tak
menimbulkan pertentangan dalam masyarakat, maka ia akan disaring
terlebih dahulu lalu diambil untuk kemudian dipadukan dengan budaya yang
lama; dan bila tak cocok maka unsur tersebut akan dibuang.<br />
Dengan demikian, yang lahir adalah agama sinkretisme, yaitu perpaduan
antardua unsur agama dan kebudayaan yang berbeda sehingga menghasilkan
praktik agama dan kebudayaan baru tanpa mempertentangkan perbedaan
tersebut, malah mempertemukan persamaan antarkeduanya. Jelaslah, dari
dulu bangsa Indonesia telah mengenal keragaman agama dan budaya
(pluralisme) tanpa harus bertengkar.<br />
<b>1. </b><b>Sistem Pendidikan</b><br />
Sriwijaya merupakan kerajaan pertama di Indonesia yang telah menaruh
perhatian terhadap dunia pendidikan, khususnya pendidikan Buddha.
Aktifitas pendidikan ini diadakan melalui kerjasama dengan
kerajaan-kerajaan di India. Hubungan bilateral dalam bidang pendidikan
ini dibuktikan melalui Prasasti Nalanda dan catatan <b>I-Tsing</b>.<br />
Berdasarkan keterangan Prasasti Nalanda yang berada di Nalanda, India
Selatan, terdapat banyak pelajar dari Sriwijaya yang memperdalam ilmu
pengetahuan. Catatan I-Tsing menyebutkan, Sriwijaya merupakan pusat
agama Buddha yang cocok sebagai tempat para calon rahib untuk menyiapkan
diri belajar Buddha dan tata bahasa Sansekerta sebelum berangkat ke
India. Di Sriwijaya, menurut I-Tsing, terdapat guru Buddha yang
terkenal, yaitu <b>Sakyakerti </b>yang menulis buku undang-undang berjudul <i>Hastadandasastra</i>. Buku tersebut oleh I-Tsing dialihbahasakan ke dalam bahasa Cina.<br />
Selain Sakyakerti, terdapat pula rahib Buddha ternama di Sriwijaya, yaitu <b>Wajraboddhi </b>yang berasal dari India Selatan, dan <b>Dharmakerti</b>. Menurut seorang penjelajah Buddha dari Tibet bernama <b>Atica</b>, Dharmakerti memiliki tiga orang murid yang terpandang, yaitu <b>Canti, Sri Janamitra</b>, dan <b>Ratnakirti</b>.
Atica sempat beberapa lama tinggal di Sriwijaya karena ingin menuntut
ilmu Buddha. Ketika itu, agama Buddha klasik hampir lenyap disebabkan
aliran Tantra dan agama Islam mulai berkembang di India, sehingga ia
memilih pergi ke Sriwijaya untuk belajar agama.<br />
Pada masa berikutnya, hampir di setiap kerajaan terdapat asrama-asrama (<i>mandala</i>)
sebagai tempat untuk belajar ilmu keagamaan. Asrama ini biasanya
terletak di sekitar komplek candi. Selain belajar ilmu agama, para calon
rahib dan biksu belajar pula filsafat, ketatanegaraan, dan kebatinan.
Bahkan istilah <i>guru </i>yang digunakan oleh masyarakat Indonesia sekarang berasal dari bahasa Sansekerta, yang artinya “kaum cendikia”.<br />
<div class="wp-caption alignleft" id="attachment_985" style="width: 204px;">
<a href="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Patung-sang-Buddha-Candi-Borobudur.jpg"><img alt="Patung sang Buddha Candi Borobudur" class="size-full wp-image-985" src="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Patung-sang-Buddha-Candi-Borobudur.jpg" height="244" title="Patung sang Buddha Candi Borobudur" width="194" /></a><br />
<div class="wp-caption-text">
Gambar 1.9 Patung sang Buddha pada Candi Borobudur</div>
</div>
<b>2. </b><b>Bahasa dan Sistem Aksara</b><br />
Bahasa merupakan unsur budaya yang pertama kali diperkenalkan bangsa
India kepada masyarakat Indonesia. Bahasalah yang digunakan untuk
menjalin komunikasi dalam proses perdagangan antarkedua pihak, tentunya
masih dalam taraf lisan. Bahasa yang dipraktikkan pun adalah bahwa Pali,
bukan Sansekerta karena kaum pedagang mustahil menggunakan bahasa kitab
tersebut.<br />
Bahasa Pali atau Pallawa merupakan aksara turunan dari aksara Brahmi
yang dipakai di India selatan dan mengalami kejayaan pada masa Dinasti
Pallawa (sekitar Madras, Teluk Benggali) abad ke-4 dan 5 Masehi. Aksara
Brahmi juga menurunkan aksara-aksara lain di wilayah India, yaitu Gupta,
Siddhamatrka, Pranagari, dan<br />
Dewanagari. Aksara Pallawa sendiri kemudian menyebar ke Asia
Tenggara, termasuk Indonesia, dan tertulis pada prasasti-prasasti
berbahasa Melayu Kuno zaman Sriwijaya. Istilah <i>pallawa </i>pertama kali dipakai oleh arkeolog Belanda, <b>N.J. Krom</b>; sarjana lain menyebutnya aksara <i>grantha</i>.<br />
Praktik bahasa Sansekerta pertama kali di Indonesia bisa dilacak pada
yupa-yupa peninggalan Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Huruf yang
dipakai adalah Pallawa. Dikatakan bahwa di kerajaan tersebut terdapat
seorang raja bernama <b>Kudungga</b>, memiliki anak yang bernama <b>Aswawarman</b>, dan juga memiliki cucu <b>Mulawarman</b>.
Menurut para ahli bahasa, Kudungga dipastikan merupakan nama asli
Indonesia, sedangkan Aswawarman dan Mulawarman sudah menggunakan bahasa
India. Penggantian nama tersebut biasanya ditandai dengan upacara
keagamaan.<br />
<div class="wp-caption alignleft" id="attachment_986" style="width: 326px;">
<a href="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Yupa-tugu-bertulis-peninggalan-Kutai.jpg"><img alt="Yupa tugu bertulis peninggalan Kutai" class="size-full wp-image-986" src="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Yupa-tugu-bertulis-peninggalan-Kutai.jpg" height="636" title="Yupa tugu bertulis peninggalan Kutai" width="316" /></a><br />
<div class="wp-caption-text">
Gambar 1.4 Yupa (tugu) bertulis) peninggalan Kutai</div>
</div>
Pengaruh agama Hindu dalam aspek bahasa akhirnya menjadi formal
dengan munculnya bahasa Jawa dan Melayu Kuno serta bahasa-bahasa daerah
lainnya di Indonesia yang banyak sekali menyerap bahasa Sansekerta.
Beberapa karya sastra Jawa ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dengan cara
mengonversikan atau menambahkan (menggubah) karya sastra yang dibuat di
India.<br />
Selain Sansekerta, bahasa Pali, Tamil, dan Urdu atau Hindustani
(digunakan di Pakistan dan sebagain India) pun memperkayai kosakata
penduduk Indonesia. Namun, pada perkembangannya Sansekertalah bahasa
yang paling berpengaruh dan dipakai hingga kini oleh orang Indonesia.
Bahasa Sansekerta merupakan bahasa tulisan. Bahasa ini tertulis dalam
prasasti, yupa, kitab suci, kitab undang-undang (hukum), karya sastra.
Maka dari kata-katanya dapat lebih abadi dan dipertahankan.<br />
Pengaruh tersebut kemudian dilanjutkan dengan proses penyerapan
bunyi. Kadang kita tidak menyadari bahwa bahasa yang kita gunakan
tersebut merupakan serapan dari bahasa Sansakerta. Perubahan bunyi pada
serapan ini terjadi karena logat dan dialek setiap suku-bangsa berbeda.
Makna awalnya pun sebagian telah mengalami perubahan: ada yang meluas
dan ada yang menyempit.<br />
Namun, adapula beberapa kata yang maknanya belum bergeser, contohnya: <i>tirta </i>berarti air; <i>eka</i>, <i>dwi, tri </i>berarti satu, dua, tiga; <i>kala </i>berarti waktu atau bisa juga bencana.<br />
Berikut ini kata-kata Indonesia serapan dari kata-kata Sansekerta:<br />
(a) sayembara, dari <i>silambara</i><br />
(b) bentara, dari <i>avantara</i><br />
(c) harta, dari <i>artha</i><br />
(d) istimewa, dari <i>astam eva</i><br />
(e) durhaka, dari <i>drohaka</i><br />
(f) gembala, dari <i>gopala</i><br />
(g) karena, dari <i>karana</i><br />
(h) bahagia, dari <i>bhagya</i><br />
(i) manusia, dari <i>manusya</i><br />
10. senantiasa, dari <i>nityasa</i><br />
(<i>Sumber: menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, KBBI</i>)<br />
Mengenai perkembangan aksara, di Indonesia terdapat beberapa jenis
aksara yang merupakan turunan dari aksara Pallawa. Di Jawa ada aksara
Kawi, aksara Kawi ini pada perkembangan selanjutnya menurunkan aksara
Hanacaraka atau Ajisaka yang digunakan untuk bahasa Jawa, Sunda, dan
Bali. Adapula prasasti zaman Mataram di Jawa Tengah bagian selatan yang
menggunakan aksara Pranagari yang umurnya lebih tua dari aksara
Dewanagari.<br />
Sementara itu, di wilayah Sumatera Utara (dengan dialek Toba, Dairi,
Karo, Mandailing, dan Simalungun) ada aksara Batak, sedangkan di daerah
Kerinci, Lampung, Pasemah, Serawai, dan Rejang terdapat aksara Rencong.
Sementara itu, di daerah Sulawesi bagian selatan ada aksara Bugis dan
Makassar. Dari perkembangan aksara-aksara turunan Pallawa, kita dapat
memperkirakan wilayah mana saja di Indonesia yang pengaruh budaya
Indianya lebih kental, yakni Jawa, Sumatera, dan sebagian Sulawesi.
Sedangkan daerah-daerah lainnya di Indonesia tak begitu dipengaruhi
budaya India, bahkan ada daerah yang sama sekali tak tersentuh budaya
Hindu-Buddhanya.<br />
Mengenai aksara Hanacaraka, terdapat sebuah legenda yang berkaitan dengan nama <b>Ajisaka</b>.
Ajisaka merupakan cerita rakyat yang berkembang secara lisan, terutama
hidup di masyarakat Jawa dan Bali. Tokoh, Ajisaka, berkaitan dengan
bangsa Saka dari India barat laut. Sebagian masyarakat Jawa percaya
bahwa Ajisaka dahulu pernah hidup di Jawa dan berasal dari India. Mereka
juga percaya bahwa Ajisakalah yang menciptakan aksara Jawa dan kalender
Saka.<br />
<div class="wp-caption alignleft" id="attachment_987" style="width: 222px;">
<a href="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Aksara-Rencong-turunan-Pallawa.jpg"><img alt="Aksara Rencong turunan Pallawa" class="size-medium wp-image-987" src="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Aksara-Rencong-turunan-Pallawa-212x300.jpg" height="300" title="Aksara Rencong turunan Pallawa" width="212" /></a><br />
<div class="wp-caption-text">
Gambar 1.10 Aksara Rencong salah satu sistem aksara turunan Pallawa</div>
</div>
<b>3. </b><b>Seni Arsitektur dan Teknologi</b><br />
Sebelum unsur-unsur Hindu-Buddha masuk, masyarakat Indonesia telah
mengenal teknologi membuat bangunan dari batu pada masa Megalitikum.
Mereka telah pandai membangun menhir, sarkofagus, peti (kuburan) kubur,
patung sederhana, dan benda benda dari batu lainnya. Setelah berkenalan
dengan seni arsitektur Hindu-Buddha, mereka kemudian mengadopsi
teknologinya. Jadilah candi, stupa, keraton, makara yang memiliki seni
hias (relief) dan arsitekturnya yang lebih beraneka.<br />
<ol style="text-align: justify;">
<li><b><i>a. </i></b><b><i>Candi</i></b><br />
Candi berasal dari frase <i>candika graha </i>yang berarti kediaman <b>Betari Durga</b>. Durga ini disembah terutama oleh umat Buddha. Dalam dunia pewayangan di Indonesia, Durga merupakan istri <b>Dewa Siwa </b>yang
dikutuk dari berwajah cantik menjadi raksasa. Yang pertama mendirikan
candi di India diduga adalah umat Buddhis. Ini terlihat dari temuan
candi tertua di sana yang dibangun pada abad ke-3 SM. Pada perkembangan
berikutnya, candi pun didirikan oleh umat Hindu.</li>
</ol>
Awalnya, candi didirikan sebagai tempat penyimpanan abu hasil
pembakaran jenazah raja. Karena itu, di candi yang disebut pripih sering
ditemukan sebuah wadah penyimpanan abu jenazah. Di atas abu jenazah
tersebut terpampang arca raja bersangkutan. Disimpan pula patung dewa
tertentu, biasanya dewa ini dipuja oleh almarhum yang bersangkutan. Pada
dinding-dinding candi biasanya terdapat deretan relief yang mengisahkan
cerita-cerita <i>Mahabharata </i>atau <i>Ramayana </i>atau kisah sastra lainnya. Pada candi Buddhis biasanya terdapat relief seputar kehidupan Siddharta.<br />
<b>Fungsi candi</b> selanjutnya berkembang menjadi tempat sembahyang (berasal dari frase “<i>sembah hyang</i>”)
untuk dewa-dewi. Jawa adalah tempat yang paling banyak terdapat candi,
disusul oleh Sumatera. Ini menandakan bahwa perkembangan agama dan
kebudayaan Hindu-Buddha berlangsung lebih pesat di Jawa, terutama di
Jawa Tengah dan Jawa Timur sebagai pusat-pusat pemerintahan pada
masanya. Berdasarkan arsitektur dan tempat dibangunnya, candi-candi di
Indonesia dapat dibagi atas: candi yang terletak di Jawa Tengah (bagian
selatan dan utara), Jawa Timur, dan lain-lainnya seperti di Sumatera,
Bali, dan Jawa Barat.<br />
Bentuk candi-candi di Jawa Tengah di bagian selatan berbeda dengan
yang ada di bagian utara. Namun demikian, secara umum (Soetarno, 2003)
candi-candi yang ada di kedua wilayah tersebut memiliki kesamaan, yaitu:<br />
(1) Bentuk bangunan tampak lebih gemuk, terbuat dari batu andesit.<br />
(2) Atapnya berbentuk undak-undakan dan puncaknya berbentuk stupa atau ratna.<br />
(3) Pada pintu dan relung terdapat hiasan bermotif makara.<br />
(4) Reliefnya timbul agak tinggi dan lukisannya bercorak naturalis (dua dimensi).<br />
(5) Letak candi utama terletak di tengah-tengah halaman komplek candi muka candi menghadap ke arah timur.</div>
</div>
Tabligh Khazanahhttp://www.blogger.com/profile/11517606214493678211noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4476997175974349125.post-61432881010619201062014-03-24T21:12:00.001+07:002014-04-22T18:02:23.727+07:00Awal Berdirinya kerajaan kutai<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="entry-content">
<b>Awal Berdirinya Kerajaan Kutai.</b> Kerajaan Kutai
terletak di sekitar aliran Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Berdasarkan
bukti-bukti berupa yupa yang ditemukan, Kutai merupakan kerajaan tertua
di Indonesia. Yupa tersebut berbahasa Sansekerta dan berhuruf Pallawa.
Dalam salah yupa dinyatakan nama-nama raja Kutai seperti Kudungga,
Aswawarman, dan Mulawarman. Yupa-yupa tersebut merupakan peringatan
upacara kurban yang dilakukan kaum brahmana.<br />
Dilihat dari bentuk tulisan diduga yupa itu dibuat pada abad ke-4
Masehi, pada masa Raja Mulawarman. Mulawarman adalah raja terkenal dari
Kutai, seperti diungkapkan pada salah satu yupa berikut: ”Sang Maharaja
Kudungga yang amat mulia mempunyai putra yang masyur bernama Aswawarman.
(Dia) mempunyai tiga orang putra yang seperti api. Yang terkemuka di
antara ketiga putranya adalah sang Mulawarman, raja yang besar, yang
berbudi baik, kuat, dan kuasa, yang telah upacara korban emas amat
banyak dan untuk memperingati upacara korban itulah tugu ini didirikan.”
Mulawarman, menurut yupa tersebut, sering diwujudkan dengan Ansuman,
yaitu Dewa Matahari. Raja Mulawarman dikenal sangat dekat dengan
rakyatnya. Ia juga memiliki hubungan yang baik dengan kaum brahmana yang
datang ke Kutai. Diceritakan bahwa Mulawarman sangat dermawan. Ia
memberikan sedekah berupa minyak dan lampu. Ia juga memberikan hadiah
20.000 lembu kepada brahmana di suatu tempat yang disebut <b><i>Waprakeswara </i></b>(tempat
suci untuk memuja Dewa Siwa). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
Mulawarman menganut Hindu-Siwa. Dari besarnya sedekah raja Mulawarman
ini memperlihatkan keadaan masyarakat Kutai yang sangat makmur.
Kemakmuran ini didukung oleh peranan yang besar Kutai dalam pelayaran
dan perdagangan di sekitar Asia Tenggara. Hal ini disebabkan karena
letak Kutai yang strategis, yaitu berada dalam jalur perdagangan utama
Cina-India.<br />
Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa raja pertama Kutai yang
bernama Kudungga diyakini belum dipengaruhi agama Hindu—setidaknya
terlihat dari namanya yang masih asli. Kudungga diperkirakan adalah
seorang pemimpin suku setempat yang kemudian mendirikan kerajaan pada
saat pengaruh Hindu-Buddha mulai masuk ke Indonesia. Putra Kudungga,
Aswawarman, kemungkinan adalah raja pertama Kutai yang beragama Hindu.
Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti sehingga diberi gelar <i>Wangsakerta </i>yang
artinya pembentuk keluarga. Dalam masa pemerintahannya wilayah Kutai
makin diperluas. Hal ini diketahui dari diadakannya upacara <i>aswamedha</i>, yaitu upacara pelepasan kuda.<br />
Setelah Aswawarman, Kutai diperintah oleh Mulawarman, putra
Aswawarman. Dari prasasti yang ditemukan diketahui bahwa dalam masa
pemerintahan Mulawarman pada abad ke-4 M, Kutai mengalami masa keemasan.
Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur.
Pada masa pemerintahannya pula, rakyat Kutai hidup makmur.<br />
<h3 style="text-align: justify;">
Sistem Sosial Politik Kerajaan Kutai</h3>
Kehidupan politik kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha membawa perubahan
baru dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Struktur
sosial dari masa Kutai hingga Majapahit mengalami perkembangan yang
ber-evolusi namun progresif. Dunia perekonomian pun mengalami
perkembangan: dari yang semula sistem barter hingga sistem nilai tukar
uang.<br />
Dari berbagai peninggalan yang ditemukan diketahui bahwa kehidupan
masyarakatnya Kutai sudah cukup teratur. Walau tidak secara jelas
diungkapkan, diperkirakan masyarakat Kutai sudah terbagi dalam
pengkastaan meskipun tidak secara tegas. Dari penggunaan bahasa
Sansekerta dan pemberian hadiah sapi, disimpulkan bahwa dalam masyarakat
Kutai terdapat golongan brahmana, golongan yang sebagaimana juga di
India memegang monopoli penyebaran dan upacara keagamaan. Di samping
golongan brahmana, terdapat pula kaum ksatria. Golongan ini terdiri dari
kerabat dekat raja. Di luar kedua golongan ini, sebagian besar
masyarakat Kutai masih menjalankan adat istiadat dan kepercayaan asli
mereka. Jadi, walaupun Hindu telah menjadi agama resmi kerajaan, namun
masih terdapat kebebasan bagi masyarakat untuk menjalankan kepercayaan
aslinya.<br />
Diperkirakan bahwa pertanian, baik sawah maupun ladang, merupakan
mata pencarian utama masyarakat Kutai. Melihat letaknya di sekitar
Sungai Mahakam sebagai jalur transportasi laut, diperkirakan perdagangan
masyarakat Kutai berjalan cukup ramai. Bagi pedagang luar yang ingin
berjualan di Kutai, mereka harus memberikan “hadiah” kepada raja agar
diizinkan berdagang.<br />
Pemberian “hadiah” ini biasanya berupa barang dagangan yang cukup
mahal harganya; dan pemberian ini dianggap sebagai upeti atau pajak
kepada pihak Kerajaan. Melalui hubungan dagang tersebut, baik melalui
jalur transportasi sungai-laut maupan transportasi darat, berkembanglah
hubungan agama dan kebudayaan dengan wilayah-wilayah sekitar. Banyak
pendeta yang diundang datang ke Kutai. Banyak pula orang Kutai yang
berkunjung ke daerah asal para pendeta tersebut.</div>
</div>
Tabligh Khazanahhttp://www.blogger.com/profile/11517606214493678211noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4476997175974349125.post-42088263610068640132014-03-24T21:04:00.000+07:002014-04-22T17:00:47.614+07:00bukti2 adanya tarumanegara<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="entry-content">
<b>Bukti-bukti adanya Tarumanagara-</b> Tarumanagara
berdiri sekitar abad ke-5 M di sekitar Bogor dan Bekasi, Jawa Barat.
Rajanya yang terkenal bernama Purnawarman, seorang Indonesia. <b>Fa-Hsien</b>, seorang rahib Buddha dari Cina, menyebutkan adanya kerajaan <i>To-lo-mo. </i>Pada
tahun 414 M, Fa-Hsien bertolak dari Sailan (atau Ceylon, sekarang Sri
Lanka) untuk balik ke Kanton, Cina. Sebelumnya ia bertahun-tahun belajar
Buddha di kerajaan-kerajaan Buddhis. Ia sering berziarah ke India.
Setelah dua hari berlayar, kapalnya diterjang topan. Ia pun terdampar
dan mendarat di <i>Ye Po Ti</i>, ejaan Cina bagi kata <i>Jawadwipa</i>, yaitu Pulau Jawa. Diduga, tanah yang ia darati adalah Tarumanagara.<br />
Kronik lain yang menyinggung Tarumanagara adalah berita Cina era
Dinasti Tang. Sekitar tahun 528-539 dan 666-669 M, datang seorang utusan
dari <i>To-lo-mo </i>ke Cina. <i>Tolomo </i>adalah ucapan lidah orang Cina untuk “taruma”. Sebelum ada pengaruh India, di sekitar Tarumanagara terdapat kerajaan <i>Aruteun</i>.
Setelah dipengaruhi Hindu, Aruteun pun berganti nama menjadi
Tarumanagara. Oleh karena itu, Aruteun atau Ci Aruteun (kata “ci” dalam
bahasa Sunda berarti “air” atau “sungai” atau “tanah”) dijadikan pusat
pemerintahan Tarumanagara.<br />
Pendapat ini didapat dari kronik Cina abad ke-5 M. Menurut sumber
ini, kerajaan dari Jawa yang pertama mengirim utusan ke Cina adalah <i>Ho-lo-tan</i>. Kronik <b>Li-Sung-Shu </b>mengabarkan (430-452 M), utusan <i>Ho-lo-tan </i>dari <i>She-po </i>(Jawa) ini berkali-kali datang ke Cina, menjalin persahabatan. Para ahli berpendapat bahwa nama <i>ho-lo-tan </i>adalah ucapan lidah Cina untuk “Aruteun”. Nama <i>Ho-lo-tan </i>tidak terdengar lagi pada abad ke-6. Sebagai gantinya muncul nama <i>To-lo-mo </i>(Tarumanagara)
yang utusannya sering berkunjung ke Cina. Pendapat ini bisa benar
adanya, karena adanya prasasti di tepi Sungai Ciaruteun (sekitar Bogor)
yang mengabarkan adanya Raja Tarumanagara yang memerintah pada abad ke-6
(Purnawarman).<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Prasasti-Ciaruteun.jpg"><img alt="Prasasti Ciaruteun" class="aligncenter size-full wp-image-1030" src="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Prasasti-Ciaruteun.jpg" height="214" title="Prasasti Ciaruteun" width="152" /></a><b>Gambar 2.3 </b>Replika Prasasti Ciaruteun yang memuat telapak kaki Purnawarman sebagai Dewa Wisnu</div>
Dari naskah <i>Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara </i><b>(</b>ditulis
pada masa Kesultanan Cirebon pada 1680 M) diketahui ada beberapa raja
penerus Purnawarman. Pada naskah ini disebutkan nama <b>Suryawarman</b>, raja ke-7 Tarumanagara yang memerintah tahun 535-561, yang dilanjutkan oleh <b>Sri Maharaja Kretawarman </b>yang memerintah hingga tahun 628. Disebutkan bahwa Suryawarman menikahkan puterinya, <b>Tirtakancana</b>, dengan <b>Resiguru Manikmaya </b>yang
kelak pendiri Kerajaan Kendan yang terletak di Cicalengka, Kabupaten
Bandung. Setelah Kretawarman, ada beberapa yang memerintah Tarumanagara.<br />
Raja-raja tersebut, yaitu <b>Sudawarman </b>(628-639), <b>Dewamurti </b>(639-640), <b>Nagajayawarman </b>(640-666), <b>Linggawarman </b>(666-669), dan <b>Tarusbawa </b>(669-670
M). Di bawah Tarusbawa, pamor Tarumanagara makin meredup. Pusat
Tarumanagara dialihkan ke Pakuan, Bogor, dan berganti nama menjadi
Kerajaan Sunda.<br />
Kerajaan-kerajaan kecil yang merupakan bawahan Tarumangara,
masing-masing mulai memisahkan diri, salah satunya Kendan. Selanjutnya,
yang berkuasa di Jawa Barat adalah Kerajaan Sunda di sebelah barat dan
Kerajaan Kendan (Galuh) di sebelah timur. Dua kerajaan ini dibatasi oleh
Sungai Citarum. Kelak, dua kerajaan ini dipersatukan oleh Sri Baduga
Maharaja, menjadi Pajajaran. Menurut keterangan Dinasti Tang,
Tarumanagara masih ada hingga abad ke-7. Setelah masa itu, tak ada lagi
berita tentangnya. Sangat mungkin, setelah abad ke-7 Tarumanagara
dikuasai oleh Sriwijaya dari Sumatera.<br />
Bukti-bukti adanya Tarumanagara adalah ditemukannya tujuh buah
prasasti, yakni Prasasti Ciaruteun, Kebon Kopi, Jambu, Tugu, Pasir Awi
dan Muara Ciaruteun, serta Lebak. Kebanyakan prasasti-prasasti ini
berbahasa Sansekerta dan berabjad Pallawa. Prasasti Ciaruteun ditemukan
di muara Sungai Cisadane, memuat informasi tentang Raja Purnawarman,
yang diidentikkan sebagai Dewa Wisnu beserta cap kakinya. Prasasti Kebon
Kopi ditemukan di Cibungbulang. Prasasti ini memuat gambar dua telapak
gajah Airawata, gajah tunggangan Dewa Wisnu. Sementara itu, Prasasti
Jambu ditemukan di Bukit Koleangkak, berisi sanjungan terhadap
Purnawarman.<br />
Prasasti Tugu ditemukan di Desa Tugu, Cilincing, Jakarta Utara.
Prasasti ini menyebutkan tentang penggalian saluran air (kanal) bernama
Gomati sepanjang 6.112 tombak (11 km). Penggaliannya dilakukan di tahun
pemerintahan ke-22 Purnawarman dan diselesaikan dalam waktu 21 hari.
Setelah selesai, Purnawarman mengadakan selamatan dengan memberikan
hadiah 1000 ekor sapi kepada para brahmana. Prasasti Tugu ini juga
menyebutkan penggalian sebuah sungai bernama <i>Candrabaga</i>.
Prasasti Pasir Awi dan Muara Ciaruteun ditulis dengan huruf ikal dan
belum dapat diartikan. Pada Prasasti Lebak, lagi-lagi disebutkan
kebesaran Purnawarman.<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Prasasti-Tugu.jpg"><img alt="Prasasti Tugu" class="aligncenter size-full wp-image-1031" src="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Prasasti-Tugu.jpg" height="185" title="Prasasti Tugu" width="144" /></a><b>Gambar 2.4 </b>Replika Prasasti Tugu yang menyatakan penggalian kanal Gomati</div>
Sumber yang memberikan gambaran jelas mengenai kehidupan politik
Tarumanagara, cukup minim. Meski demikian, kronik Fa-Hsien
mengisyaratkan bahwa stabilitas politik Tarumanagara cukup terjaga. Ini
tergambar dari perekonomiannya yang stabil, karena maju-tidaknya
perekonomian tergantung pada stabil-tidaknya keamanan wilayah. Kuatnya
pemerintahan Tarumanagara terlihat pada proyek saluran Gomati dan
Candrabaga. Proyek ini membutuhkan tenaga manusia yang cukup besar. Tak
mungkin proyek tersebut berjalan bila pemerintahan tak berwibawa dan tak
dihormarti rakyatnya. Kekuasaan raja Tarumanagara bersifat mutlak. Ini
tergambar dari pengagungan Purnawarman sebagai penjelmaan Dewa Wisnu,
salah satu dari Trimurti.<br />
<b>Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Tarumanagara</b><br />
Kehidupan masyarakat Tarumanagara tak jauh beda dengan Kutai. Menurut
sebuah prasasti, kehidupan sosialnya telah berkembang baik, terlihat
dari penggalian kanal (sungai yang digali) Gomati dan Candrabhaga secara
gotong-royong. Tenaga kerja yang diperintah menggali kanal tersebut
biasanya dari golongan budak dan kaum sudra. Pembangunan kanal Gomati
dan Candrabaga begitu bermakna bagi perekonomian Tarumanagara. Selain
sebagai sarana pencegah banjir, juga dapat dipergunakan sebagai sarana
transportasi (lalu lintas) air dan perdagangan antara pedagang
Tarumanagara dengan pedagang daerah lain. Hasil bumi merupakan komoditas
utama.<br />
Melalui perdagangan, masyarakat Tarumanagara dapat memperoleh barang
yang tidak dihasilkan di kerajaannya. Kehidupan ekonomi Tarumanagara
bertumpu pada hasil ladang dan kebun. Barang yang ditawarkan adalah
beras dan kayu jati. Mayoritas rakyat Tarumanagara adalah peladang.
Karena masyarakat peladang selalu berpindah-pindah tempat. Ini berbeda
dengan masyarakat petani yang selalu menetap di satu tempat, misalnya di
Jawa Tengah dan Timur.</div>
</div>
Tabligh Khazanahhttp://www.blogger.com/profile/11517606214493678211noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4476997175974349125.post-53775263592749072712014-03-24T20:59:00.002+07:002014-04-22T17:01:03.482+07:00Kerajaan kendan dan galuh<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="entry-content">
<b>Kerajaan Kendan dan Galuh-</b> Sumber mengenai kerajaan ini diperoleh dari <i>Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara</i>.
Bisa jadi cerita yang ada di pustaka tersebut tak sepenuhnya benar
terjadi. Namun juga, di dalamnya ada beberapa peristiwa yang memang
benar-benar terjadi. Pendiri Kendan bernama Resiguru Manikmaya, berasal
dari Jawa Timur. Aslinya ia berasal dari India Selatan. Ketika tiba di
Jawa Barat, Manikmaya menikah dengan Tirtakancana, puteri Suryawarman
Raja Tarumanagara. Setelah menikah, Manikmaya diberi daerah bernama
Kendan, antara Sumedang-Bandung. Di Kendan, Ia diangkat menjadi <i>rajaresi </i>dan
dibekali tentara. Oleh mertuanya, ia dinobatkan menjadi raja kecil,
bawahan Tarumanagara. Dari pernikahan itu, Manikmaya memperoleh
keturunan. Salah satu putera bernama <b>Rajaputera Suraliman</b>. Di usia 20, Suraliman diangkat menjadi senopati Kendan. Tak lama, ia didaulat menjadi panglima balatentara (<i>Baladika</i>)
Tarumanagara. Manikmaya sendiri memerintah di Kendan selama 32 tahun,
dari 536-568 M. Setelah Manikmaya wafat, Suraliman naik tahta.
Pengangkatan Suraliman berlangsung pada tanggal 12 bagian Gelap Bulan
Asuji 490 Saka, bertepatan dengan 5 Oktober 568 M. Kendan di bawah
Suraliman terkenal tangguh dalam hal berperang.<br />
Raja Suraliman menikahi puteri <b>Raja Bakulapura </b>dari Kutai, <b>Dewi Mutyasari</b>. Pernikahan ini bertujuan menjalin persahabatan antar dua kerajaan. Dari pernikahan ini, Suraliman anak bernama <b>Kandiawan </b>(laki-laki) dan <b>Kandiawati </b>(perempuan). Kandiawan bergelar <b>Rajaresi Dewaraja Sang Layuwatang</b>.
Sedangkan, Kandiawati ikut bersama suaminya seorang pedagang kaya dari
Sumatera. Suraliman memerintah selama 29 tahun (568-597 M). Ia
digantikan puteranya, Kandiawan, yang ketika itu telah menjadi raja di
wilayah Medang Jati atau Medang Gana. Oleh karena itu, Kandiawan
bergelar <i>Rahiyangta ri Medang Jati</i>.<br />
<a href="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Patung-Wisnu-yang-ditemukan-di-Cibuaya.jpg"><img alt="Patung Wisnu yang ditemukan di Cibuaya" class="aligncenter size-full wp-image-1034" src="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Patung-Wisnu-yang-ditemukan-di-Cibuaya.jpg" height="190" title="Patung Wisnu yang ditemukan di Cibuaya" width="152" /></a><b>Gambar 2.5 </b>Patung Wisnu yang ditemukan di Cibuaya, Jawa Barat, kemungkinan merupakan peninggalan Galuh-Kendan<br />
Setelah menjadi raja, Kandiawan memindahkan pusat pemerintahan dari
Kendan ke Medang Jati yang diperkirakan daerah Cangkuang, Garut.
Perkiraan ini didapat, karena Raja Kandiawan merupakan pemeluk
Hindu-Wisnu, dan di daerah Cangkuang ini terdapat sebuah candi
Hindu-Wisnu (Candi Cangkuang). Penemuan situs di Bojong Menje,
Cicalengka, boleh jadi berkaitan dengan Kendan. Para ahli memperkirakan
situs tersebut bercorak Hindu. Kandiawan berputerakan lima orang: <b>Mangukuhan</b>, <b>Karungkalah</b>, <b>Katungmaralah</b>, <b>Sandang Greba</b>, dan <b>Wretikandayun</b>.
Mereka masing-masing menguasai daerah Kulikuli, Surawulan, Peles Awi
(Paleswari), Rawung Langit, dan Menir. Bisa jadi, kerajaan-kerajaan
kecil bawahan Kendan ini terletak di antara Bandung-Garut. Kandiawan
memerintah selama 15 tahun, 597-612 M. Ia melanjutkan hidupnya sebagai
pertapa di Layuwatang, Kuningan. Ia menunjuk anak bungsunya,
Wretikandayun, untuk merajai Kendan. Ketika itu Wretikandayun merupakan
rajaresi di Menir. Ia mulai memerintah Kendan pada 23 Maret 612 M, pada
usia 21 tahun.<br />
Raja Wretikandayun memindahkan ibu kota Kendan ke Galuh. Daerah ini
diapit oleh dua sungai, yakni Sungai Citanduy dan Cimuntur. Kata <i>galuh </i>berarti
“permata”. Kawasan Galuh ini berada di Desa Karang Kamulyan, Kecamatan
Cijeungjing, Ciamis. Wretikandayun beristrikan anak seorang pendeta Resi
Makandria, Dewi Manawati, yang menghasilkan tiga orang anak: <b>Sempakwaja</b>, <b>Jantaka</b>, serta <b>Amara</b>.
Pada saat Wretikandayun memerintah di Galuh, yang berkuasa di
Tarumanagara adalah Maharaja Kretawarman. Kendan (Galuh) saat itu masih
kerajaan bawahan Tarumanagara. Ketika di bawah Raja Tarusbawa, nama
Tarumanagara telah berubah menjadi Kerajaan Sunda. Dengan kondisi ini,
Wretikandayun yang pada saat itu berusia 78 tahun, beranggapan bahwa
Galuh harus memisahkan diri dari Tarumanagara.<br />
Akhirnya, Wretikandayun mengirim utusan ke Pakuan, ibu kota Kerajaan
Sunda. Utusan ini mengirim surat kepada Tarusbawa yang menyatakan bahwa
Galuh hendak memisahkan diri dari Sunda, menjadi kerajaan merdeka. Raja
Tarusbawa tak keberatan. Ia lebih memilih mengurus rakyat dan urusan
dalam negeri daripada harus mempertahankan wilayah yang ingin
memerdekakan diri. Lalu, Kerajaan Galuh dan Sunda disatukan oleh <b>Sri Baduga</b>, menjadi Kerajaan Pajajaran.<br />
<h3 style="text-align: justify;">
<b>Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Kendan, dan Galuh</b></h3>
Kehidupan sosial-ekonomi Kendan-Galuh tidak jauh beda dengan
Tarumanagara. Masyarakatnya berprofesi sebagai peladang. Agama yang
dianut bangsawan adalah Hindu-Wisnu, sedangkan rakyatnya mayoritas
menganut animisme dan dinamisme. Sementara itu, sistem transportasi pada
masa Kendan dan Galuh diperkirakan dilakukan melalui Sungai Cimanuk dan
pelabuhan tua di pesisir pantai utara, contohnya di sekitar Indramayu
dan Cirebon. Sementara itu mengenai masalah tenaga kerja, baik pegawai
istana maupun tentara, biasanya berasal dari golongan bangsawan kerabat
raja. Mengenai sistem perpajakan biasanya pedagang mengeirim hadiah
berupa benda-benda langka dan mahal. Sedangkan bagi wilayah yang berada
di bawah kerajaan maka mereka harus mengirimkan upeti berupa emas atau
benda-benda berharga lain, sebagai tanda kesetiaannya terhadap atasan.</div>
</div>
Tabligh Khazanahhttp://www.blogger.com/profile/11517606214493678211noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4476997175974349125.post-16508614482641581542014-03-24T20:57:00.002+07:002014-04-22T17:01:15.988+07:00Mataram Kuno Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="entry-content">
<b>Mataram Kuno Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra-</b>
Di Jawa Tengah pada abad ke-8 M telah berdiri sebuah kerajaan, yakni
Mataram. Mataram yang bercorak Hindu-Buddha ini diperintah oleh dua
dinasti (wangsa) yang berbeda, yaitu Dinasti Sanjaya dan Dinasti
Syailendra. Ibukota Mataram adalah Medang atau Medang Kamulan hingga
tahun 925. Pada Prasasti Canggal terdapat kata-kata “<i>Medang i bhumi Mataram</i>”.
Namun, hingga sekarang letak pasti ibu kota ini belum diketahui
(kecuali ada sebuah desa bernama Mendang di Purwodadi, Semarang).<br />
<div class="wp-caption alignleft" id="attachment_1055" style="width: 174px;">
<a href="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Prasasti-Canggal.jpg"><img alt="Prasasti Canggal" class="size-full wp-image-1055 " src="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Prasasti-Canggal.jpg" height="229" title="Prasasti Canggal" width="164" /></a><br />
<div class="wp-caption-text">
Gambar 2.10 Tulisan pada Prasasti Canggal yang bertuliskan huruf Pranagari, menceritakan tentang Raja Sanjaya</div>
</div>
Berdasarkan Prasasti Canggal diketahui, Mataram Kuno mula-mula
diperintah oleh Raja Sanna. Sanna kemudian digantikan oleh keponakannya,
Sanjaya. Sanjaya adalah anak Sanaha, saudara perempuan Raja Sanna
(Sanna tidak memiliki keturunan). Sanjaya memerintah dengan bijaksana
sehingga rakyat hidup makmur, aman, dan tenteram. Hal ini terlihat dari
Prasasti Canggal yang menyebutkan bahwa tanah Jawa kaya akan padi dan
emas. Selain pada Prasasti Canggal, nama Sanjaya juga tercantum pada
Prasasti Balitung. Setelah Sanjaya, Mataram diperintah oleh <b>Panangkaran</b>.<br />
Dari Prasasti Balitung diketahui bahwa Panangkaran bergelar <b>Syailendra Sri Maharaja Dyah Pancapana Raka i Panangkaran</b>.
Hal ini menunjukkan bahwa Raka i Panangkaran berasal dari keluarga
Sanjaya dan juga keluarga Syailendra. Sepeninggal Panangkaran, Mataram
Kuno terpecah menjadi dua, Mataram bercorak Hindu dan Mataram bercorak
Buddha. Wilayah Mataram-Hindu meliputi Jawa Tengah bagian utara,
diperintah oleh Dinasti Sanjaya dengan raja-rajanya seperti <b>Panunggalan</b>, <b>Warak</b>, <b>Garung</b>, dan <b>Pikatan</b>.
Sementara wilayah Mataram-Buddha meliputi Jawa Tengah bagian selatan
yang diperintah Dinasti Syailendra dengan rajanya antara lain Raja
Indra.<br />
Perpecahan di Mataram ini tidak berlangsung lama. Pada tahun 850,
Raka i Pikatan dari Wangsa Sanjaya mengadakan perkawinan politik dengan <b>Pramodhawardhani </b>dari
keluarga Syailendra. Melaui perkawinan ini, Mataram dapat dipersatukan
kembali. Pada masa pemerintahan Pikatan-Pramodhawardani, wilayah Mataram
berkembang luas, meliputi Jawa Tengah dan Timur. Pikatan juga berhasil
mendirikan Candi Plaosan.<br />
Sepeninggal Pikatan, Mataram diperintah oleh Dyah Balitung (898 -910
M). Setelah Balitung, pemerintahan dipegang berturut-turut oleh <b>Daksa</b>, <b>Tulodong</b>, dan <b>Wawa</b>.
Raja Wawa memerintah antara tahun 924-929 M. Ia kemudian digantikan
oleh menantunya bernama Mpu Sindhok. Pada masa pemerintahan Mpu Sindhok
inilah, pusat pemerintahan Mataram dipindahkan ke Jawa Timur. Hal ini
disebabkan semakin besarnya pengaruh Sriwijaya yang diperintah oleh
Balaputradewa. Selama abad ke-7 hingga ke-9 terjadi serangan-serangan
dari Sriwijaya ke Mataram. Hal ini mengakibatkan Mataram semakin
terdesak ke timur. Selain itu, adanya bencana alam berupa letusan Gunung
Merapi merupakan salah satu penyebab kehancuran Mataram. Letusan gunung
ini diyakini oleh masyarakat Mataram sebagai tanda kehancuran dunia.
Oleh karena itu, mereka menganggap letak kerajaan di Jawa Tengah sudah
tidak layak dan harus dipindahkan.<br />
Dinasti Syailendra yang bercorak Buddha mengembangkan berpusat di
Jawa Tengah bagian selatan, sedangkan Dinansti Sanjaya yang bercorak
Hindu berpusat di Jawa Tengah bagian utara. Perbedaan letak antara dua
dinasti ini terlihat dari perbedaan arsitektur candi-candi yang ada di
Jawa Tengah bagian selatan dan utara. Berdasarkan Prasasti Canggal (732
M) diketahui, raja pertama Mataram dari Dinasti Sanjaya adalah Raka i
Mataram Ratu Sanjaya yang memerintah di ibukota Medang Kamulan.
Berdasarkan isi <b>Prasasti Mantyasih</b> (Kedu) terdapat beberapa dari Wangsa Sanjaya yang memerintah di kemudian hari.<br />
Antara Wangsa Syailendra dengan Sanjaya terjadi persaingan, namun
kedua wangsa tersebut sempat menjalin hubungan baik. Pada abad ke-9
terjadi perkawinan antara Raka i Pikatan dari Sanjaya dengan
Pramodawardhani dari Syailendra. Perkawinan ini mendapat tentangan dari
Balaputeradewa, adik Pramodawardhani. Setelah bertikai dengan Pikatan
dan kalah, Balaputeradewa kemudian melarikan diri ke Sriwijaya, dan
menjadi raja di sana, karena Balaputeradewa memunyai darah Sriwijaya
dari ibunya, <b>Dewi Tara</b>, yang merupakan keturunan
Sriwijaya. Sedangkan Raka i Pikatan yang berhasil menyingkirkan
Balaputradewa mendirikan Candi Roro Jonggrang (Prambanan) yang bercorak
Siwa.<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Candi-Kalasan.jpg"><img alt="Candi Kalasan" class="aligncenter size-medium wp-image-1056" src="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Candi-Kalasan-300x187.jpg" height="187" title="Candi Kalasan" width="300" /></a><b>Gambar 2.11 </b>Candi
Kalasan, candi Buddha pertama di Jawa, didirikan atas perintah Raka i
Panangkaran guna menghormati Dewi Tara bagi umat Buddhis Mataram</div>
Rakai Pikatan dan Pramodawardhani yang berbeda agama ini banyak
mendirikan bangunan yang bercorak Hindu maupun Buddha. Raka i Pikatan
mendirikan Candi Loro Jongrang, sedangkan Pramodarwadhani sangat
memperhatikan Candi Borobudur di Bumisambhara yang dibangun oleh
ayahnya, yaitu <b>Samaratungga </b>pada 842 M.<br />
Susunan raja-raja yang memerintah di Mataram berdasarkan Prasasti
Balitung (Mantyasih) adalah: Raka i Mataram Ratu Sanjaya, Raka i Tejah
Purnapana Panangkaran, Raka I Panunggalan, Raka i Warak, Raka i Garung
Patapan, Raka I Pikatan, Raka i Kayuwangi, Raka i Watukumalang, Watukura
Dyah Balitung Dharmodaya Mahasambu, Daksa, Tulodhong, Wawa, dan
Sindhok.<br />
Prasasti ini dibuat oleh Dyah Balitung yang memerintah dari 898
hingga 910. Setelah Sindok menjadi raja (929), pusat-pusat pemerintahan
Mataram dipindahkan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Pemindahan ini
dikarenakan pusat kerajaan mengalami kehancuran akibat letusan Gunung
Merapi. Mpu Sindok kemudian mendirikan dinasti baru yaitu Dinasti Isana.
Ia memerintah hingga tahun 949. Pengganti Mpu Sindok yang terkenal
adalah <b>Dharmawangsa </b>yang memerintah 990-1016.<br />
Dharmawangsa pernah berusaha untuk mengalihkan pusat perdagangan dari
Sriwijaya pada 990, akan tetapi mengalami kegagalan karena Sriwijaya
gagal ditaklukkan. Pada tahun 1016 Dharmawangsa dan keluarganya
mengalami <i>pralaya </i>(kehancuran) akibat serangan dari Sriwijaya
yang bekerja sama dengan kerajaan kecil di Jawa yang dipimpin Wurawari.
Akibat serangan ini kerajaan Dharnawangsa mengalami kehancuran. Menantu
Dharmawangsa yang bernama Airlangga kemudian membangun kembali kerajaan,
dan pada tahun 1019 ia dinobatkan menjadi raja. Keberhasilan Airlangga
membangun kerajaan diabadikan dalam karya sastra Mpu Kanwa yaitu <i>Arjuna Wiwaha</i>. Pada 1041 Airlangga membagi dua kerajaan menjadi Janggala dan Panjalu.<br />
<h3 style="text-align: justify;">
<b>Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Mataram Kuno</b></h3>
Sumber-sumber berita Cina mengungkapkan keadaan masyarakat Mataram
dari abad ke-7 sampai ke-10. Kegiatan perdagangan baik di dalam maupun
luar negeri berlangsung ramai. Hal ini terbukti dari ditemukannya
barang-barang keramik dari Vietnam dan Cina. Kenyataan ini dikuatkan
lagi dengan berita dari Dinasi Tang yang menceritakan kebesaran sebuah
kerajaan dari Jawa, dalam hal ini Mataram.<br />
Dari <b>Prasasti Warudu</b> Kidul diperoleh informasi
adanya sekumpulan orang asing yang berdiam di Mataram. Mereka mempunyai
status yang berbeda dengan penduduk pribumi. Mereka membayar pajak yang
berbeda yang tentunya lebih mahal daripada rakyat pribumi Mataram.
Kemungkinan besar mereka itu adalah para saudagar dari luar negeri.
Namun, sumber-sumber lokal tidak memperinci lebih lanjut tentang
orang-orang asing ini. Kemungkinan besar mereka adalah kaum migran dari
Cina.<br />
Dari berita Cina diketahui bahwa di ibukota kerajaan terdapat istana
raja yang dikelilingi dinding dari batu bata dan batang kayu. Di dalam
istana, berdiam raja beserta keluarganya dan para abdi. Di luar istana
(masih di dalam lingkungan dinding kota) terdapat kediaman para pejabat
tinggi kerajaan termasuk putra mahkota beserta keluarganya. Mereka
tinggal dalam perkampungan khusus di mana para hamba dan budak yang
dipekerjakan di istana juga tinggal sekitarnya. Sisa-sisa peninggalan
pemukiman khusus ini sampai sekarang masih bisa kita temukan di
Yogyakarta dan Surakarta. Di luar tembok kota berdiam rakyat yang
merupakan kelompok terbesar. Kehidupan masyarakat Mataram umumnya
bersifat agraris karena pusat Mataram terletak di pedalaman, bukan di
pesisir pantai. Pertanian merupakan sumber kehidupan kebanyakan rakyat
Mataram. Di samping itu, penduduk di desa (disebut <i>wanua</i>)
memelihara ternak seperti kambing, kerbau, sapi, ayam, babi, dan itik.
Sebagai tenaga kerja, mereka juga berdagang dan menjadi pengrajin.<br />
Dari Prasasti Purworejo (900 M) diperoleh informasi tentang kegiatan
perdagangan. Kegiatan di pasar ini tidak diadakan setiap hari melainkan
bergilir, berdasarkan pada hari pasaran menurut kalender Jawa Kuno. Pada
hari Kliwon, pasar diadakan di <i>pusat kota. </i>Pada hari Manis atau Legi, pasar diadakan di desa bagian <i>timur</i>. Pada hari Paking (Pahing), pasar diadakan di desa sebelah <i>selatan</i>. Pada hari Pon, pasar diadakan di desa sebelah <i>barat</i>. Pada hari Wage, pasar diadakan di desa sebelah <i>utara</i>.<br />
Pada hari pasaran ini, desa-desa yang menjadi pusat perdagangan,
ramai didatangi pembeli dan penjual dari desa-desa lain. Mereka datang
dengan berbagai cara, melalui transportasi darat maupun sungai sambil
membawa barang dagangannya seperti beras, buah-buahan, dan ternak untuk
dibarter dengan kebutuhan yang lain.<br />
Selain pertanian, industri rumah tangga juga sudah berkembang.
Beberapa hasil industri ini antara lain anyaman seperti keranjang,
perkakas dari besi, emas, tembaga, perunggu, pakaian, gula kelapa,
arang, dan kapur sirih. Hasil produksi industri ini dapat diperoleh di
pasar-pasar tadi.Sementara itu, bila seseorang berjasa (biasanya pejabat
militer atau kerabat istana) kepada Kerajaan, maka orang bersangkutan
akan diberi hak memiliki tanah untuk dikelola. Biasanya tempat itu
adalah hutan yang kemudian dibuka menjadi pemukiman baru. Orang yang
diberi tanah baru itu diangkat menjadi penguasa tempat yang baru
dihadiahkan kepadanya. Ia bisa saja menjadi <i>akuwu </i>(kepala
desa), senopati, atau adipati atau menteri. Bisa pula sebuah wilayah
dihadiahkan kepada kaum brahmana atau rahib untuk dijadikan asrama
sebagai tempat tinggal mereka, dan di sekitar asrama tersebut biasanya
didirikan candi atau wihara.<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Adegan-pada-relief-Candi-Borobudur.jpg"><img alt="Adegan pada relief Candi Borobudur" class="aligncenter size-medium wp-image-1057" src="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Adegan-pada-relief-Candi-Borobudur-300x179.jpg" height="179" title="Adegan pada relief Candi Borobudur" width="300" /></a><b>Gambar 2.24 </b>Adegan
pada relief Candi Borobudur yang memperlihatkan seorang pedagang (duduk
di sebelah kanan) menjual emas kepada pembeli (berdiri di kiri)</div>
<div style="text-align: center;">
<a href="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Relief-pada-Candi-Morangan.jpg"><img alt="Relief pada Candi Morangan" class="aligncenter size-medium wp-image-1058" src="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Relief-pada-Candi-Morangan-300x175.jpg" height="175" title="Relief pada Candi Morangan" width="300" /></a><b>Gambar 2.25 </b>Relief pada Candi Morangan, Jawa Tengah, abad ke-9 yang menggambarkan para brahmana tengah memagang daun rontal (lontar)</div>
</div>
</div>
Tabligh Khazanahhttp://www.blogger.com/profile/11517606214493678211noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4476997175974349125.post-62429558098797041212014-03-24T20:56:00.000+07:002014-04-22T17:01:33.528+07:00Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Sriwijaya<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="entry-content">
<b>Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Sriwijaya-</b>
Informasi tentang Sriwijaya diperoleh dari beberapa sumber, baik dalam
negeri maupun luar negeri. Sumber-sumber lokal yang memberikan informasi
tentang Sriwijaya ini kebanyakan berupa batu tulis atau prasasti, di
antaranya: Prasasti Kedukan Bukit (683), Talang Tuo (684), Kota Kapur
(686), Telaga Batu (683), dan Karang Berahi. Sedangkan sumber luar
negeri terdiri dari Prasasti Ligor (775) di Malaysia, Prasasti Nalanda
(860) di India dan berita-berita pendeta I-Tsing dari Cina.<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Prasasti-Kedukan-Bukit.jpg"><img alt="Prasasti Kedukan Bukit" class="aligncenter size-full wp-image-1037" src="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Prasasti-Kedukan-Bukit.jpg" height="95" title="Prasasti Kedukan Bukit" width="132" /></a><b>Gambar 2.6 </b>Prasasti Kedukan Bukit, berangka tahun 682 M</div>
Prasasti Kedukan Bukit menyatakan bahwa Dapunta Hyang mengadakan perjalanan suci <i>(sidhayarta) </i>dengan
perahu dan membawa 2.000 orang. Dalam perjalanan tersebut, ia berhasil
menaklukkan beberapa daerah. Prasasti Talang Tuwo menyatakan pembuatan
taman bernama <i>Sriksetra </i>yang oleh Dapunta Hyang untuk
kemakmuran semua makhluk. Prasasti Telaga Batu menyatakan kutukan bagi
rakyat yang melakukan kejahatan dan tidak taat pada perintah raja.
Prasasti Kota Kapur menyatakan usaha penaklukan Jawa yang tidak tunduk
kepada Sriwijaya.<br />
Prasasti Karang Berahi menyatakan permintaan agar dewa menjaga
Sriwijaya dan menghukum setiap orang yang bermaksud jahat. Prasasti
Kedukan Bukit, Talang Tuo, dan Telaga Batu yang ditemukan di dekat
Palembang menceritakan letak pusat Sriwijaya yang ada di dekat
Palembang. Prasasti Kota Kapur dan Karang Berahi yang ditemukan di
Bangka dan Jambi menceritakan wilayah kekuasaan Sriwijaya sampai ke
Pulau Bangka dan Melayu.<br />
Selain prasasti, sumber sejarah tentang Kerajaan Sriwijaya dapat kita
ketahui dari prasasti di Indocina dan India serta catatan Cina dan
Arab. Catatan Cina berasal dari I Tsing, rahib Buddha. Sedangkan catatan
Timur Tengah berasal dari Raihan Al Baruni. Sriwijaya sebagai kerajaan
bercorak Buddha dalam perkembangannya mampu berperan penting sebagai:<br />
<i>(a) </i><i>Pusat perdagangan internasional</i>, peranan ini
dimiliki oleh Sriwijaya karena Sriwijaya berkembang sebagai kerajaan
maritim, mempunyai kapal-kapal dagang yang besar jumlahnya. Sriwijaya
memiliki angkatan laut yang kuat serta posisi strategis Sriwijaya yang
berada di jalur perdagangan internasional.<br />
<i>(b) </i><i>Tempat membina ilmu dan agama</i>, menurut catatan
pendeta Itsing disebutkan bahwa untuk memperdalam ajaran agama Buddha
sebelum pergi ke India, para calon rahib terlebih dahulu mempersiapkan
diri di Sriwijaya, dan untuk mempertahankan peran Sriwijaya sebagai
tempat memperdalam ajaran Buddha, raja Balaputradewa mengirim
pelajar-pelajarnya ke India untuk memperdalam ajaran Buddha, hal ini
dibuktikan dalam Prasasti Nalanda di India Selatan. Ada dua kronik Cina
yang menggambarkan keberadaan Sriwijaya, yakni catatan masa Dinasti Tang
dan catatan I-Tsing. Dalam catatan Dinasti Tang disebutkan bahwa
Sriwijaya telah beberapa kali mengirimkan utusan ke Cina. Utusan itu
datang tahun 971, 972, 974, 975, 980 dan 983 M. ketika hendak pulang,
utusan itu tertahan di Kanton, Cina bagian selatan, karena negerinya
sedang berperang melawan Raja Jawa. Sementara catatan I-Tsing
menyebutkan bahwa dalam perjalanan ziarahnya ke India di tahun 672 M, ia
singgah terlebih dulu di Sriwijaya. Dari Sriwijaya, ia melanjutkan
perjalanannya ke Melayu, Jambi, kemudian ke India. Dalam perjalanan
pulang, ia kembali singgah di Sriwijaya selama 5 tahun. Di sana, ia
menerjemahkan kitab suci agama Buddha ke dalam bahasa Cina. Diceritakan
pula bahwa saat itu Melayu sudah menjadi wilayah Sriwijaya. Keunggulan
Sriwijaya sebagai pusat perdagangan dan pusat Buddha ditunjang oleh
politik luar negerinya yang cenderung diplomatis. Diplomasi ini
dilaksanakan untuk mengontrol hubungan dagang di wilayah Selat Malaka.
Dengan sejumlah bandar penting di daerahnya, Sriwijaya menawarkan
jaminan perlindungan keamanan. Tawaran itu dapat bersifat halus, dapat
pula keras. Untuk itu, Sriwijaya membangun armada maritim yang kuat.
Diplomasi ini juga dilakukan untuk membentuk persekutuan dengan kerajaan
tetangga. Dengan diplomasi seperti ini, Sriwijaya mampu menanamkan
pengaruhnya di sepanjang timur Sumatera, Semenanjung Melayu, Kalimantan,
dan Jawa Barat. Diplomasi ala Sriwijaya ini juga diarahkan untuk
membendung pengaruh Cina, India, dan Jawa di Selat Malaka. Untuk
hubungan dagang dengan Cina, Sriwijaya melakukannya dengan mengutus
utusan secara teratur. Siasat ini dimaksudkan untuk meminta perlindungan
Cina dari serangan Jawa. Kerja sama antara Sriwijaya dengan
Cholamandala terbukti dengan adanya <b>Piagam Besar Leiden</b>.
Piagam ini adalah sebuah prasasti dari lempengan tembaga yang berasal
dari India Selatan, ditulis dalam bahasa Sansekerta dan Tami<b>l</b>.<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Patung-Prajnaparamita-Dewi-Kebijaksanaan.jpg"><img alt="Patung Prajnaparamita Dewi Kebijaksanaan" class="aligncenter size-full wp-image-1038" src="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Patung-Prajnaparamita-Dewi-Kebijaksanaan.jpg" height="236" title="Patung Prajnaparamita Dewi Kebijaksanaan" width="164" /></a><b>Gambar 2.7 </b>Patung Prajnaparamita, Dewi Kebijaksanaan dalam agama Buddha yang ditemukan di Candi Gumpung, Muara Jambi, abad ke-13</div>
Dari prasasti-prasasti lain yang ditemukan, tidak diketahui siapa
raja pertama Sriwijaya. Petunjuk pertama tentang raja Sriwijaya baru
ditemukan pada Prasasti Kedukan Bukit. Dalam prasasti ini disebutkan
bahwa pada masa pemerintahan Raja Dapunta Hyang, Sriwijaya berhasil
memperluas kekuasaannya hingga ke Jambi.<br />
Raja lain yang pernah memerintah Sriwijaya adalah Balaputeradewa.
Dalam masa pemerintahan Raja Balaputradewa ini, Sriwijaya mengalami masa
keemasan. Raja Balaputradewa meningkatkan kegiatan pelayaran dan
perdagangan. Ia juga menjalin hubungan yang baik dengan
kerajaan-kerajaan di luar negeri, seperti Kerajaan Benggala dan Chola di
India. Bahkan pada masa pemerintahan Balaputeradewa ini, Sriwijaya
dikenal sebagai pusat perdagangan dan penyebaran Buddha di Asia
Tenggara. Raja Sriwijaya yang lain adalah Sanggrama Wijayatunggawarman.
Dalam masa pemerintahan raja ini, Sriwijaya berhasil ditaklukkan oleh
Kerajaan Chola. Raja <b>Wijayatunggawarman </b>berhasil ditawan. Namun, pada masa <b>Rajendracholadewa </b>dari Cholamandala (1024 dan 1030), Wijayatunggawarman dibebaskan kembali.<br />
Sriwijaya mengalami kemunduran pada abad ke-13. Saat itu, terjadi
pengendapan yang sangat cepat di muara Sungai Musi. Hal ini
mengakibatkan pusat kota di Palembang semakin jauh dari laut dan
menjadikannya tidak strategis lagi sebagai pelabuhan pusat perdagangan.
Keadaan ini memperlemah perekonomian Sriwijaya. Apalagi Sriwijaya
semakin sulit mengontrol daerah kekuasaannya yang begitu luas karena
kemampuan militernya yang semakin merosot. Akibatnya, banyak daerah
taklukan yang melepaskan diri dari Sriwijaya.<br />
Pada masa ini, Sriwijaya juga mendapat banyak serangan dari luar. Di
antaranya serangan Dharmawangsa Teguh dari Jawa yang terjadi tahun 992
M; serangan Rajendracholadewa dari Cholamandala tahun 1024, 1030, dan
1068; serangan dari Kertanegara Singasari tahun 1275; dan serangan
Majapahit yang dipimpin Gajah Mada tahun 1377. Sriwijaya, menurut sebuah
catatan Cina, pada 1225 M, Palembang, ibukota Sriwijaya, telah dikuasai
oleh Kerajaan Melayu.<br />
<b>Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Sriwijaya</b><br />
Sriwijaya adalah sebuah negara maritim yang mempunyai hubungan
perdagangan internasional. Para pedagang dari berbagai bangsa, seperti
Cina, anak benua India (Gujarat, Urdu-Pakistan, dan Tamil), Sri Lanka,
dan Campa datang ke Sriwijaya. Bukan tidak mungkin terjadi perkawinan
campur antara para pedagang asing tersebut dengan penduduk asli
Sriwijaya. Hal ini dapat kita simpulkan dari berita I-Tsing yang
menyebutkan banyaknya kapal asing yang datang ke Sriwijaya. Para pelaut
ini tinggal beberapa lama di Sriwijaya menunggu datangnya pergantian
angin yang akan membawa mereka berlayar menuju tempat tujuan. Jelaslah
bahwa transportasi laut dan Sungai Musi di Palembang sangat membantu
Sriwijaya dalam mengembangkan pertumbuhan ekonominya.<br />
<div class="mceTemp" style="text-align: justify;">
<dl class="wp-caption alignleft" id="attachment_1049" style="width: 158px;">
<dt class="wp-caption-dt"><a href="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Patung-Siwa-yang-ditemukan-di-Jawa-Barat.jpg"><img alt="Patung Siwa yang ditemukan di Jawa Barat" class="size-full wp-image-1049" src="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Patung-Siwa-yang-ditemukan-di-Jawa-Barat.jpg" height="167" title="Patung Siwa yang ditemukan di Jawa Barat" width="148" /></a></dt>
<dd class="wp-caption-dd">Patung Siwa yang ditemukan di Jawa Barat</dd></dl>
</div>
Dengan kenyataan ini, masyarakat Sriwijaya diperkirakan sangat
majemuk. Mereka juga telah mengenal pembagian (stratifikasi) sosial
walaupun tidak begitu tegas. Hal ini bisa kita lihat dari beberapa
istilah dalam Prasasti Kota Kapur yang menunjukkan kedudukan para
bangsawan terdiri dari para putera raja dan kerabat istana. Adanya
istilah <i>yuwaraja </i>(putra mahkota), <i>pratiyuwaraja </i>(putra raja kedua), dan <i>rajakuman </i>(putra
raja ketiga) menunjukkan hal itu. Ditemukan juga istilah-istilah yang
berkaitan dengan pekerjaan atau jabatan tertentu seperti jabatan nahkoda
kapal yang disebut <i>puhavam </i>atau <i>puhawan</i>, <i>bupati</i>, dan <i>senopati</i>.
Prasasti Kota Kapur juga menggambarkan adanya kelompok masyarakat yang
memiliki profesi tertentu sebagai tenaga kerja, seperti saudagar, tukang
cuci, juru tulis, pembuat pisau, dan budak-belian yang dipekerjakan
oleh raja.<br />
Sebagai negara maritim, diyakini bahwa perdagangan merupakan bidang
andalan Sriwijaya. Hal ini bisa dilihat dari letak geografisnya yang
berada di tengah-tengah jalur perdagangan antara India dan Cina. Apalagi
setelah Selat Malaka berhasil dikuasai Sriwijaya, banyak kapal asing
yang singgah di pelabuhan ini untuk menambah perbekalan (nasi, daging,
air minum), beristirahat, dan melakukan perdagangan. Untuk mengontrol
aktifitas perdagangan di Selat Malaka, penguasa Sriwijaya membangun
sebuah bandar di Ligor (Malaysia). Hal ini diketahui dari Prasasti Ligor
yang bertahun 775 M.<br />
<a href="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Alat-batu-penggiling-zaman-megalitikum-masa-Sriwijaya.jpg"><img alt="Alat batu penggiling zaman megalitikum masa Sriwijaya" class="aligncenter size-medium wp-image-1050" src="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Alat-batu-penggiling-zaman-megalitikum-masa-Sriwijaya-300x161.jpg" height="161" title="Alat batu penggiling zaman megalitikum masa Sriwijaya" width="300" /></a>Alat
batu penggiling (peninggalan budaya megalitikum zaman prasejarah)
serpihan emas yang digunakan pada abad ke- 7 pada masa Sriwijaya;
terlihat bahwa profesi pendulang emas telah ada pada masa itu<br />
Pengiriman hadiah dari pedagang dan upeti dari raja-raja taklukan
kepada raja Sriwijaya merupakan ketentuan hukum. Sriwijaya sebagai tuan
rumah sekaligus negara niaga dan maritim, yang sering dikunjungi oleh
pedagang asing maka Sriwijaya berhak menentukan jumlah atau harga pajak
yang harus dipatuhi oleh para pedagang bersangkutan. Selain perdagangan,
rakyat Sriwijaya mengandalkan pertanian. Hal ini bisa kita simpulkan
dari tulisan <b>Abu Zaid Hasan</b>, pelaut Persia, yang mendapat keterangan dari seorang pedagang Arab bernama Sulaiman. Abu Zaid Hasan menceritakan bahwa <i>Zabaq </i>(Sriwijaya)
memiliki tanah yang subur dan wilayah kekuasaan yang luas hingga ke
seberang lautan. Dengan tanah yang subur, Sriwijaya kemungkinan memiliki
hasil pertanian yang cukup diminati para pedagang asing. Apalagi
wilayah Sriwijaya demikian luas hingga mencapai ke pedalaman Sumatera
dan Jawa. Sementara itu, masalah penguasaan tanah pada masa Sriwijaya
dapat dilihat dari Prasasti Kedukan Bukit yang membahas taman Sriksetra.
Diduga, masalah kepemilikan tanah ini sepenuhnya hak raja. Kehidupan
ekonomi dan sosial Kerajaan Melayu tak jauh berbeda dengan Sriwijaya.
Kaum bangsawannya memeluk Buddha, masyarakatnya sebagian besar memeluk
keyakinan tradisional.</div>
</div>
Tabligh Khazanahhttp://www.blogger.com/profile/11517606214493678211noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4476997175974349125.post-30584691699273111142014-03-24T20:54:00.001+07:002014-04-22T17:01:45.702+07:00Kerajaan Sunda dan Pajajaran<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="entry-content">
<b>Kerajaan Sunda dan Pajajaran-</b> Berita tentang
Kerajaan Sunda terdapat pada Prasasti Sanghyang Tapak yang berhuruf Kawi
bertahun 952 Saka (1050 M), yang ditemukan di Citatih, Cibadak,
Sukabumi (diperkirakan sezaman dengan Airlangga di Jawa Timur).
Disebutkan bahwa yang memerintah Sunda ketika itu adalah <b>Maharaja Jayabhupati </b>yang bergelar <b>Sri Jayabhupati Jayamanahen Wishnumurti Samarawijaya Sakalabhuwana Mandala Weswaranindita Haro Gowardhana Wikramottunggadewa. </b>Jayabhupati
disebutkan berkuasa di Praharyan Sunda dan beragama Waisnawa
(Hindu-Wisnu). Dan pada masa berikutnya, ibukota dipindahkan dari Pakuan
ke Kawali, Ciamis.<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Replika-Prasasti-Sanghyang-Tapak-Kawali.jpg"><img alt="Replika Prasasti Sanghyang Tapak Kawali" class="aligncenter size-medium wp-image-1041" src="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Replika-Prasasti-Sanghyang-Tapak-Kawali-300x183.jpg" height="183" title="Replika Prasasti Sanghyang Tapak Kawali" width="300" /></a><b>Gambar 2.9 </b>Replika Prasasti Sanghyang Tapak (Kawali)</div>
Sementara itu, Kerajaan Pajajaran banyak dibahas dalam babad atau kidung. Seperti <i>Kidung Sunda</i>, <i>Sundayana, Pararaton, Carita Parahiyangan, Babad Galuh</i>, dan <i>Babad Pajajaran</i>.
Kitab ini sebagian memang disusun pada waktu Pajajaran masih ada.
Namun, yang lainnya banyak ditulis pada masa kemudian, ketika Pajajaran
tinggal hanya nama. Nama Pajajaran pun tertulis pada Prasasti Batutulis
dan Prasasti Kebantenan. Prasasti Batutulis ditulis dengan bentuk <i>candrasangkala </i>dan memakai bahasa Sunda Kuno, berbunyi:<br />
<i>1. …ini sakakala Prabu Ratu Purana pun, di Wastu<br />
2. diva dingaran Prabu Guru Dewataprana di Wastu dija dingaran<br />
3. Sri Baduga, maharaja ratuhaji di Pakwan Pajajaran<br />
4. dewata pun ya nu nyusuk na Pakwan, dija anak rahiyang<br />
5. niskala sasida mokta di guna tiga, incu Rahiyang Niskala Wastu<br />
6. Kancana sakakala mokta ka nusa larang ya siya nu nyiyan<br />
7. sakakala gugunungan ngabalay ngiyan samida nyiyan sang hiyang talaga<br />
8. rena maha wijaya ya siya pun, i saka panca pandawa ngemban bumi.</i><br />
Prasasti ini dianggap sebagai awal berdirinya Pajajaran. Ada pula yang beranggapan prasasti ini dibuat pada masa <b>Prabu Surawisesa </b>yang berisi penghormatan terhadap jasa-jasa ayahnya, <b>Prabu Ratu Purana </b>yang
telah wafat. Mengenai tahun berdirinya, ada yang menyebutkan 1225 Saka
(1335 M), ada yang berpendapat 1445 Saka (1533 M). Belum ada ahli yang
tahu pasti kapan berdirinya Pajajaran dan siapa raja-raja yang
memerintah. Setiap babad menyebutkan nama-nama raja yang berlainan,
meski ada pula nama-nama yang sama. Kisah dalam kitab-kitab tersebut
banyak yang bercampur dengan cerita-cerita legenda.<br />
<div class="mceTemp" style="text-align: justify;">
<dl class="wp-caption alignleft" id="attachment_1042" style="width: 154px;">
<dt class="wp-caption-dt"><a href="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Prasasti-Batutulis.jpg"><img alt="Prasasti Batutulis" class="size-full wp-image-1042 " src="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Prasasti-Batutulis.jpg" height="209" title="Prasasti Batutulis" width="144" /></a></dt>
<dd class="wp-caption-dd">Gambar 2.9 Replika Prasasti Batutulis</dd></dl>
</div>
Raja-raja yang diketahui memerintah Pajajaran adalah <b>Maharaja Jayabhupati</b>, <b>Rahyang Niskala Wastu Kencana</b>, <b>Rahyang Dewa Niskala</b>, <b>Sri Baduga Maharaja</b>, <b>Hyang Wuni Sora</b>, <b>Prabu Surawisesa </b>(catatan Portugis menulisnya <b><i>Samian</i></b>, mungkin ucapan tak sempurna dari <b><i>Sanghyang</i></b>), dan <b>Prabu Ratu Dewata</b>. Dari prasasti Sanghyang Tapak diketahui bahwa raja Maharaja Jayabhupati menyebut dirinya <b>Haji ri Sunda</b>.
Sebutan ini bertujuan untuk meyakinkan kedudukannya sebagai raja
Pajajaran. Disebutkan bahwa Jayabhupati memeluk Hindu Waisnawa. Pada
masa Jayabhupati, pusat Kerajaan terletak di Pakwan (Pakuan atau
Pakuwan) di Bogor yang kemudian dipindahkan ke Kawali.<br />
Pengganti Jayabhupati adalah Rahyang Niskala Wastu. Pusat kerajaan
Pajajaran ketika masa pemerintahan raja ini sudah di Kawali. Istananya
bernama Surawisesa. Kemudian Rahyang Dewa Niskala menggantikan Niskala
Wastu. Namun tidak diketahui perkembangan Pajajaran dalam masa
pemerintahan raja ini. Raja Rahyang Dewa Niskala kemudian digantikan
oleh Sri Baduga Maharaja. Pada masa pemerintahan raja ini, terjadi
Perang Bubat antara pasukan Gajah Mada Majapahit dengan Pajajaran. Dalam
pertempuran ini, semua pasukan Pajajaran termasuk raja Sri Baduga tewas
terbunuh. Sepeninggalan Sri Baduga, Pajajaran diperintahkan oleh Hyang
Wuni Sora, kemudian berturut-turut oleh Prabu Niskala Wastu Kencana,
Tohaan, dan Ratu Jaya Dewata.<br />
Raja Pajajaran yang lainnya adalah Prabu Surawisesa. Dalam
peninggalan sejarah disebutkan bahwa Ratu Samian pernah berkunjung ke
Malaka untuk meminta bantuan Portugis dalam rangka menghadapi Demak yang
ingin menguasai Sunda Kepala. Namun, Sunda Kelapa sebagai pelabuhan
utama Pajajaran (konon lebih ramai dari pelabuhan Banten dan Cirebon)
akhirnya jatuh ke tangan pasukan Demak pimpinan <b>Fatahillah </b>(<b>Faletehan </b>atau <b>Fadillah Khan</b>,
menantu Sunan Gunung Jati). Ratu Samian digantikan Prabu Ratu Dewata.
Pada masa pemerintahan Ratu Dewata, Pajajaran banyak mendapat serangan
dari Kerajaan Banten yang dipimpin <b>Maulana Hasanuddin</b>. Akhirnya, Pajajaran runtuh dan wilayahnya dikuasai Banten.<br />
<b>Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Kerajaan Sunda dan Pajajaran</b><br />
Kehidupan sosial masyarakat Sunda dan Pakwan Pajajaran secara garis
besar dapat digolongkan ke dalam golongan seniman, peladang (pecocok
tanam), pedagang. Dari bukti-bukti sejarah diketahui, umumnya masyarakat
Pajajaran hidup dari hasil perladangan. Seperti masyarakat Tarumanagara
dan Galuh, mereka umumnya selalu berpindah-pindah. Hal ini berpengaruh
pada bentuk rumah tempat tinggal mereka yang sederhana. Dalam hal tenaga
kerja, yang menjadi anggota militer diambil dari rakyat jelata dan
sebagian anak bangsawan. Mereka dibiayai oleh negara.<br />
Dalam bidang ekonomi, Kerajaan Sunda dan Pajajaran telah lebih maju
dari masa Tarumanagara. Kerajaan Sunda-Pajajaran memiliki setidaknya
enam pelabuhan penting: Banten, Pontang, Cigede, Tamgara, Sunda Kelapa,
dan Cimanuk. Setiap pelabuhan ini dikepalai oleh seorang syahbandar yang
bertanggung jawab kepada raja. Para syahbandar ini bertindak sebagai
wakil raja di pelabuhan-pelabuhan yang dikuasainya, sekaligus menarik
pajak dari para pedagang yang ingin berjualan di daerah ini—pajak
tersebut berupa kiriman upeti berwujud barang dagangan yang mahal atau
uang. Dalam hal transportasi air, selain melalui laut, dilakukan pula
melalui sungai-sungai besar seperi Citarum dan Cimanuk, sebagai jalur
perairan dalam negeri.<br />
Melalui pelabuhan ini, Pajajaran melakukan aktifitas perdagangan
dengan negara lain. Dalam berbagai peninggalan sejarah diketahui,
masyarakat Pajajaran telah berlayar hingga ke Malaka bahkan ke Kepulauan
Maladewa yang kecil di sebelah selatan India. Barang-barang dagangan
mereka umumnya bahan makanan dan lada. Di samping itu, ada jenis bahan
pakaian yang didatangkan dari Kambay (India). Sementara mata uang yang
dipakai sebagai alat tukar adalah mata uang Cina.</div>
</div>
Tabligh Khazanahhttp://www.blogger.com/profile/11517606214493678211noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4476997175974349125.post-10363119973413776392014-03-24T20:47:00.000+07:002014-04-24T10:17:15.173+07:00Medang Kamulan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="entry-content">
<b>Medang Kamulan (Kahuripan)-</b> Medang Kamulan dapat dikatakan sebagai kelanjutan Mataram karena ia tak lain adalah ibukota Mataram. Nama <i>kamulan </i>bisa
dianggap sebagai perubahan kata “kamulyaan” atau “kemulian”. Namun,
sebagian ahli berpendapat, Medang Kamulan adalah ibukota Kediri atau
Jenggala. Adapula yang menyebutnya Kerajaan Kahuripan.<br />
Pada masa Medang Kamulan inilah terjadi perpindahan kekuasaan politik
dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, setelah Mataram hancur karena letusan
Gunung Merapi. Pergeseran peta kekuasaan ini pada perkembangannya sangat
menentukan sejarah perpolitikan di Jawa khususnya. Medang Kamulan
dibangun oleh keturunan raja Mataram. Namanya <b>Mpu Sindhok</b>, pendiri Dinasti Isana. Dinasti Isana ini memerintah Medang Kamulan selama satu abad sejak 929 M.<br />
<a href="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Prasasti-Mpu-Sindhok.jpg"><img alt="Prasasti Mpu Sindhok " class="aligncenter size-full wp-image-1061" src="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Prasasti-Mpu-Sindhok.jpg" height="238" title="Prasasti Mpu Sindhok" width="152" /></a><br />
<div style="text-align: center;">
<b>Gambar 2.12 </b>Prasasti Mpu Sindhok yang berangka tahun 851 Saka atau 929 Masehi</div>
Ada dua prasasti yang mengisahkan Medang Kamulan, yakni Prasasti Mpu
Sindhok, menceritakan masa pemerintahan Mpu Sindhok; dan Prasasti
Kalcutta, menceritakan awal mula silsilah Dinasti Isana sampai zaman
pemerintahan Airlangga. Mpu Sindhok bergelar <b>Sri Maharaja Raka i Hino Sri Isana Wikrama Dharmatunggadewa</b>. Raja ini memerintah selama 20 tahun. Ia memiliki seorang permaisuri, bernama <b>Sri Wardhani Pu Kbin</b>.
Menurut berita prasasti, Sindhok memerintah dengan adil dan rakyatnya
makmur. Salah satunya prestasi Sindhok adalah membangun sebuah bendungan
sebagai tanggul dan menanami bendungan tersebut dengan ikan. Meski
beragama Hindu-Siwa, Mpu Sindhok bertoleransi terhadap agama Buddha.
Salah satu kitab umat Buddha berjudul <i>Sang Hyang Kamahayanikan </i>diterbitkan pada masa pemerintahannya.<br />
Mpu Sindhok digantikan Sri Isana Tunggawijaya, puteranya. Setelah
Tunggawijaya, Medang Kamulan diperintah oleh Dharmawangsa Teguh, cucu
Mpu Sindhok. Dharmawangsa Teguh adalah raja Medang Kamulan yang paling
tersohor. Semasa pemerintahannya, Teguh berusaha meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya dengan mengembangkan pertanian dan perdagangan.<br />
Namun, usahanya ini terhambat oleh Sriwijaya yang ingin menguasai
perdagangan Jawa dan Sumatera. Untuk merebut perairan Selat Malaka dari
dominasi pedagang-pedagang Sriwijaya, Teguh mengirimkan tentaranya pada
1003 M, namun tidak berhasil. Bahkan Sriwijaya mampu memukul balik
Medang Kamulan. Kekalahan Medang Kamulan atas Sriwijaya ini bermula dari
pemberontakan penguasa Wurawuri. Awalnya, Wurawuri merupakan kerajaan
kecil bawahan Medang Kamulan.<br />
Namun karena dihasut orang-orang Sriwijaya, raja Wurawuri nekad
mengudeta pemerintahan Medang Kamulan. Gerakan Wurawuri ini terjadi
ketika di Medang Kamulan sedang dilangsungkan pesta pernikahan Airlangga
dengan puteri Dharmawangsa Teguh. Airlangga adalah putera Raja Bali
Udayana dengan Mahendradatta (saudari Dharmawangsa Teguh). Peristiwa
berdarah ini dinamai <i>Pralaya Medang</i>. Medang Kamulan hancur dan Dharmawangsa tewas. <i>Pralaya </i>atau <i>perlaya </i>berarti
“runtuh” atau “mati”. Airlangga sendiri berhasil meloloskan diri
bersama para pengikutnya yang setia, Narottama. Dalam pelariannya,
Airlangga diterima oleh para brahmana yang bersimpati. Kemudian,
Airlangga digembleng oleh para brahmana itu. Airlangga lalu dinobatkan
menjadi raja Medang Kamulan pada 1019 M, pusat pemerintahan pun beralih
ke Kahuripan. Sebagai mantu sekaligus kemenakan Dharmawangsa, Airlangga
merasa berkewajiban mengembalikan kewibawaan Medang Kamulan. Ia berhasil
menaklukkan raja-raja yang dulu merupakan bawahan Medang. Raja
Bisaprabhawa ditaklukkan tahun 1029, Raja Wijayawarman dari Wengker
ditundukkan tahun 1030, Raja Adhamapanuda ditaklukkan tahun 1031. Raja
Wurawari, musuh bebuyutannya, ditaklukkan tahun 1035.<br />
Setelah menundukkan raja-raja kecil itu, Airlangga memindahkan
ibukota ke wilayah Kahuripan di Jawa Timur. Ia juga memperbaiki
Pelabuhan Hujung Galuh di muara Sungai Brantas. Pada masa Airlangga,
Pelabuhan Tuban (Kembang Putih) dan Hujung Galuh merupakan pelabuhan
dagang yang ramai. Dua pelabuhan ini merupakan tempat transit dan
bertemunya para pedagang pribumi dengan pedagang mancanegara, seperti
dari India, Birma, Kamboja, dan Campa. Setelah menjadi raja, Airlangga
tidak melupakan jasa-jasa para brahmana yang telah menggembengnya dulu.
Sebagai balas jasa, ia membangun candi dan asrama sebagai tempat
beribadah para brahmana di daerah Pucangan. Tak lupa pula, Airlangga
membangun Waduk Waringin Sapta sebagai pencegah banjir dan mengairi
lahan pertanian. Ia pun membangun jalan-jalan yang menghubungkan daerah
pesisir pantai ke pusat Kerajaan. Berkatnyalah, Medang Kamulan mencapai
keemasannya. Kisah hidup Airlangga kemudian dituturkan dalam Kitab <i>Arjuna Wiwaha </i>karya Mpu Kanwa.<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Patung-Airlangga.jpg"><img alt="Patung Airlangga" class="aligncenter size-full wp-image-1062" src="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Patung-Airlangga.jpg" height="212" title="Patung Airlangga" width="144" /></a><b>Gambar 2.13 </b>Patung Airlangga sebagai Dewa Wisnu sedang menunggangi burung garuda</div>
Airlangga memutuskan mundur sebagai raja. Ia memilih menjadi seorang
pertapa dengan sebutan Resi Gentayu. Ia meninggal pada 1049 M dan
disemayamkan di Gunung Penanggungan, di sekitar Komplek Candi Belahan.
Pewaris takhta Medang Kamulan seharusnya adalah puteri Airlangga yang
lahir dari permaisuri, yakni Sri Sanggramawijaya. Namun, karena
Sanggramawijaya juga memilih hidup menjadi pertapa, takhta beralih
kepada putera Airlangga dari selir. Untuk mencegah kemungkinan perang
saudara, Mpu Bharada, seorang petinggi istana, membagi Medang Kamulan
menjadi dua; Panjalu (disebut juga Kediri) dan Janggala. Panjalu
diberikan kepada Samarawijaya dengan ibu kota Daha, sementara Jenggala
diberikan kepada Panji Garasakan dengan ibu kota Kahuripan. Wilayah
Jenggala meliputi hampir sebagian Jawa Timur, wilayah Kediri (Panjalu)
mencakupi Jawa Timur dan sebagian Jawa Tengah. Dengan demikian,
berakhirlah Medang Kamulan dan Dinasti Isana.<br />
<b></b><b>Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Medang Kamulan</b><br />
Dalam hal kepemilikan tanah, transportasi, perpajakan, dan tenaga kerja;
kehidupan rakyat Medang Kamulan menyerupai Mataram, karena Medang
Kamulan tak lain adalah kelanjutan Mataram, hanya nama dinastinya saja
yang berbeda. Toh, yang berbeda hanya perpindahan wilayah kekuasaan dari
barat ke timur.<br />
Masa pemerintahan Mpu Sindok lalu Sri Isana Tunggawijaya, merupakan
masa yang damai. Namun, sejak pemerintahan Dharmawangsa Teguh, politik
Kerajaan cenderung mengarah ke luar negeri. Tujuannya adalah untuk
merebut dominasi perdagangan di perairan Jawa, Sumatera, dan Kalimantan,
yang ketika itu dikuasai Sriwijaya. Untuk keperluan ini, Dharmawangsa
Teguh membangun armada militer yang tangguh. Dengan kekuatan militer
ini, Medang Kamulan menaklukkan Bali, lalu mendirikan semacam koloni di
Kalimantan Barat. Dengan armada ini pula, Medang Kamulan kemudian
menyerang Sriwijaya, walaupun tidak menang.<br />
Dharmawangsa pun mengembangkan pelabuhan Hujung Galuh di selatan
Surabaya dan Kembang Putih (Tuban) sebagai tempat para pedagang bertemu.
Ketika Airlangga berkuasa, kerajaan menjaga hubungan damai dengan
kerajaan-kerajaan tetangga demi kesejahteraan rakyat. Ini diperlihatkan
dengan mengadakan perjanjian damai dengan Sriwijaya. Kerajaan pun
memperlakukan umat Hindu dan Buddha sederajat.<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Lempengan-tembaga-pernyataan-Raja-Mpu-Sindhok.jpg"><img alt="Lempengan tembaga pernyataan Raja Mpu Sindhok" class="aligncenter size-medium wp-image-1063" src="http://media.smakita.net/wp-content/uploads/2011/10/Lempengan-tembaga-pernyataan-Raja-Mpu-Sindhok-300x190.jpg" height="190" title="Lempengan tembaga pernyataan Raja Mpu Sindhok" width="300" /></a><b>Gambar 2.26 </b>Lempengan
tembaga bertahun 939 M, berisi pernyataan Raja Mpu Sindhok yang
mengatakan bahwa tanah bernama Alasantan sebagai sima. Lahan ini dibeli
dengan harga 12 kati</div>
</div>
</div>
Tabligh Khazanahhttp://www.blogger.com/profile/11517606214493678211noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4476997175974349125.post-6706436236629950192014-03-24T20:46:00.001+07:002014-04-24T10:23:02.752+07:00Kerajaan Kediri<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="entry-content">
<b>Kerajaan Kediri-</b> Sepeninggal Airlangga, Medang Kamulan dibagi dua. Kediri diperintah <b>Samara Wijaya</b>, Jenggala diperintah <b>Panji Garasakan</b>. Tidak banyak informasi mengenai pemerintahan Samarawijaya. Data sejarah menyebutkan raja yang berikutnya bernama <b>Sri Bameswara</b>.
Raja ini banyak meninggalkan prasasti. Namun, tidak banyak informasi
dari prasasti-prasasti tersebut kecuali perihal kehidupan keagamaan
saja.<br />
Pada perkembangan selanjutnya, kedua kerajaan tersebut tidak dapat
hidup berdampingan secara damai. Terjadilah perang saudara yang
berlangsung hingga 1052. Semula Jenggala menang, namun Jenggala berhasil
ditaklukkan oleh Samarawijaya raja Kediri. Dengan demikian, Kediri
berhak memimpin kekuasaan.<br />
Pengganti Bameswara adalah <b>Jayabaya</b>. Di bawah
pemerintahahnya, Kediri berhasil menguasai kembali Janggala yang sempat
memberontak kembali karena ingin memisahkan diri. Keberhasilannya ini
mengingatkan orang pada keberhasilan Airlangga mempersatukan Medang
Kamulan yang sempat tercerai berai. Itulah sebabnya Jayabaya dianggap
sama dengan Airlangga yang juga dianggap sebagai penjelmaan Dewa Wisnu
dan mengenakan lencana <i>narasingha</i>. Jayabaya, bergelar <b>Sri Maharaja Sri Warmeswara</b>, memerintah Kediri cukup lama, dari 1057-1079 Saka atau 1135-1157 M. Raja selanjutya adalah <b>Sarweswara </b>(1160-1170), <b>Aryeswara </b>(1170-1180), <b>Sri Gandra </b>(1180-1190), <b>Sringga Kameswara </b>(1190-1200), dan <b>Kertajaya </b>(1200-1222).
Raja Kediri umumnya dibantu oleh 4 orang menteri, 300 orang pegawai
administrasi, dan 1.000 orang sebagai pegawai yang mengurus
perbendaharaan keuangan, pertahahan, dan administrasi. Untuk menjaga
keamanan, diangkat pula para panglima dengan prajurit berjumlah 30.000
orang.<br />
Di bawah pemerintahan Jayabaya, Kediri mencapai puncak kejayaannya.
Jayabaya dikenal sebagai raja yang besar dan bijaksana. Ia juga dikenal
sebagai pujangga. Karya Jayabaya yang hingga kini sangat dikenal adalah <i>Jangka Jayabaya</i>,
yang berisi ramalan Jayabaya tentang masa depan Jawa dan datangnya sang
Ratu Adil yang akan menghantarkan rakyat Jawa pada masa keemasannya
kembali.<br />
Raja terakhir Kediri adalah Kertajaya. Kekuasaan Kertajaya berakhir setelah dikalahkan <b>Ken Arok </b>dari
Tumapel tahun 1222. Pertempuran ini berawal ketika para biksu Buddha
Kediri dikejarkejar Kertajaya karena mereka kecewa terhadap kebijakan
Kertajaya yang mengintimidasi umat Buddha. Para biksu tersebut lalu
datang ke Tumapel untuk meminta perlindungan Ken Arok, penguasa (akuwu)
Tumapel. Ken Arok mengabulkan permintaan mereka. Kertajaya meminta Ken
Arok agar menyerahkan para rahib itu, namun ditolaknya. Terjadilah
pertempuran di desa Ganter, Kertajaya berhasil dibunuh Ken Arok. Dengan
meninggalnya Kertajaya, hancurlah Kediri.<br />
<h3 style="text-align: justify;">
<b></b><b>Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Kediri<br />
</b></h3>
Kediri terkenal dengan kehidupan masyarakatnya yang damai. Menurut
berita Cina, masyarakat Kediri hidup berkecukupan. Penduduk wanitanya
memakai kain sarung sampai bawah lutut dan rambutnya terurai. Rumah
mereka bersih dan rapi, lantainya dari ubin berwarna hijau dan kuning.
Dalam upacara perkawinan mereka memakai mas kawin dari emas dan perak.
Masyarakatnya sering mengadakan pesta air (sungai atau laut) maupun
pesta gunung sebagai ungkapan terima kasih kepada para dewa dan leluhur
mereka.<br />
Kehidupan perekonomian Kediri berpusat pada bidang pertanian dan
perdagangan. Hasil pertanian masyarakat Kediri umumnya beras. Sementara
barang-barang yang diperdagangkan antara lain emas, kayu cendana, dan
pinang. Walaupun terletak di pedalaman, jalur perdagangan dan pelayaran
maju pesat melalui Sungai Brantas yang dapat dilayari sampai ke
pedalaman wilayah Kediri dan bermuara di Laut Selatan (Samudera
Indonesia). Masyarakat Kediri juga sudah mempunyai kesadaran tinggi
dalam membayar pajak. Mereka membayar pajak dalam bentuk <i>natura </i>yang diambil dari sebagian hasil bumi mereka.</div>
</div>
Tabligh Khazanahhttp://www.blogger.com/profile/11517606214493678211noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4476997175974349125.post-21871974399650524212014-03-24T20:43:00.001+07:002014-04-24T10:23:13.446+07:00Sejarah Awal Kerajaan Singasari<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="entry-content">
<b>Sejarah Awal Kerajaan Singasari- </b>Singasari didirikan sekitar tahun 1222 M oleh Ken Arok. Ini berawal dari keberhasilan Ken Arok menggulingkan Akuwu Tumapel, <b>Tunggul Ametung</b>. <i>Akuwu </i>ini jabatan yang diperkirakan setara dengan <i>lurah </i>sekarang.
Setelah Ametung dibunuh, Ken Arok kemudian menggantikan jabatan akuwu
tersebut. Perlu diketahui, untuk membunuh Ametung, Ken Arok menggunakan
keris buatan <b>Mpu Gandring</b>. Namun, nasib Mpu Gandring
pun naas: ia dihabisi Ken Arok dengan keris buatannya sendiri, sebelum
digunakan Ken Arok membunuh Ametung.<br />
Setelah mengalahkan Kertajaya dalam pertempuran di Desa Ganter, Ken
Arok lalu menjadikan Tumapel sebagai basis kekuatan militernya guna
menguasai Kediri yang ditinggal mati oleh rajanya. Kekosongan politik di
Jawa Timur ini tak disia-siakan oleh Ken Arok. Ia pun memproklamasikan
berdirinya kerajaan baru, Singasari. Janda Tunggul Ametung, <b>Ken Dedes</b>,
kemudian dinikahi oleh Ken Arok; perkawinan ini menghasilkan seorang
anak lelaki. Sebelum menikahi Ken Dedes, Arok pun memiliki istri bernama
<b>Ken Umang </b>yang membuahkan putera bernama <b>Tohjaya</b>. Dari Ametung sendiri, Ken Dedes melahirkan putera bernama <b>Anusapati</b>.<br />
Sumber sejarah yang memuat Singasari di antaranya adalah <i>Negarakretagama </i>dan <i>Pararaton </i>(<i>Kitab Raja-Raja</i>).
Kedua kitab ini berisi sejarah raja-raja Jawa hingga Singasari.
Disebutkan bahwa raja-raja Majapahit adalah keturunan raja-raja
Singasari seperti juga raja-raja Kediri dan Mataram Kuno. Selain kedua
kitab tersebut, prasasti dan candi yang dibuat pada masa berdirinya
Singasari menceritakan banyak hal tentang kehidupan masyarakat
Singasari. Catatan dari Cina yang sejak abad pertama telah berhubungan
dagang dengan kerajaan-kerajaan Jawa juga menjadi sumber sejarah
Singasari yang penting. Dalam <i>Pararaton </i>disebutkan raja-raja
yang pernah memerintah Singasari adalah: Ken Arok (1222-1227), Anusapati
(1227-1248), Tohjaya (1248), Ranggawuni (1248-1268), dan Kertanegara
(1268-1292).<br />
Setelah menjadi raja, Ken Arok bergelar Sri Ranggah Rajasa Sang
Amurwahbumi. Dalam masa pemerintahannya, Singasari berkembang menjadi
sebuah kerajaan yang besar. Namun pemerintahan Ken Arok tidak
berlangsung lama, hanya lima tahun. Pada tahun 1227, Ken Arok dibunuh
oleh anak tirinya yang bernama Anusapati. Abu jenazah Ken Arok kemudian
disimpan di Candi Kagenengan di selatan Singasari.<br />
Setelah membunuh Ken Arok, Anusapati menggantikan kedudukannya
sebagai raja. Kekuasaan Anusapati berakhir pada 1248, ia dibunuh ketika
sedang beradu ayam (Anusapati dikenal dengan kegemarannya beradu ayam).
Yang membunuh Anusapati adalah orang suruhan Tohjaya. Tohjaya melakukan
ini sebagai balas dendam atas kematian ayahnya, Arok. Anusapati kemudian
dimakamkan di Candi Kidal, tenggara Malang.<br />
Raja Singasari berikutnya adalah Tohjaya. Diceritakan bahwa banyak di
antara para pejabat Singasari yang kurang simpati dengan Tohjaya karena
ia bukan berasal dari keluarga istana, meskipun anak dari Ken Arok.
Tohjaya memegang pemerintahan Singasari tidak lama. Ia dibunuh oleh anak
dari Anusapati bernama Ranggawuni. Tohjaya kemudian dimakamkan di
Katang Lumbang, selatan Pasuruan (Panarukan). Ranggawuni naik tahta
Singasari dengan gelar <b>Srijaya Wisnuwardhana</b>. Dalam menjalankan pemerintahan, ia didampingi oleh <b>Mahesa Campaka </b>(cucu Ken Arok-Ken Dedes) yang bergelar <b>Narasinghamurti</b>. Campaka ini berperan sebagai <i>ratu angabaya </i>(wakil
raja). Mereka memerintah bersama-sama. Kepemimpinan mereka dilambangkan
sebagai kerja sama Dewa Wisnu-Dewa Indra. Ranggawuni juga mengangkat
putera sendiri, Kertanegara, sebagai <i>Yuwaraja </i>atau <i>Kuwararaja </i>(raja muda).<br />
Pada tahun 1268, Ranggawuni wafat, abunya dimakamkan di dua tempat
yaitu di Weleri dekat Blitar sebagai Dewa Siwa dan di Candi Jago sebagai
Sang Buddha. Ia digantikan oleh putranya yang bernama Kertanegara yang
bergelar <b>Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara</b>. Kertanegara berarti “pemersatu dua negara” karena ibunya merupakan puteri Kediri, sedangkan ayahnya (Ranggawuni<b>) </b>dari Jenggala.<br />
Pada masanya, Singasari mencapai kejayaan. Dalam menjalankan pemerintahannya, Kertanegara dibantu oleh tiga orang <i>mahamantri</i>, yaitu <i>rakryan i hino, rakryan i sirikan</i>, dan <i>rakryan i halu</i>. Di bawah ketiga mahamantri ini terdapat pula tiga orang pejabat: <i>rakryan apatih, rakryan demung</i>, dan <i>rakryan kanuruhan</i>. Sementara soal keagamaan, diangkat pejabat yang disebut <i>dharma dhyaksa ring kasogatan </i>untuk urusan agama Buddha, sedangkan <i>dharmadyaksa ring kasaiwan </i>untuk umat Siwa.<br />
Untuk mengatasi masalah dalam negeri, Kertanegara melakukan beberapa
kebijakan. Di antaranya, ia mengganti atau memindahkan pejabat-pejabat
kritis terhadap kebijakan Raja yang tidak loyal kepadanya, seperti <b>Patih Raganatha </b>yang digantikan oleh <b>Aragani</b>. Demikian pula <b>Arya Wiraraja </b>yang
dipindahkan ke Sumenep, Madura. Selain itu, Raja Kertanegara juga
memberi penghargaan dan kedudukan yang terhormat kepada lawan-lawan
politiknya. Misalnya, <b>Jayakatwang </b>diangkat menjadi adipati Kediri, Ardaraja anak Jayakatwang dijadikan menantunya, serta <b>Raden Wijaya </b>keturunan Mahisa Cempaka juga dijadikan menantunya.<br />
Di bawah Kertanegara, Singasari melakukan ekspansi luar negeri
bernama Pamalayu tahun 1275, yakni sebuah invasi militer yang bertujuan
menaklukkan daerah-daerah di Sumatera dan Semenanjung Melayu yang belum
tunduk. Ekspedisi ini dipimpin oleh Kebo Anabrang. Dalam ekspedisi
tersebut, kerajaan Melayu berhasil ditaklukkan pada tahun 1260. Sebagai
bukti bahwa ia telah menaklukkan Kerajaan Melayu adalah ditemukannya
patung Amoghapasha di Jambi, tepatnya di Padangroco di sekitar Sungai
Langsat yang berangka tahun 1286. Dituliskan, patung Amoghapasha beserta
14 patung lainnya dikirim ke <i>Swarnabhumi </i>(Sumatera) dari <i>Bhumijawa </i>(Jawa)
atas perintah Sri Kertanegara Wikrama Dharmottunggadewa. Ketika itu,
ibukota Melayu berkedudukan Jambi. Dengan tunduknya Melayu, pengaruh
budaya Jawa dari Singasari pun menyebar di Semenanjung Melayu dan
Sumatera. Orang Melayu dan Sumatera pun mulai mengenal kisah-kisah
pewayangan.<br />
Pada tahun 1289, datang seorang utusan dari kaisar Cina <b>Kubilai Khan</b>, bernama <b>Meng Chi</b>,
ke Singasari untuk mengakui kekuasaan Mongol. Keinginan Kubilai Khan
itu ditolak oleh Kertanegara dengan cara merusak muka sang utusan, Meng
Chi. Kubilai Khan tidak terima penolakan Kertanegara tersebut, lalu
mengirimkan tentaranya ke Jawa untuk menghukum Kertanegara. Tetapi
ketika tentara itu datang, Kertanegara sudah tidak berkuasa lagi.<br />
Banyaknya pasukan Singasari yang ke Melayu menyebabkan pertahanan
dalam negeri Singasari menjadi lemah. Hal ini dimanfaatkan oleh para
musuh Kertanegara untuk merebut kekuasaan. Pada 1292, Jayakatwang dari
Kediri menyerang Kertanegara. Dalam serangan Jayakatwang yang mendadak
itu, Kertanegara bersama pembesar lainnya tewas. Namun, keempat putri
Kertanegara dan menantunya, Raden Wijaya selamat. Jenazah Kertanegara
kemudian dimakamkan di dua tempat, yaitu di sebuah candi di dekat
Tretes, Malang, dan di Candi Singasari dekat Malang. Kertanegara
diabadikan sebagai arca Joko Dolok.<br />
<b>Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Singasari</b><br />
Sementara itu, kehidupan sosial Singasari dapat diketahui dari <i>Nagarakretagama </i>dan <i>Pararaton </i>serta
kronik Cina. Disebutkan, masyarakat Singasari terbagi dalam kelas atas,
yaitu keluarga raja dan kaum bangsawan, dan kelas bawah yang terdiri
dari rakyat umum. Selain itu, ada kelompok agama, pendeta Hindu maupun
rahib Buddha. Namun pembagian atas golongan ini tidak seketat
pengkastaan seperti di India. Ini membuktikan, sekali lagi, kearifan
lokal yang dimiliki masyarakat pribumi.<br />
Dari <i>Negarakretagama </i>dan <i>Pararaton </i>diperoleh
gambaran tentang kehidupan perekonomian di Jawa pada masa Singasari. Di
desa pada umumnya penduduk hidup dari bertani, berdagang, dan kerajinan
tangan. Tidak sedikit pula yang bekerja sebagai buruh atau pelayanan.
Kegiatan berdagang dilakukan dalam lima hari pasaran pada tempat yang
berbeda (<i>Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon</i>). Oleh karena itu,
sarana transportasi darat memegang peranan penting. Beberapa prasasti
melukiskan bagaimana para pedagang, pengrajin, dan petani membawa barang
dagangannya. Mereka digambarkan melakukan perjalanan sambil memikul
barang dagangannya atau mengendarai pedati-kuda. Ada pula yang melakukan
perjalanan melalui sungai dengan menggunakan perahu. Dengan disebutnya
alat angkut pedati dan perahu, dapatlah disimpulkan bahwa perdagangan
antardesa cukup ramai.<br />
Apalagi di wilayah Singasari terdapat dua sungai besar, Bengawan Solo
dan Kali Brantas yang dimanfaatkan untuk mengairi lahan pertanian dan
lalu lintas perdagangan air. Perdagangan mulai mendapatkan perhatian
cukup besar semasa Kertanegara memerintah. Kertanegara mengirimkan
ekspedisi militer ke Melayu (Pamalayu) untuk merebut kendali perdagangan
di sekitar Selat Malaka. Pada masa ini memang Selat Malaka merupakan
jalur sutera yang dilalui oleh para pedagang asing.</div>
</div>
Tabligh Khazanahhttp://www.blogger.com/profile/11517606214493678211noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4476997175974349125.post-39969610755465215272014-03-24T20:41:00.003+07:002014-04-24T10:29:52.839+07:00Sejarah Berdirinya Kerajaan Majapahit<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="entry-content">
<b>Sejarah Awal Berdirinya Kerajaan </b><b>Majapahit- </b>Kerajaan
Hindu-Buddha yang terakhir dan terbesar di Jawa adalah Majapahit.
Kerajaan ini terletak di sekitar Sungai Brantas, dengan pusat di hutan
Tarik di Desa Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Kerajaan ini didirikan
oleh <b>Raden Wijaya, </b>menantu Kertanegara<b>, </b>sekitar
tahun 1293 M. Setelah berhasil lolos dari maut penyerangan Kediri, ia
bersama para bangsawan Singasari lain yang setia seperti <b>Nambi</b>, <b>Lembu Sora</b>, <b>Ronggo Lawe</b>, dan <b>Kebo Anabrang</b>,
kemudian meminta bantuan kepada Arya Wiraraja, yang sebelumnya adalah
pejabat Singasari yang oleh Kertanegara dijadikan bupati di Sumenep,
Madura. Atas anjuran Aria Wiraraja, Bupati Sumenep, Wijaya disarankan
menyerahkan diri kepada Jayakatwang. Atas jaminan Wiraraja pula Wijaya
diterima di Kediri.<br />
Raden Wijaya oleh Jayakatwang diperbolehkan membuka sebuah hutan
untuk dijadikan desa baru, yakni Tarik. Setelah dibuka, hutan ini
disulap menjadi desa tempat membinan kekuatan militer oleh Wijaya guna
membalas dendam terhadap Kediri. Kemudian hutan Tarik ini dinamai
Majapahit. Sejarah Majapahit ini dapat diketahui dari <i>Pararaton </i>dan <i>Sutasoma </i>karangan Mpu Tantular, <i>Negarakretagama </i>karangan Prapanca, berita Cina <i>Ying-Yai Sheng Lan</i>, serta <b>Prasasti Kudadu</b>.<br />
Dua tahun setelah pemberian hutan Tarik kepada Wijaya dan
kawan-kawan, datanglah tentara Kubilai Khan dari Mongolia yang mendarat
di Tuban dan Surabaya. Kedatangan tentara Kubilai Khan ke Jawa ini
bertujuan untuk menghukum Kertanegara, raja Singasari, yang telah
memotong telinga utusannya. Kedatangan tentara Kubilai Khan ini memberi
kesempatan kepada Raden Wijaya untuk merebut kekuasaan dari Jayakatwang.<br />
Melalui muslihat yang cerdik, Wijaya lalu mengajak pasukan Mongol
yang baru mendarat di Tuban. Pasukan Mongol yang tak tahu bahwa
Kertanegara telah tiada, dengan mudah diliciki oleh Wijaya bahwa Kediri
seolah-olah adalah Singasari dan Jayakatwang adalah Kertanegara. Pasukan
Mongol mempercayai saja ucapan Wijaya. Lalu terjadilah peristiwa yang
diharapkan oleh Wijaya: pasukan Mongol kemudian menyerang Kediri dan
merebutnya. Pasukan Wijaya pun bergabung dengan tentara Kubilai Khan
dalam menghancurkan Kediri dan Jayakatwang. Dalam penyerangan ini
Jayakatwang tewas terbunuh. Raden Wijaya kemudian berbalik menyerang
pasukan Kubilai Khan. Ia berhasil mengusir tentara Kubilai Khan ini
kembali ke negerinya. Raden Wijaya kemudian mendirikan kerajaan baru
yang diberi nama Majapahit.<br />
Raja-raja yang memerintah Majapahit di antaranya: Raden Wijaya
(1293-1309), Sri Jayanegara (1309-1328), Tribhuwanatunggadewi
(1328-1350), Hayam Wuruk (1350-1389), dan Wikramawardhana (1389-1429).
Raden Wijaya naik tahta pada tahun 1293 M. Raden Wijaya bergelar
Kertajasa Jayawardhana. Gelar Kertarajasa dipakai karena Raden Wijaya
masih keturunan Ken Arok. Raden Wijaya mengawini keempat putri
Kertanegara yaitu Tribhuwana, Narendraduhita, Prajnaparamita, dan
Gayatri (Rajapatni). Selain keempat putri Kertanegara, Wijaya juga
mengawini Dara Petak, putri boyongan dari Melayu.<br />
Raden Wijaya memerintah dengan bijaksana sehingga keadaan kerajaan
menjadi aman dan tenteram. Raden Wijaya tidak lupa atas jasa para
pembantunya yang telah ikut mendirikan Majapahit. Aria Wiraraja diberi
kedudukan sebagai penasihat. Ia berkedudukan di daerah Lumajang dan
Blambangan. Nambi diangkat menjadi Rakyan Mapatih. Lembu Sora diangkat
sebagai patih di Daha. Kebo Anabrang diangkat sebagai panglima perang
Kerajaan Majapahit. Sementara Ranggalawe diangkat sebagai menteri
perkembangan Majapahit.<br />
Pada masa Raden Wijaya sempat terjadi pemberontakan yang dipimpin
oleh sahabat-sahabat dekat raja yang merasa tidak puas dengan
jabatannya, di antaranya oleh Lembu Sora, Nambi, dan Ranggalawe. Namun
pemberontakan-pemberontakan ini akhirnya dapat dipadamkan. Raden Wijaya
wafat pada tahun 1309 dan dimakamkan di Candi Simping di Blitar sebagai
Siwa dan Wisnu serta di Antapura sebagai Buddha.<br />
Sepeninggal Raden Wijaya pemerintahan di pegang oleh puteranya yang
bernama Kala Gemet yang bergelar Sri Jayanegara. Tidak seperti ayahnya,
Jayanegara dikenal sebagai raja yang tidak bijaksana dan lebih suka
bersenang-senang. Oleh karena itu, banyak pembantunya merasa tidak puas
dan melakukan pemberontakan, di antaranya pemberontakan yang dilakukan
Juru Demung (1313), Wandana dan Wagal (1314), Nambi (1316), Semi (1318),
dan Kuti (1319). Di antara pemberontakan tersebut, yang dianggap paling
berbahaya adalah pemberontakan Kuti. Pada saat itu, pasukan Kuti
berhasil menduduki ibu kota negara. Jayanegara terpaksa menyingkir ke
Desa Badander di bawah perlindungan pasukan Bhayangkara pimpinan Gajah
Mada. Gajah Mada kemudian menyusun strategi dan berhasil menghancurkan
pasukan Kuti. Atas jasa-jasanya, Gajah Mada diangkat sebagai patih
Kahuriapn (1319-1321) dan patih Kediri (1322-1330).<br />
Pada 1328, Jayanegara meninggal. Abu jenazahnya dimakamkan di Sela
Petak dan di Bubat sebagai Wisnu serta di Sukalila sebagai Buddha
Amoghsidi. Jayanegara tidak memiliki anak. Oleh karena itu, kekuasaan
Majapahit diberikan kepada Gayatri, putri Kertanegara dan janda Raden
Wijaya yang masih hidup. Namun karena lebih memilih sebagai biksuni,
tahta kemudian diserahkan kepada putri Gayatri, Tribhuwanatunggadewi.<br />
Tribhuwanatunggadewi memerintah Majapahit bersama suaminya yang bernama Kertawardhana. Menurut <i>Negarakertagama </i>disebutkan
bahwa pada masa pemerintahan Tribhuwanatunggadewi ini sering terjadi
pemberontakan. Di antaranya: pemberontakan Sadeng dan Kuti tahun 1331.
Pemberontakan itu dapat dipadamkan oleh Gajah Mada. Berkat jasanya,
Gajah Mada kemudian diangkat menjadi mahapatih di Majapahit menggantikan
Arya Tadah. Dalam upacara pelantikan sebagai mahapatih, Gajah Mada
mengucapkan sumpahnya: tidak akan berhenti sebelum berhasil menyatukan
Nusantara di bawah panji-panji Majapahit. Sumpah ini dikenal dengan “<b>Sumpah Amukti Palapa</b>”. Untuk mewujudkan cita-citanya ini, Gajah Mada membangun armada laut yang kuat di bawah pimpinan <b>Laksamana Nala</b>.<br />
Pada 1343, dengan bantuan <b>Adityawarman</b>, Gajah Mada
berhasil menaklukan Bali. Adityawarman kemudian diangkat sebagai
penguasa Melayu. Selanjutnya, pasukan Gajah Mada menguasai Sriwijaya,
Tumasik, dan semenanjung Melayu di wilayah barat. Seram, Guam, dan Dompu
di wilayah timur juga berhasil dikuasainya.<br />
Pada 1350, Tribhuwanatunggadewi turun tahta dan digantikan oleh putranya yang bernama <b>Hayam Wuruk</b>. Ketika itu, Hayam Wuruk berusia 16 tahun. Ia didampingi Gajah Mada sebagai Mahapatih. Hayam Wuruk bergelar <b>Rajasa Negara</b>. Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk inilah Majapahit mencapai masa kejayaannya. Dalam <i>Negarakretagama </i>dijelaskan
bahwa pada masa Hayam Wuruk, wilayah Majapahit meliputi seluruh
Nusantara bahkan sampai ke Tumasik (Singapura) dan Semenanjung Malaya.
Daerah yang belum dapat dikuasai Majapahit adalah Pajajaran.<br />
Pada 1364, Gajah Mada wafat setelah mengabdikan diri lebih dari 30
tahun di Majapahit. Pada 1389, Hayam Wuruk juga wafat. Sepeninggal Hayam
Wuruk dan Gajah Mada, Majapahit berangsur-angsur mengalami kemunduran.
Hayam Wuruk tidak memiliki putra mahkota dari permaisuri. Oleh karena
itu, putrinya yang bernama <b>Kusumawardhani </b>diangkat sebagai penguasa Majapahit bersama suaminya yang bernama <b>Wikramawardhana</b>. Sebenarnya Hayam Wuruk memiliki seorang putra yang bernama <b>Bhre Wirabhumi </b>dari selirnya. Untuk menghindari pertikaian, Bhre Wirabhumi diberi kekuasaan di daerah Blambangan, ujung timur di Pulau Jawa.<br />
Setelah Hayam Wuruk meninggal, terjadi perang saudara antara kedua
anak Hayam Wuruk ini. Pengangkatan Kusumawardhani sebagai penguasa
Majapahit tidak disenangi Bhre Wirabhumi. Rasa tidak senang ini kemudian
berkembang menjadi perang saudara yang dikenal dengan Perang Paregreg
(1401-1406). Dalam Perang Paregreg ini Bhre Wirabhumi terbunuh. Perang
berkepanjangan ini membuat Majapahit menjadi semakin lemah. Biaya perang
serta jumlah korban yang demikian besar membuat Majapahit tidak bisa
mempertahankan keutuhan wilayah. Akhirnya, setelah <b>Wikramawardhana </b>meninggal,
Kerajaan Majapahit pecah menjadi beberapa kerajaan kecil. Raja-rajanya
antara lain: Suhita (1429-1447), Kertawijaya (1447-1451), Rajasawardhana
(1451-1453), Purwa Wisesa (1451-1466), Sunghawikrama Wardhana
(1466-1447). Keruntuhan Majapahit diketahui dari <i>Candrasengkala </i>yang berbunyi <i>Sirno Ilang Kertaning Bumi I </i>yang berarti tahun 1400 Saka atau 1478 M.<br />
Di samping perang saudara yang berkepanjangan, penyebab lain
keruntuhan Majapahit adalah semakin berkembangnya pengaruh Islam di
Nusantara, terutama di daerah-daerah pantai Jawa, seperti Gresik, Giri,
dan Demak. Daerah-daerah ini kemudian melepaskan diri dari Majapahit.
Keadaan ekonomi Majapahit yang buruk pun turut menyebabkan keruntuhan
Majapahit. Pemerintah pusat mengalami kesulitan untuk mengurus wilayah
kekuasaannya yang demikian luas. Oleh karena itu, banyak daerah yang
kemudian tidak terurus dan menyatakan melepaskan diri dari Majapahit.<br />
Akan tetapi, adapula pendapat bahwa Majapahit (yang kekuasaannya
tinggal seluas ibukotanya sendiri) benar-benar runtuh setelah ibukota
kerajaan tersebut diserang oleh sejumlah santri-santri muslim dari Kudus
yang dibantu oleh Raden Patah dari Demak. Mereka ingin menghancurkan
kerajaan non-Islam pada 1527 M. Ibukota Majapahit tersebut oleh <b>Tome Pires </b>ditulis <i>Dayo</i>. Patah merupakan anak Raja Majapahit terakhir Brawijaya V dari selir yang berasal dari Campa, Cina bagian selatan (Vietnam).<br />
Pada masa Majapahit, sistem ketatanegaraan telah terstruktur dengan
baik. Raja dianggap sebagai penjelmaan dewa di dunia dan ia memegang
kekuasaan tertinggi. Dalam melaksanakan pemerintahan raja dibantu oleh
Dewa Sapta Prabu yang bertugas memberikan pertimbangan-pertimbangan
kepada raja. Anggota dewa sapta prabu adalah para sanak saudara raja.
Urusan keagamaan diurus oleh <i>dharma dyaksa</i>, yaitu <i>dharmadyaksa ring kasiwan </i>untuk urusan agama Hindu dan <i>dharmadhyaksa ring kasogatan </i>untuk urusan agama Buddha.<br />
<b></b><b>Kehidupan Sosial-Ekonomi Masyarakat Majapahit</b><br />
Dari peninggalan sejarah diketahui bahwa masyarakat Majapahit relatif
hidup rukun, aman, dan tenteram. Majapahit menjalin hubungan baik dan
bersahabat dengan negara tetangga, di antaranya dengan Syangka
(Muangthai), Dharma Negara, Kalingga (Raja Putera), Singhanagari
(Singapura), Campa dan Annam (Vietnam), serta Kamboja. Negara-negara
sahabat ini disebut dengan <i>Mitreka Satata</i><b>. </b><br />
Disebutkan bahwa pada masa Hayam Wuruk, penganut agama Hindu Siwa dan
Buddha dapat bekerjasama. Hal ini diungkapkan oleh Mpu Tantular dalam <i>Sutasoma </i>atau <i>Purusadashanta </i>yang berbunyi “<i>bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrawa” </i>yang artinya: “di antara pusparagam agama adalah kesatuan pada agama yang mendua.”<br />
Rakyat Majapahit terbagi dalam kelompok masyarakat berdasarkan
pekerjaan. Pada umumnya, rakyat Majapahit adalah petani, sisanya
pedagang dan pengrajin. Selain pertanian, Majapahit juga mengembangkan
perdagangan dan pelayaran. Ini bisa kita simpulkan dari wilayah
kekuasaan Majapahit yang meliputi Nusantara bahkan Asia Tenggara. Barang
utama yang diperdagangkan antara lain rempah-rempah, beras, gading,
timah, besi, intan, dan kayu cendana. Sejumlah pelabuhan terpenting pada
masa itu adalah HujungGaluh, Tuban, dan Gresik.<br />
Majapahit memegang dua peranan penting dalam dunia perdagangan.
Pertama, Majapahit adalah sebagai kerajaan produsen yang menghasilkan
barang-barang yang laku di pasaran. hal ini bisa dilihat dari wilayah
Majapahit yang demikian luas dan meliputi daerah-daerah yang subur.
Kedua, peranan Majapahit adalah sebagai perantara dalam membawa hasil
bumi dari daerah satu ke daerah yang lain.<br />
Perkembangan perdagangan Majapahit didukung pula oleh hubungan baik
yang dibangun penguasa Majapahit dengan kerajaan-kerajaan tetangga.
Barang-barang dari luar negeri dapat dipasarkan di pelabuhan-pelabuhan
Majapahit. Dan sebaliknya, barang-barang Majapahit dapat diperdagangkan
di negara-negara tetangga. Hubungan sedemikian tentu sangat
menguntungkan perekonomian Majapahit.<br />
Dalam hal kepemilikan tanah, di Majapahit sama saja dengan yang
berlaku di kerajaan-kerajaan sebelumnya. Begitu pula mengenai perpajakan
dan tenaga kerja. Para petani selalu bergotong royong dalam hal
bercocok tanam dan mengairi sawah.</div>
</div>
Tabligh Khazanahhttp://www.blogger.com/profile/11517606214493678211noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4476997175974349125.post-5505865826399448362014-03-23T08:28:00.001+07:002014-04-24T10:23:43.056+07:00Tugas Nganggur Bikin Corel Draw...<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<a href="http://www.ziddu.com/download/23640530/PrakaryaJuniorSMA.rar.html#.Uy44ekxVUKU.blogger">Download PrakaryaJuniorSMA.rar in Ziddu</a>: Download PrakaryaJuniorSMA</div>
Tabligh Khazanahhttp://www.blogger.com/profile/11517606214493678211noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4476997175974349125.post-66516888716120947592014-02-19T22:15:00.001+07:002014-04-24T10:32:16.075+07:00Tips Agar Anak tidak mengendala stress pada hidupnya<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<o:DocumentProperties>
<o:Version>12.00</o:Version>
</o:DocumentProperties>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<b> KOMPAS.com</b> - Semakin bertambahnya usia si kecil, beban
sekolah yang dia hadapi juga semakin besar. Bagaimana tidak, menyeimbangkan
antara tugas sekolah, pekerjaan rumah, ujian, kegiatan ekstrakurikuler, les,
hingga pergaulan dengan teman-teman bukanlah hal yang mudah dilakukan anak.
Itulah mengapa, anak-anak mungkin tak luput dari stres.<br />
Menurut sebuah survei di <span class="w376030k3166">Amerika</span> Serikat,
lebih dari sepertiga orangtua peserta survei mengatakan anak mereka mengalami
stres. Nah, bagi para orangtua, apakah anak Anda dapat menyadari jika anak Anda
mengalami stres? Dan bagaimana cara mengatasinya?<br />
Menurut Adele Cadieux, psikolog anak di Helen DeVos <span class="w376030k3166">Children</span>'s <span class="w376030k3166">Hospital</span>
di <span class="w376030k3166">Grand Rapids</span>, anak-anak yang mengalami stres
akan mengalami perubahan <i>mood</i> dan perilaku. Anak akan cenderung lebih
mudah tersingung, menangis, dan menolak beraktivitas.<br />
"Mereka juga sering menunjukkan ketidakpastian, berbicara negatif pada
dirinya. Gejala fisik pun tidak terhindari, sehingga mereka cenderung mengeluh
tentang sakit kepala atau sakit perut, mengalami gangguan tidur dan
makan," jelasnya.<br />
Jika anak Anda mengalami stres, lanjut Cardieux, mereka juga biasanya akan
menolak untuk pergi ke sekolah. Namun jangan khawatir dan tetap tenang, karena
stres bisa diatasi, sekalipun pada anak-anak.<br />
<br />
Berikut 10 cara mengatasi stres pada anak:<br />
<br />
1. Sediakan cukup waktu. <br />
Lori Lite, penulis buku <span class="w376030k3166"><i>Stress Free</i></span><i>
Kids: A Parent's Guide to Helping Build Self-Esteem, Manage Stress, and Reduce </i><span class="w376030k3166"><i>Anxiety in Children</i></span> mengatakan, anak-anak yang
terburu-buru tidak akan pernah tenang. Jadi pastikan Anda menyediakan waktu
yang cukup bagi mereka untuk bersiap-siap pergi ke sekolah. Itu akan sangat
mengurangi stres mereka.<br />
<br />
2. Cukup tidur. <br />
Anak yang cukup tidur cenderung tidak mudah tersinggung dan memiliki kemampuan
lebih untuk mengatasi stres sekolah.<br />
<br />
3. Bicara. <br />
Jika Anda mengira anak Anda mengalami stres, maka <span class="w376030k3166">komunikasi</span>
adalah kunci untuk mengatasinya. Tanyalah pada mereka tentang harinya dan
tantangan apa saja yang mereka hadapi. Beri solusi positif dari jawaban mereka.<br />
<br />
4. Relaksasi.<br />
Bantu anak untuk melakukan cara-cara relaksasi seperti menarik napas dalam dan
berpikir positif. Membuat tulisan harian juga dapat membantu.<br />
<br />
5. Kurangi kegiatan di <span class="w376030k3166">luar</span> sekolah. <br />
Kesibukan yang berlebihan akan membuat orang cenderung mudah mengalami stres.
Mengurangi kegiatan-kegiatan di luar sekolah seperti les atau ekstrakurikuler
akan membuat mereka lebih cukup waktu mengerjakan PR dan beraktivitas bersama
keluarga.<br />
<br />
6. Hubungan dengan guru.<br />
Guru merupakan orangtua anak di sekolah, jadi hubungan orangtua dengan guru pun
juga harus baik supaya stres anak bisa berkurang. Menurut Cadieux, orangtua
bisa meminta guru mengawasi anak mereka untuk melihat jejak anak selama di
sekolah.<br />
<br />
7. Beri contoh. <br />
Jika Anda tidak dapat mengatasi stres Anda sendiri, maka anak Anda pun akan
meniru. Maka belajarlah untuk mengatasi stres, dan jujurlah pada anak penyebab
perubahan emosi pada diri Anda agar mereka bisa belajar.<br />
<br />
8. Hindari kritikan. <br />
Biarpun Anda tidak setuju, janganlah katakan hal-hal negatif tentang PR dan
guru di depan anak karena itu akan membentuk rasa ketakutan pada diri anak.<br />
<br />
9. Batasi teknologi. <br />
Anak yang menghabiskan waktu lebih dari tujuh jam dengan teknologi cenderung
lebih mudah merasa stres. Maka batasilah penggunaan teknologi pada anak-anak
Anda.<br />
<br />
10. Minta bantuan.<br />
Jika stres dari sekolah mulai mempengaruhi kemampuan anak, sebaiknya segeralah
minta bantuan konselor atau psikolog untuk mengatasinya.</div>
Tabligh Khazanahhttp://www.blogger.com/profile/11517606214493678211noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4476997175974349125.post-45651611768396734082014-01-26T07:08:00.001+07:002014-04-24T10:34:43.473+07:00prosedur kompleks penabungan uang perbankan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<iframe frameborder="0" height="400" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://www.slideshare.net/slideshow/embed_code/30435757" width="476"></iframe></div>
Tabligh Khazanahhttp://www.blogger.com/profile/11517606214493678211noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4476997175974349125.post-35207310849079306832013-12-15T16:33:00.002+07:002014-04-24T10:32:41.430+07:00Anak Harus Bermain Catur,kenapa?<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span data-ft="{"tn":"K"}" data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3]"><span class="UFICommentBody" data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3].[0]"><span data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3].[0].[0]"><span data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3].[0].[0].[0]">KOMPAS.com
- Di usia sekolah, anak-anak membutuhkan perhatian ekstra untuk
membantu mengembangkan kemampuan berpikir mereka. Tetapi kasihan juga ya
kalau mereka sudah lelah belajar di sekolah dan di rumah masih harus
belajar lagi.</span><br data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3].[0].[0].[1]" /><br data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3].[0].[0].[2]" /><span data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3].[0].[0].[3]">Kalau begitu kenapa </span></span><span data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3].[0].[3]"><span data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3].[0].[3].[0]"><span data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3].[0].[3].[0].[0]">tak
ajak anak-anak untuk bermain catur? Permainan ini bukan hanya dirancang
untuk orang-orang lanjut usia yang ingin menghabiskan waktu di taman.
Jika permainan ini dilakukan secara teratur, dapat membantu anak
merangsang kreativitas dan mengembangkan kemampuan otaknya.</span><br data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3].[0].[3].[0].[1]" /><br data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3].[0].[3].[0].[2]" /><span data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3].[0].[3].[0].[3]">Ternyata cukup banyak manfaat yang bisa didapat anak dari kegiatan bermain catur.</span><br data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3].[0].[3].[0].[4]" /><br data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3].[0].[3].[0].[5]" /><span data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3].[0].[3].[0].[6]">1. Memecahkan masalah</span><br data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3].[0].[3].[0].[7]" /><span data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3].[0].[3].[0].[8]">Dalam
permainan ini, otak Anda dan anak-anak "dipaksa" untuk berpikir untuk
membuat strategi dan perhitungan. Latihan ini akan meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah. Anak juga akan belajar melihat masalah
dari berbagai sudut dan menemukan solusinya.</span><br data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3].[0].[3].[0].[9]" /><br data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3].[0].[3].[0].[10]" /><span data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3].[0].[3].[0].[11]">Catur
juga memaksa pemain untuk mencari jalan alternatif dan tidak menyerah
sampai semua strategi dan kemungkinan terkecil sudah dicoba. Dengan
demikian, permainan ini akan membantu anak untuk mengembangkan
keterampilan yang dibutuhkan untu bertahan hidup yang diperlukan di
dunia nyata.</span><br data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3].[0].[3].[0].[12]" /><br data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3].[0].[3].[0].[13]" /><span data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3].[0].[3].[0].[14]">2. Memperkuat ingatan</span><br data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3].[0].[3].[0].[15]" /><span data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3].[0].[3].[0].[16]">Penelitian
sudah menunjukkan bahwa pelajar yang bermain catur memiliki memori yang
kuat. Selain itu, otak mereka berkembang lebih signifikan dibanding
yang tidak.</span><br data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3].[0].[3].[0].[17]" /><br data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3].[0].[3].[0].[18]" /><span data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3].[0].[3].[0].[19]">3. Kesabaran</span><br data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3].[0].[3].[0].[20]" /><span data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3].[0].[3].[0].[21]">Bermain
catur tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Permainan ini
mewajibkan Anda untuk berpikir dengan cermat sehingga anak harus
bersabar untuk bisa memenangkan pertandingan.</span><br data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3].[0].[3].[0].[22]" /><br data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3].[0].[3].[0].[23]" /><span data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3].[0].[3].[0].[24]">4. Fokus</span><br data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3].[0].[3].[0].[25]" /><span data-reactid=".r[2vm7f].[1][3][1]{comment10152126164386535_16486493}.[0].{right}.[0].{left}.[0].[0].[0][3].[0].[3].[0].[26]">Pola
pikir anak anak berkembang ketika mereka bermain permainan "berpikir".
Mau tak mau, anak akan duduk tenang dan memeras otaknya untuk
berstrategi. Mereka akan fokus pada berbagai kemungkinan langkah yang
mungkin diambil untuk menghabiskan pion-pion lawannya.</span></span></span></span></span></div>
Tabligh Khazanahhttp://www.blogger.com/profile/11517606214493678211noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4476997175974349125.post-235835305267999472013-12-15T10:53:00.001+07:002014-04-24T10:34:16.527+07:00Anekdot buatan sendiri<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<iframe frameborder="0" height="400" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://www.slideshare.net/slideshow/embed_code/29216169" width="476"></iframe></div>
Tabligh Khazanahhttp://www.blogger.com/profile/11517606214493678211noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4476997175974349125.post-49565847447430857722013-12-15T10:47:00.002+07:002014-04-24T10:33:00.346+07:00SINOPSIS BUKU TEHNIK MENYUSUN PIDATO ATAU SAMBUTAN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<br /></div>
<iframe frameborder="0" height="400" marginheight="0" marginwidth="0" scrolling="no" src="http://www.slideshare.net/slideshow/embed_code/29216169" width="476"></iframe>
</div>
Tabligh Khazanahhttp://www.blogger.com/profile/11517606214493678211noreply@blogger.com0